All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 281 - Chapter 290

534 Chapters

281. Part 16

"Sulit! Bagaimana mungkin aku dapat menemukan anak manusia yang kumaksudkan? Dari sekian banyak tokoh dunia persilatan yang sempat kumintai keterangan, tak ada satu pun juga memberikan keterangan pasti. Ah...! Jangan-jangan kabar gaib yang kuterima hanyalah mimpi kosong belaka. Kalau iya, ah...! Bagaimana aku dapat menemukan jalan kematian? Oh...!" keluh Dewa Abadi merasa galau.Dan baru saja lelaki tua ini mengeluh begitu, mendadak pendengarannya yang tajam menangkap gerakan halus di belakang jauh dari tempatnya berlari. Tanpa banyak cakap segera langkahnya dihentikan. Sementara sepasang pendengarannya makin dipertajam."Hm...! Kalau pendengaranku tidak salah, langkah-langkah halus yang terdengar terdiri dari dua orang. Dan kini mereka tengah berdiri di balik rindangnya sebuah pohon depan sana. Ya ya ya...! Sebaiknya aku ke sana. Siapa tahu mereka dapat memberikan keterangan," pikir Dewa Abadi.Saat itu pula Dewa Abadi pun segera meloncat ke atas pohon. Lalu de
Read more

282. Part 17

Iblis Muka Bayi sejenak mengalihkan pandang matanya ke arah Iblis Pocong. Dan seperti diberi aba-aba, mendadak kedua tokoh sesat itu tertawa bergelak."Heran heran! Beraninya kau mengumbar suara demikian nyaringnya. Apa matamu sudah lamur tengah berhadapan dengan siapa, he?!" bentak Iblis Pocong lagi.Dewa Abadi mengulas senyum. Tampak sekali kalau ia tidak gentar menghadapi kedua tokoh sesat di hadapannya."Kau akan menyesal seumur hidup berani bertindak lancang di hadapan Dewa Abadi!" sahut Dewa Abadi, tak kalah gertak.Kali ini rasa kaget Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi tak dapat dibayangkan lagi mendengar nama Dewa Abadi disebut. Namun kekagetan mereka hanya sebentar. Setelah dapat mengendalikan perasaan, kedua orang tua itu pun lantas tertawa bergelak. Sebagai tokoh tua dunia persilatan, mereka jelas pernah mendengar tokoh sakti tanpa tanding yang bergelar Dewa Abadi, walau belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi sifat mereka yang sombong mengalahkan
Read more

283. Part 18

Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi yang nyalinya sudah ciut, mendapat kenyataan kalau kesaktian Dewa Abadi amat tinggi, sejenak saling berpandangan. "Mana sudi aku memberi keterangan padamu, Dewa Abadi! Tanyakan saja pada arwah-arwah gentayangan hutan ini!" sahut Iblis Muka Bayi, ketus.Dewa Abadi tersenyum arif. Tentu saja ia masih ingin membutuhkan keterangan dari Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi. Maka tanpa menghiraukan ocehan Iblis Muka Bayi, Dewa Abadi melangkah tenang mendekati."Maaf! Bukannya aku yang menyakiti kalian. Tapi, apakah kalian tidak ingin memberitahuku, pada siapa aku harus bertanya?" ucap Dewa Abadi penuh tekanan. Kedua matanya menyorot tajam, penuh perbawa menggetarkan.Iblis Pocong dan Iblis Muka Bayi seketika makin ciut nyalinya. Mereka tidak menyangka kalau Dewa Abadi memiliki perbawa demikian hebatnya. Maka begitu melihat kedua bola mata lelaki arif itu, tak urung hati mereka bergetar."Mana aku tahu? Kenapa kau tidak tanyakan saja
Read more

284. Part 19

"Hm...! Aku yakin, tentu pemuda sakti itu yang dimaksudkannya," gumam Peramal Darah seperti pada diri sendiri."Siapa bocah sakti yang kau maksudkan, Peramal Darah?" tanya Dewa Abadi tak sabar. "Namanya Baraka, gelarnya Pendekar Kera Sakti!" sahut Peramal Darah dengan sepasang mata menerawang.Sejenak tubuh Dewa Abadi tergetar hebat begitu mendengar julukan anak manusia yang terlahir bersama Naga. Dan sejenak itu pula kepalanya mengangguk-angguk dengan senyum tipis terkembang di bibir keriputnya."Ya ya ya...! Kukira ucapannya benar adanya. Aku harus secepatnya dapat menemukan pemuda itu," gumam Dewa Abadi dengan kepala mengangguk-angguk. "Kalau begitu, kuucapkan terima kasih atas keteranganmu."Baru saja Dewa Abadi akan berkelebat meninggalkan tempat itu, tiba-tiba...."Dasar orang tua tak tahu diri! Tadi kau ragukan ramalanku. Tapi, begitu kutunjukkan siapa pemuda yang kau cari, kau malah seenak perutmu akan meninggalkan aku. Apa itu
Read more

285. Part 20

Segera Baraka melemparkan paha kelincinya ke semak-semak belukar di depannya. Lalu dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai tingkat tinggi, tubuhnya berkelebat cepat ke arah datangnya suara.Tidak lama kemudian, Baraka segera menemukan asal suara tangis tadi. Dan rupanya, harapan Baraka terkabul. Ternyata, yang tengah menangis di balik batang pohon adalah seorang gadis cantik!"Huh! Baik benar nasibku kali ini. Tak kusangka harapanku terkabul. Tak kuduga, ternyata yang menangis seorang gadis cantik!" oceh Baraka lagi dalam hati.Namun, Baraka belum juga beranjak dari tempatnya bersembunyi. Malah dengan senyum nakal terkembang di bibir, sepasang mata tajamnya terus menjilati gadis cantik di hadapannya, penuh kagum.Sosok gadis yang tengah diperhatikan memang cantik. Usianya paling baru delapan belas tahun. Namun wajahnya yang berbentuk bulat telur terlihat kuyu dengan air mata membasahi pipi. Bentuk kedua bibirnya tipis kemerah-merahan bak deli
Read more

286. Wasiat Dewa Abadi

Ningrum terus berkelebat cepat meninggalkan puncak Bukit Karang Kanjen. Saat ini, rasa dendam bercampur kekecewaan berkecamuk dalam hati murid Raja Pedang Kupu-kupu itu. Gurunya tewas di tangan Dewa Abadi. Dan ia sebagai murid, merasa harus berbakti terhadap gurunya. Makanya, kini Ningrum bertekad mencari Dewa Abadi untuk meminta pertanggungjawabannya."Dewa Abadi...!" desis Ningrum penuh kemarahan. "Kini tak ada pilihan lain lagi. Terpaksa aku harus menuruti keinginanmu. Tapi, ingat! Walau sebenarnya aku tak sealiran dengan guruku, tapi sebagai murid bagaimanapun juga harus berbakti. Aku harus meminta pertanggungjawabanmu Dewa Abadi atas tewasnya guruku!"Ningrum sejenak menghentikan langkahnya. Dadanya yang membusung bergerak turun naik, memendam kemarahan membludak. Udara segar di luar hutan Bukit Karang Kanjen terasa sesak."Tapi, ke mana aku harus mencari orang. Seorang anak manusia yang terlahir bersama naga seperti yang di inginkan Dewa Abadi? Hm...! Rasa
Read more

287. Part 2

Ningrum mengkelap bukan main. Saking amarahnya tak dapat dikendalikan segera kedua telapak tangannya yang telah berubah jadi merah kekuningan didorongkan ke depan.Wesss! Wesss!Seketika meluruk dua sinar merah kekuningan dari kedua telapak tangan murid Raja Pedang Kupu-kupu siap melabrak tubuh tinggi besar Algojo Angin Timur!Tentu saja tokoh sesat bertubuh tinggi besar itu tak sudi tubuhnya dijadikan sasaran. Ketika sedikit lagi kedua sinar itu melabrak tubuhnya, secepatnya kedua tangannya yang berisi tenaga dalam tinggi dihentakkan."Aji 'Rengkah Bumi'! Heaaa...!" Bummm...!Terjadi ledakan hebat bukan main ketika dua kekuatan dahsyat bertemu. Seketika bumi pun berguncang! Ranting-ranting pohon berderak dengan daun-daun hangus terbakar!Algojo Angin Timur yang baru saja melepas ajian 'Rengkah Bumi' tertawa bergelak. Kedua kakinya sempat melesak beberapa dim ke dalam. Sedang sewaktu terjadinya bentrokan tadi, tubuh si gadis kontan limbung.
Read more

288. Part 3

Melihat datangnya serangan, murid Setan Bodong itu segera membuka jurus-jurus 'Naga Pamungkas' yang menjadi andalannya. Sedang kedua telapak tangannya yang kini berubah jadi putih terang siap melontarkan pukulan maut tenaga 'Inti Dingin'."Heaaa!”Dan begitu serangan-serangan Algojo Angin Timur mulai mendekati sasaran, kedua telapak tangan Baraka yang membentuk dua cakar naga pun segera bergerak lincah.Plakkk! Plakkk!Begitu terjadi benturan tangan, dengan gerakan sulit terduga Algojo Angin Timur melayangkan bogem mentah ke beberapa bagian yang mematikan di tubuh Baraka. Namun pada saat itu, si pemuda segera dapat membaca arah gerakan. Cepat bagai kilat segera dipapakinya pukulan-pukulan Algojo Angin Timur dengan gerakan cakaran telapak-cakaran telapak kedua telapak tangannya.Plakkk! Plakkk!Serangan-serangan Algojo Angin Timur berhasil ditangkis oleh cakaran telapak-cakaran telapak kedua tangan Baraka. Seketika buku-buku tangan lela
Read more

289. Part 4

Tanpa banyak cakap, Baraka segera berbalik. Sambil menunggu gadis itu membetulkan pakaian, pemuda dari Lembah Kera mencoba membuka percakapan."Sebenarnya, kenapa tadi kau menangis demikian menyedihkan di dalam hutan?"Ningrum yang tengah sibuk membetulkan pakaian sengaja tidak langsung menjawab. Dan dengan agak gugup pakaiannya yang robek memanjang di sana sini diikat. Memang tidak begitu rapi dan masih menampakkan sebagian lekuk-lekuk tubuhnya. Tapi itu sudah cukup. Baru kemudian Ningrum segera mendekati pemuda penolongnya."Sebelumnya aku minta maaf atas kelakuanku tadi, Baraka! Aku memang sedang bersedih. Guruku, Raja Pedang Kupu-kupu tewas di tangan manusia durjana yang bergelar Dewa Abadi.""Ya ya ya...! Tapi, sekarang aku sudah diperbolehkan melihat tubuh.., eh! Maksudku, bolehkah aku berbalik?" kata Baraka buru-buru mengulangi ucapannya.Sebenarnya sewaktu gadis cantik di belakangnya tadi berbicara, pemuda dari Lembah Kera masih sangat terk
Read more

290. Part 5

"Cepat jawab pertanyaanku! Benarkah kau bergelar Pendekar Kera Sakti!" bentak Iblis Pocong garang.Baraka alias Pendekar Kera Sakti tenang saja, seperti tak mempedulikan kehadiran kedua orang tua itu."Kau ini bertanya pada siapa, Pak Tua," kata Baraka, kalem."Keparat! Aku bertanya padamu, tahu?" bentak Iblis Pocong lagi. "Sekarang katakan! Benarkah kau yang bergelar Pendekar Kera Sakti?""Oh...! Jadi kau bertanya padaku? Kenapa kasar amat? Sopan sedikit dong?""Jangan banyak bacot! Apa kau tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa, he?!" bentak Iblis Muka Bayi garang.Baraka sebenarnya heran, karena kedua orang tua itu seperti mempunyai maksud yang tidak baik. Lebih heran lagi, karena rasa-rasanya ia belum pernah bertemu mereka. Jadi, tak ada alasan mereka memusuhinya."Heran-heran! Kenapa selalu saja ada orang yang meributkan siapa aku? Hey, dengar! Kenapa sih kalian usil bertanya tentang siapa aku sengaja? Dasar kurang kerjaan! Su
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
54
DMCA.com Protection Status