All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 361 - Chapter 370

534 Chapters

361. Part 11

Merasa hatinya telah damai batinnya telah terpenuhi, sekalipun di tempatnya Dadanila dipanggil sebagai Gusti Ratu dan sering keluarkan perintah, tapi di depan pemuda tampan menggiurkan itu ia tak mampu keluarkan perintah bahkan menolak perintah pun tak sanggup. Dadanila mengendap-endap mendekati bagian dekat mulut gua. Baraka membayang-bayangi dari kejauhan. Nyala api unggun tak sempat dipadamkan. Mudah-mudahan orang yang baru masuk tadi tidak sempat menangkap nyala api unggun yang ada di kedalaman lorong gua tersebut. Tapi seandainya orang itu mengetahui ada nyala api unggun, Baraka sudah punya rencana sendiri untuk orang tersebut.Tamu gua itu ternyata seorang lelaki berambut putih panjangnya sepunggung. Rambut putihnya diikat ke belakang dengan seutas tali yang sepertinya dari jenis akar pepohonan. Kumis dan jenggotnya cukup lebat tapi lemas, berwarna putih rata. Wajah tuanya mempunyai sepasang mata cekung. Mata itu memancarkan rasa dingin yang tidak bisa ditebak apa yang
Read more

362. Part 12

BULAN PURNAMA kurang dua malam lagi. Bukit Jengkal Demit sudah banyak disatroni para tokoh rimba persilatan. Tentu saja mereka datang secara sembunyi- sembunyi. Ada yang datang berdua, ada yang datangnya bertiga. Tetapi yang banyak mereka datang secara pribadi. Sendiri dan tersembunyi. Arah sasaran mereka adalah kuburan di bawah pohon beringin berdaun merah.Pohon beringin berdaun merah hanya ada satu di seluruh Bukit Jengkal Demit. Di bawah pohon itulah jenazah Iblis Dedemit dimakamkan oleh murid tanggungnya yang bernama Layang Petir. Keadaan si Layang Petir yang gemar mabuk kala itu membuat rahasia tentang kuburan Iblis Dedemit bocor ke mana-mana. Akibatnya sekarang kuburan itu menjadi bahan incaran para tokoh. Mereka yakin bahwa Patung Dedemit akan keluar dari makam itu, sebab tanda-tandanya persis seperti apa yang dikabarkan oleh Layang Petir, yaitu tentang rembulan berwarna hitam.Jika dari awal kemunculan rembulan sudah ada awan hitam melapisi cahayanya, maka sud
Read more

363. Part 13

"Iih...!" Baraka bergidik merinding membayangkan diajak bercumbu seorang banci. Dadanila sempat tertawa melihat Baraka bergidik merinding.Dadanila berkata kepada Baraka, "Kalau saja sekarang ia masih hidup dan mengejar-ngejarmu untuk diajak bercumbu, mungkin aku akan korbankan nyawaku buat melawannya mati-matian.""Ah, kecemburuanmu itu hanya luapan gairah belaka!" ujar Baraka yang membuat Dadanila tersipu dan mencubit lengan Baraka."Kusarankan lebih baik kalian pikirkan hubungan kasih kalian itu. Kulihat kalian amat mesra. Tak perlu memikirkan Patung Dedemit, nanti kalian malah tak jadi kawin.""Kawinnya sih sudah," jawab Dadanila sambil cekikikan, matanya masih saja melirik jalang dan nakal. Tapi tokoh tua itu tidak tersenyum sedikit pun. Bahkan berkata dengan serius lagi. "Bulan purnama nanti akan terjadi pertarungan yang sia-sia. Kuburan itu akan menjadi kubangan darah, dan darah itu adalah darah orang yang menjadi korban kabar bohong! Barangkali to
Read more

364. Part 14

Di atas pohon itu gairah Baraka juga terbakar lagi. Ia menjadi pemuda yang mudah terpancing khayalan mesum. Tapi ia segera sadar akan pengaruh kekuatan sinar dari mata Pak Tua yang membuatnya jadi begitu. Maka secara diam-diam ia melawan kekuatan aneh itu dengan pengaturan napas tingkat tinggi dan penyaluran hawa murninya ke seluruh tubuh. Cara itu berhasil meredakan tuntutan batin yang menghendaki pergumulan dengan Dadanila atau siapa saja. Sambil memperhatikan suasana di sekitar makam Iblis Dedemit, Baraka mengobati dirinya sendiri terus-terusan sehingga kekuatan sinar beracun itu lenyap dari dirinya.Tiba-tiba Baraka dan Dadanila tertarik dengan datangnya suara deru kaki kuda dari arah barat. Ternyata ada tiga orang penunggang kuda yang sedang menuju ke makam di bawah pohon beringin merah itu."Kau kenal mereka?" tanya Baraka pelan kepada Dadanila yang berdiri di sampingnya di atas dahan yang sama."Kalau tak salah mereka adalah orang-orang Lembah Cingur!" ja
Read more

365. Part 15

Brukk...!Cambuk Berang jatuh terkapar sambil menahan rasa sakit di punggung dan dada. Sementara itu, Nyai Perawan Busik terpental pula akibat ledakan tadi, namun tak sempat membuatnya jatuh terduduk seperti si Malaikat Bisu itu."Setan alas kau, Malaikat       Bisu! Mundurlah, biar kuhabisi nyawa si anak monyet itu!" seru Nyai Perawan Busik.Malaikat Bisu hanya gelengkan kepala dengan sorot pandangan mata yang tajam, menantang sang Nyai. Akibatnya nenek itu menggeram jengkel dan melepaskan pukulan pelumpuh yang bersinar kuning kecil seperti telur ayam kampung.Clappp...!Dari pergelangan tangannya keluar sinar kuning itu. Tapi oleh Malaikat Bisu sinar tersebut dihantam de- ngan kepala tongkat yang berbentuk tengkorak manusia.Duarr...!Agaknya Malaikat Bisu tak mau musuh lamanya dihabisi oleh orang lain, ia berusaha untuk mempertahankan nyawa Cambuk Berang, karena nanti akan dibunuhnya sendiri. Persoalan
Read more

366. Part 16

"Lama-lama kesabaranku yang sudah menua habis juga di depanmu jika kau masih membandel begitu, Kebo gagu!" gertak Nyai Perawan Busik dengan sikap mengancam."Habiskan!""Apanya yang dihabiskan!" bentak sang Nyai jengkel."Kesabaranmu!" lalu Malaikat Bisu memberi kode dengan tangannya agar Nyai Perawan Busik maju menyerangnya. Tantangan itu membuat Nyai Perawan Busik mulai putarkan tongkat di atas kepala.Tiba-tiba muncul tokoh berjubah kuning yang langsung berseru dengan seenaknya, "Siapa pun berhak memperebutkan pusaka itu, Perawan Busik! Kau tak berhak memulangkan siapa saja yang datang kemari, termasuk aku sendiri!"Tokoh yang muncul dari balik pohon itu berusia sekitar tujuh puluh tahunan. Sebaya dengan usia Nyai Perawan Busik. Dan bagi Baraka dan Dadanila, tokoh yang mengenakan baju compang-camping dengan tongkat merah menyangga tubuhnya itu bukan tokoh asing lagi. Mereka mengenal tokoh itu dengan nama Loan Besi alias Pengemis Sakti Tongkat Me
Read more

367. Part 17

"Aku pernah dengar nama Sapu Nyawa," kata Dadanila. "Kalau tak salah orang yang berjuluk Sapu Nyawa adalah tokoh sesat yang sudah pensiun dan cenderung buka praktek jadi dukun ilmu hitam. Jika patung itu jatuh ke tangannya, hancurlah seisi dunia ini, karena ia tak pernah berpikir dua kali jika harus lakukan pembantaian terhadap siapa saja! Dia orang yang egois dan ambisius!""Kalau begitu aku harus segera melerai mereka agar jangan sampai timbul pertumpahan darah tanpa arti. Patungnya saja belum tentu ada, masa' harus dipertaruhkan dengan nyawa?""Tidak!" cegah Dadanila. "Jangan ke sana! Sebaiknya tunggu saja di sini dan lihat dulu perkembangannya. Jika benar makam itu mulai punya tanda-tanda mau keluarkan keajaiban, maka kau harus lakukan apa yang menurutmu baik untuk dilakukan. Tapi jika masih belum pasti seperti saat ini, jangan dulu!"Pikir punya pikir, benar juga sih usul Dadanila itu. Baraka harus menahan diri agar tak muncul dengan sia- sia. Namun, niatny
Read more

368. Part 18

"Cari tempat berlindung!" bisik Baraka kepada Katok Banjir, dan anak itu tiba-tiba lari di balik bebatuan seberang makam. Baraka masih berdiri tegak dan tenang memandangi kehadiran Raga Paksa yang tampak sendirian itu, tapi Baraka yakin orang tersebut tidak datang sendirian. Karena menurut keterangan Katok Banjir tadi, Raga Paksa membawa sejumlah orang untuk mengejar-ngejar Katok Banjir."Dugaanku benar," kata Raga Paksa setelah berhenti di depan Baraka dalam jarak lima langkah."Apa maksudmu, Raga Paksa?!" tegas Baraka dalam bertanya."Anak itu pasti hanya akan menunjukkan makam Patung Dedemit kepadamu. Aku terpaksa menguntitnya agar bisa mengetahui ke mana anak itu membawamu. Ternyata di sini. Dan..., ten- tunya patung itu sudah ada di tanganmu, bukan?!""Bukan!" jawab Baraka tenang dan singkat saja.Raga Paksa melirik ke arah makam yang sudah jebol itu. Senyumnya membias sinis. "Makam itu telah rusak, pasti kau telah membongkarnya dan mengambil
Read more

369. Part 19

Mata si pemuda dari lembah kera itu mulai terkesiap curiga memandang kemunculan orang tersebut. Ia biarkan orang itu datang mendekatinya dan berhenti di depannya dalam jarak sekitar dua tombak."Apa maksudmu menemuiku di sini, Hantu Cungkring?" tanya Baraka dengan kalem.Ia tahu tokoh tua yang kurus, kempot, dan sedikit bungkuk itu adalah Hantu Cungkring, gurunya Awan Sari. Kali ini Hantu Cungkring tampil tanpa tongkat. Jelas bukan karena menuntut kematian Cungkring Neraka, adik seperguruannya yang tewas di tangan Baraka. Tapi tentunya kedatangan Hantu Cungkring punya hubungan erat dengan Patung Dedemit."Aku tertarik dengan jurus mainanmu tadi, Baraka. Fantas kalau muridku si Awan Sari kalah melawanmu," kata Hantu Cungkring yang tak bisa menyebut huruf 'P', diganti dengan huruf 'F'.Sambungnya lagi dengan sikap acuh tak acuh, "Aku layak menuntut kematian adik ferguruanku itu, juga membalaskan kekalahan muridku. Tafi, kalau fatung itu kau serahkan fadaku,
Read more

370. Part 20

"Bukankah kau bilang patung itu hanya isapan jempol belaka?""Aku berbohong padamu," kata Pak Tua dengan sedikit nada sesal terdengar di sela ketegasannya."Malam itu sebenarnya malam kemunculan Patung Dedemit. Tidak tepat pada malam purnama seperti yang pernah kugembar-gemborkan kepada mereka dalam keadaan aku sedang mabuk. Jujur saja, memang akulah Layang Petir, murid Iblis Dedemit yang belum tuntas selesaikan pelajaran darinya. Ketika Guru meninggal dia berpesan tentang patung pusaka yang akan muncul dua malam sebelum purnama. Dalam patokan ingatanku patung itu akan muncul pada malam purnama. Soal dua malam sebelumnya tidak pernah kukabarkan kepada siapa pun, karena aku sendiri sempat lupa tentang 'dua malam' tersebut. Aku baru ingat beberapa hari yang lalu, karenanya aku datang ke Bukit Jengkai Demit ini.""Untuk mencari Kozoki Oden?"Pak Tua gelengkan kepala. "Aku tak punya persoafan dengan Kozoki Oden. Aku hanya membohongimu. Aku sengaja menahanmu d
Read more
PREV
1
...
3536373839
...
54
DMCA.com Protection Status