Beranda / Lain / Ifat / Bab 211 - Bab 220

Semua Bab Ifat: Bab 211 - Bab 220

232 Bab

Bab 211: For Strength And Victory

Bab 211: For Strength And Victory**“Kamu nanti kembali lagi, dan temani saya di sini.” Pesan Mira.Selang semenit kemudian, Yana telah kembali bersama dengan tamu seorang lelaki. Mira pun menyambutnya dengan ramah.“Silahkan masuk, Johan. Silahkan duduk..,”“Terima kasih, Mbak.” Sahut sang tamu, yaitu Johan.Yana kemudian mengambil duduk di kursi lain pada tempat yang berbeda.“Maaf, kalau kedatangan saya ini mengganggu. Boleh saya meminta waktunya sebentar, Mbak?” Tanya Johan sopan.Mira tersenyum. Ia menjawab pertanyaan tamunya itu dengan pertanyaan pula.“Apa kabar, Johan?”“Puji Tuhan. Kabar saya baik, Mbak. Embak sendiri bagaimana kabarnya?”“Alhamdulillah. Saya juga baik. Kapan kamu sampai, Jo?”“Kemarin, Mbak.”“Dari Jakarta?”“Iya, Mbak.”“Ini su
Baca selengkapnya

Bab 212: Untuk Kutimang Untuk Kusayang

Bab 212: Untuk Kutimang Untuk Kusayang**“Oh, kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan, Jo!”Johan mati kutu! Pemilik suara emas dengan kemampuan tujuh oktaf ini memandang ke depan, bukan pada Mira, juga bukan pada dinding di balik empunya toko Tata Collection itu.Pandangannya terus saja menyorot jauh dan menembus apa pun yang ada di depannya. Kosong, kosong belaka yang dilihat Johan.Kemudian, seakan tersadar akan sesuatu, tiba-tiba saja Johan tergeragap, dan kembali membuka suara.“Oh, maafkan saya yang tak tahu adat ini, Mbak. Betapa kurang ajarnya saya tak tahu berterima kasih pada orang yang telah membantu dan mendukung saya, juga telah mengirimi saya ponsel ketika saya mengikuti audisi yang lalu.”Johan menatap Mira dengan mimik yang sungguh-sungguh.“Nah sekarang, dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Embak karena..,”“Tidak p
Baca selengkapnya

Bab 213: Aku Tahu Dia Tahu

Bab 213: Aku Tahu Dia Tahu**Ini dia!Inilah dia..!Sekarang, aku sudah yakin seratus persen. Kecurigaanku selama beberapa hari ini ternyata benar. Dalam kurun setengah bulan ini memang ada orang yang selalu membuntuti aku!“Oh, siapakah dia?” Aku bertanya-tanya dalam hati.Seorang lelaki berperawakan tegap, berpotongan rambut pendek, dengan usia yang kutaksir mendekati empat puluhan.Posturnya tampak begitu prima dengan usianya yang ada di angka itu. Berbanding terbalik dengan diriku yang jauh lebih muda namun mempunyai cedera akut di beberapa bagian tubuhku.Sejak Johan kembali ke Jakarta dua hari yang lalu, aku semakin intens saja mencermati orang-orang yang berada di sekitarku.Seperti misalnya, berhenti di lampu merah atau di tepi jalan, aku mengambil ponsel dengan sikap seperti mengetik-ngetik sesuatu di menu pesan.Namun, sesungguhnya mataku melirik ke arah kaca spion untuk melihat orang di bel
Baca selengkapnya

Bab 214: Bonus Spesial

Bab 214: Bonus Spesial**Aku merubah pola seranganku. Kali ini aku menggunakan teknik dari silat dan mengkombinasikannya dengan serangan sikut dan lutut dari Tarung Derajat.Kami berdua bertarung dalam jarak rapat. Aku menebas-nebaskan kedua sikutku bergantian, dengan aneka macam sasaran. Dia menangkis-nangkis, dan juga membalas-balas.Tap! Bug! Tap! Bugg!Hantaman lututku juga dia balas.., bugg!“Aaaaakh..!” Aku sampai memekik.Sakitnya!  Hantaman lututku tadi, dia counter dengan tusukan sikut ke pahaku. Aduh, Ya Allah.., ngilunya! Aku sampai terpincang-pincang.Ada sebuah jeda, dan kami berlomba untuk menarik nafas. Pada momen ini aku menyadari, ujung bibirku yang pecah dan mulutku yang berdarah.Pandangan mataku mulai berkunang-kunang akibat beberapa pukulan dari si penguntit itu. Aku sudah kepayahan, tapi dia juga sudah ngos-ngosan.Aku ingin melakukan gerak tipu seperti ketika mengalahkan Ko
Baca selengkapnya

Bab 215: Ancaman Anggun

Bab 215: Ancaman Anggun**Selama dua hari pasca perkelahianku dengan orang asing itu, aku tidak keluar rumah. Aku berdiam diri, berusaha menyembuhkan luka dan cederaku dengan obat-obatan, khususnya ramuan kencur dan jahe yang aku balurkan ke bahu dan kakiku.  Aku mencoba menghadirkan bayangan Kassandra untuk menemani aku, tapi tak kunjung berhasil. Konsentrasiku melamunkan Kassandra selalu terganggu oleh kata-kata terakhir si penguntit itu sebelum meninggalkan aku.“Kalau kamu punya urusan utang piutang dengan seseorang, cepat kamu selesaikan..,”Utang piutang, katanya, membuatku berpikir jauh sekali. Aku mencari benang merah yang paling logis.“Oh, dia pasti seorang debt collector,” pikirku kemudian.“Dan ia salah mengenali orang!”“Dia pasti menyangka aku sebagai nasabah yang mempunyai utang kepada perusahaannya, atau kepada bosnya, juragannya, whatever..,”Baiklah
Baca selengkapnya

Bab 216: Wanita Berbaju Biru

Bab 216: Wanita Berbaju Biru**Aktifitas belajar mengajar sebuah SD Negeri di kelurahan Sidomulyo sudah berakhir. Anak-anak sekolah sudah berbondong-bondong pulang. Demikian juga dengan guru-gurunya.Di salah satu koridor gedung sekolah, tampak Riska sedang menarik tangan Selly menuju ruang perpustakaan.Langkah Riska yang menarik sangat terburu-buru, seakan tidak ingin ada orang lain yang melihat mereka berdua menuju perpustakaan.Sementara langkah Selly, yang barusan tadi dibajak dari sepeda motornya sendiri tersaruk-saruk dengan wajah yang tidak mengerti.“Ada apa sih?” Tanya Selly sesampainya mereka di ruang perpustakaan yang memang belum dikunci.“Aku sudah melakukan saran kamu.” Sahut Riska.“Apa?”“Shalat malam, shalat Istikharah.”“So?” Selly penasaran. Ia pun mengambil duduk, menyusul Riska yang telah menghempaskan tubuhnya di sebuah kursi.
Baca selengkapnya

Bab 217: Anggun Yang Anggun

Bab 217: Anggun Yang Anggun**Pakaiannya adalah seragam kebesaran maskapai Gxaruda Airline berwarna biru yang.., tiba-tiba saja membuat aku teringat pada Kassandra.Kassandra.., yang selalu ingin kusebut sebagai Putri Ok Soo. Putri yang menunggu Jendral Meng Yi kekasihnya di dalam keabadian waktu. Putri yang baik dirinya maupun kisah cintanya abadi.Penampilan Anggun yang sedang duduk di bangku taman itu sama persis dengan Putri Ok Soo yang pernah kulihat di dalam kisah The Myth.Dengan sorot matanya yang merana, dengan senyumnya yang merona, dan dengan keseluruhan citra agungnya yang penuh cinta.Juga, sama persis dengan almarhumah Kassandra ketika merawat aku yang sedang terluka.Aku berusaha keras untuk memantap-mantapkan diri dan meneguh-neguhkan hati. Aku juga mengumpulkan semua kata dan kalimat, termasuk peribahasa dan pepatah lama untuk kupakai nanti beradu argumen dengan Bidadari Ketujuh, yang mungkin saja adalah Putri Ok Soo
Baca selengkapnya

Bab 218: Utang Piutang

Bab 218: Utang Piutang**Aku sampai di rumah dengan tetap membawa berjuta-juta perasaan yang aneh. Sensasinya sekarang seperti orang yang membaca novel.., oh, bagian yang itu sudah tadi.Aku uring-uringan tanpa tahu harus bagaimana. Keinginanku semula dengan mencoba melupakan kegundahan ini dengan nongkrong di warung kopi Bang Fahmi pun, hanya sampai di ujung teras rumahku.Karena sebentar kemudian aku kembali memasuki rumah dan duduk di kursi ruang tamu. Aku mengusap-usap wajah dan memandang kosong pada sebuah bidang yang ada di antara empat sudut meja tamu di depanku.Tidak ada, memang tidak ada apa-apa selain taplak meja yang terbuat dari kain sulaman bergambar sebuah taman yang indah.  Berusaha mencairkan kebekuan yang ada di dalam hatiku ini, aku pun bangkit dan melangkah menuju dapur. Aku menyalakan kompor dan menjerang air.Aku akan membuat kopi, dan malam ini aku ngopinya di rumahku sendiri saja. Sembari berharap b
Baca selengkapnya

Bab 219: Balada Singkong

Bab 219: Balada Singkong**Komplek pertokoan yang belakangan kutahu bernama Panam Square ini tampak tidak terlalu ramai. Masih dalam ukuran normal dalam hal tingkat kunjungan orang di hari-hari yang bukan akhir pekan. Setelah memarkirkan motorku, aku pun berjalan menuju toko Tata Collection yang tampaknya juga sedang tidak terlalu banyak pengunjung.Hanya ada beberapa orang yang aku lihat sedang memilih-milih baju. Selebihnya, hanyalah aku yang kemudian berjalan dengan canggung.Persis di depan pintu, aku berhenti karena ragu. Sekarang aku dilanda perasaan yang sama ketika aku akan bertemu dengan Anggun pada hari sebelumnya. Namun dengan derajat yang lebih tinggi dan dengan kadar yang jauh lebih dahsyat.Sebab, berbeda dengan Anggun yang aku tampik, karena sekarang akulah yang akan ditampik Mira, untuk yang ketiga kalinya! Beberapa saat aku terus berdiri menghadap dinding kaca. Pertama sekali, aku mendapati bayanganku sen
Baca selengkapnya

Bab 220: Mimpi Yang Utuh

Bab 220: Mimpi Yang Utuh**“Lalu, seandainya aku menerima kamu, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Mira lagi.Maka, mengertilah aku sekarang. Mira menantang aku untuk menjabarkan visi misi hidupku jika beristrikan dia. Dia ingin tahu cita-cita apa yang aku punya untuk membuatnya bahagia.Dalam pengertian yang lain, dia menyuruhku mendefinisikan sebuah kata yang paling absurd dan paling tak masuk akal di kolong langit dan di muka bumi ini.Yaitu; cinta!“Fat?” Ulang Mira bertanya.“Andai saja aku menerima kamu, apa yang akan kamu lakukan?”Maka, segala apa pun itu yang pernah terjadi di dalam kehidupanku, melintas-lintas secepat cahaya di depan mataku. Flash..! Flash..!Bayangan-bayangan kegembiraan dan kebahagiaan dalam maknanya yang paling bersahaja dan paling asal, semuanya hadir di dalam ruang memoriku.Aku pernah merasa begitu berarti ketika menemani Ainun adikku menanam bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status