All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 261 - Chapter 270

534 Chapters

261. Part 15

 “Kenapa kau menangis Rintih Manja? Apakah ada yang salah dengan ucapanku barusan”.“Tidak! Tidak ada yang salah dengan ucapanmu Baraka, aku memang bukan siapa-siapamu” ucap Rintih Manja lagi diantara isak tangisnya, Baraka semakin terharu mendengarnya, maka direnggangkannya pelukannya dan diangkatnya dengan lembut wajah cantik Rintih Manja untuk menatap kearahnya.Baraka kemudian teringat akan ucapan Nyai Lirih Dewi yang pernah mengatakan kalau Rintih Manja memiliki perasaan kepadanya. Hal inilah yang kemudian Baraka mengerti akan sikap Rintih Manja.“Apa kau menyukaiku Rintih Manja?” tanya Baraka terang-terangan hingga membuat wajah Rintih Manja langsung memerah. Rintih Manja langsung menundukkan wajah, karena takut wajahnya yang memerah terlihat oleh Baraka. Pemuda yang diam-diam dicintainya.Dengan lembut, kembali Baraka mengangat dagu halus Rintih Manja yang seakan tanpa tulang itu keatas, menatap kea
Read more

262. Part 16

Hujan terdengar semakin lebat diluar gudang kelapa yang menjadi tempat terjadinya pergelutan birahi antara Baraka dan Rintih Manja. Di dalamnya terlihat kedua muda mudi itu sudah saling berpelukan satu sama lain, entah karena dingin atau hanya ingin saling menghangatkan tubuh saja.Baraka terlihat hanya mengenakan celananya saja, sedangkan tubuh bagian atasnya tampak masih telanjang. Terlihat jelas bagaimana bidangnya dada yang Baraka miliki. Sementara itu dipelukannya, terlihat sosok jelita Rintih Manja tengah bergelayut manja dengan berbaring memeluk dada Baraka. Hanya mengenakan pakaian seadanya, itupun sembrawutan sehingga beberapa bagian dikulit tubuhnya terbuka. Terlihat mulus tanpa noda.Saat ini Rintih Manja terlihat tengah menatap manja kearah Baraka yang saat itu juga tengah menatapnya. Di wajah Rintih Manja tak henti-hentinya seringai senyum kepuasan atas apa yang telah terjadi. Rintih Manja merasa bagaikan mimpi semua yang baru saja dialam
Read more

263. Part 17

Hentakan kaki ke bumi membuat keempat orang itu mental ke atas, ada yang kepalanya membentur dahan pohon, ada yang nyangsang di atas pohon, ada yang jatuh kepala duluan, ada pula yang tertancap patahan dahan runcing. Jurus 'Sentak Bumi'-nya terpaksa digunakan lagi ketika empat orang muncul lagi dari dalam benteng membantu temannya yang sudah tak berdaya. Dengan sekali hentakkan kaki ke bumi, keempat orang itu terpental lagi ke atas dan jatuh dengan kehilangan keseimbangan badan. Kali ini ada yang meluncur kepala duluan dan masuk ke sebuah kubangan berlumpur.Jruub...!Kepala terbenam sampai dada, kakinya masih bergerak-gerak di atas. Baraka tidak pedulikan keadaan mereka yang menderita akibat jurus 'Sentak Bumi'-nya. Ia langsung masuk ke dalam benteng berbatu hitam. Di sana ia disambut dengan lemparan enam tombak dari arah depan dan samping kanan-kiri. Baraka tak perlu merasa kaget, karena hal-hal seperti itu sudah diduga sebelumnya.Zraaab...!E
Read more

264. Part 18

"Tempat  apa  ini    sebenarnya?" tanya Baraka sambil memandang sana-sini."Tempat  rahasia," jawab Ratu Geledek Hitam. "Di sinilah segala rahasia dibicarakan atau dilakukan.""Pasti tempat ini kau gunakan untuk bersembunyi dari serangan lawan yang tak mampu kau hadapi."Ratu Geledek Hitam hanya tersenyum, ia tak memberikan komentar apa-apa. Langkah kakinya tetap tegap, agak cepat, wewangian yang disemprotkan ke pakaian dan tubuhnya tercium jelas oleh hidung Baraka. Tapi Baraka tetap tidak mau lontarkan pujian atas keharuman yang lembut dan enak dihirup itu.Matanya masih memandangi tiap dinding penuh waspada, karena ia tak ingin termakan jebakan yang mungkin dipasang pada dinding lorong yang kini telah membelok ke kiri itu."Kenapa tidak ke kanan?" tanyanya."Lorong yang ke kanan menuju ke sarang ular piton. Aku punya delapan ular piton di sana. Tapi mereka tak akan bisa menyeberang ke lorong kiri ini, karena s
Read more

265. Part 19

"Jangan begitulah...," katanya dengan lemah, membuat sang Ratu kian menggoda."Seranglah kalau kau berani...," wajah itu makin didekatkan lagi. Matanya sedikit terpejam. Bibir merekah menantang gairah. Baraka memandanginya dengan jantung berdetak-detak. Ia ditantang, tapi ia bingung menyerang."Dadanila, kau musuhku. Kau tak boleh begitu.""Iya. Kau dan aku bermusuhan. Makanya kalau kau mau menyerang silakan! Nih, serang nih...!" bibir itu makin disodorkan. Dengus napasnya terasa menghangat di wajah Baraka yang salah tingkah."Aku... aku harus menyerangmu bagaimana?""Ya, bagaimana sajalah. Terserah! Mau pakai tangan boleh, mau pakai kaki boleh, mau pakai bibir juga boleh.""Pa... pakai... pakai bibir saja, ya?""He'eh...," jawab Ratu Geledek Hitam dalam desah. Baraka tak kuat ditantang begitu. Maka pelan-pelan ia menempelkan bibirnya ke bibir Dadanila. Hangat. Nikmat. Dan Baraka segera mengecup bibir itu pelan-pelan. Gerakannya sanga
Read more

266. Raja Dedemit Kala Coro

TIGA ORANG utusan dari Pulau Dedemit nyaris menghancurkan benteng Geledek Hitam. Hebat juga? Hanya tiga orang saja bisa bikin Geledek Hitam morat-marit, apalagi kalau enam orang? Mungkin benteng Geledek Hitam bisa didongkel dan diusung ke lautan sana!"Satu orang Pulau Dedemit sama dengan delapan orang Geledek Hitam," kata Dadanila mengakui kehebatan lawannya.Baraka geleng-geleng kepala. "Padahal satu orang Geledek Hitam sama dengan dua orang Perguruan Mekar Bumi, ya? Berarti satu orang Pulau Dedemit sama dengan enam belas orang Perguruan Mekar Bumi? Wow... luar biasa kuatnya perbandingan itu.""Itulah sebabnya aku tak berani mengejar mereka ke Pulau Dedemit. Ilmuku sama dengan sesendok garam di lautan bagi Raja Kala Coro. Tiga orang seperti aku baru bisa menandingi anak buah Raja Kala Coro yang kelas rendah. Bisa kau bayangkan alangkah saktinya Raja Kala Coro itu.""Tunggu, tunggu... kubayangkan dulu!"Tiga hari lamanya Baraka tinggal di benteng
Read more

267. Part 2

"Aku bersedia bikin perhitungan denganmu sekarang juga, daripada kau paksa aku menemui Raja Kala Coro! Sekarang apa maumu akan kulayani!""Sabar, sabar...!" seia Baraka. Dengan kalem ia berkata, "Soal bikin perhitungan itu soal gampang. Sekarang juga, di sini pun, bisa kalian lakukan dengan hasil yang jelas. Tapi soal merebut kitab itu dari tangan Raja Kala Coro itu yang perlu dipikirkan. Kalian mati di sini, salah satu atau dua-duanya, percuma saja jika kitab itu masih ada di Pulau Dedemit. Toh kematian kalian di sini tidak membuat kitab itu pulang sendiri?""Lalu apa maksudmu?" tanya Nyai Lirih Dewi kepada Baraka yang dicurigai memihak Ratu Geledek Hitam."Aku perlu tahu dulu, kira-kira apa yang membuat Raja Kala Coro menginginkan kitab itu? Coba katakan perkiraanmu, Nyai.""Kurasa... kurasa dia punya maksud yang sama dengan Dadanila."Baraka memandang Dadanila. Ratu cantik yang selera cintanya belum terpenuhi sejak kemarin-kemarin itu segera ber
Read more

268. Part 3

"Tidak, Percayalah padaku, tidak akan terjadi hal yang kau bayangkan itu. Jangan menyerah dulu, Anak Manis," bujuk Baraka yang membuat Rintih Manja akhirnya luluh, tundukkan kepala setelah ditatap tajam oleh Baraka. Tatapan mata Baraka itu mengandung kekuatan mistlk yang mampu meredakan amarah seseorang dan kekerasan hati siapa pun. itulah jurus 'Mata Dewa Kayangan' yang selalu mengalir dalam diri Baraka."Ratu," katanya kepada Dadanila. "Kuambil alih tanggung jawabmu merebut kembali kitab itu, tapi kau harus berjanji untuk tidak mengganggu orang Perguruan Mekar Bumi lagi. Jika kau masih ingin mengganggu mereka, kau akan berurusan denganku lebih parah. Dalam sekejap tempat ini bisa kuratakan dengan tanah. Jika kau mau berdamai, itu lebih baik, dan aku akan membantu kalian untuk menggali tambang emas. Hasilnya bisa kalian manfaatkan bersama tanpa keserakahan."Sang Ratu diam tak berkata karena terpaku mendengar kata-kata itu dan terpukau menerima tatapan mata B
Read more

269. Part 4

Kulit tubuhnya kuning langsat, tapi mulus tanpa cacat tanpa goresan apa pun. Jubahnya yang tanpa lengan menampakkan kulit tangannya yang lembut seperti kulit bayi, tanpa ada bekas suntikan cacar di ujung lengannya. Tinggi gadis itu lumayan, tidak terlalu jangkung, tidak terlalu pendek. Pokoknya serasi dengan bentuk tubuhnya yang sekal, padat, dan kencang. Sangat kontras dengan wujud sang ayah yang angker mirip kuburan para zombi."Kamu nggak perlu murung lagi, Sanjung Jelita. Sekarang kita sudah punya kunci menuju keinginanmu. Kitab Jayabadra sudah kita peroleh. Tinggal bagaimana ketekunanmu mempelajari Ilmu 'Pintu Tiga Alam' itu. Nanti Ayah akan membantumu dalam mempelajari ilmu tersebut."Sang putri berkata, "Terima kasih, Ayah. Ayah selalu menuruti keinginanku.""Karena sejak kematian Ibumu, kaulah satu-satunya buah hatiku, Sanjung Jelita. Anak semata sapi harus disayang setulus hati," kata Raja Kala Coro dengan suaranya yang besar.Mereka duduk di ban
Read more

270. Part 5

Akhirnya, Blaaab...! Cahaya itu padam, wujud kupu-kupu berubah menjadi Baraka. Satu lagi kesaktian yang diajarkan oleh Raja Kera Putih diperlihatkan oleh Baraka, nama ilmu itu adalah ilmu ‘72 Perubahan’.Pemuda itu cengar-cengir, duduk di atas ranjang di samping sang putri. Tangannya memainkan ujung hidung sang putri. Bibirnya disentuh-sentuh oleh jari telunjuk Baraka. Dagunya juga dimainkan, dan akhirnya merayap sampai ke dada. Sang putri kaget lalu terbangun."Hahh...?!" ia terpekik tertahan den lompat dari tempat tidur. Matanya membelalak tegang melihat sesosok pemuda berpakaian kumal ada di atas ranjangnya. Tentu saja sang putri berdebar-debar ketakutan dan merasa dongkol."Siii... siapa kau?""Namaku Baraka," jawab Baraka dengan kalem. Ia turun dari ranjang, Sanjung Jelita mundur ketakutan."Keluar, atau kupanggilkan pengawal biar kau ditangkap?!""Jangan dong. Aku suka di sini kok.""Nggak
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
54
DMCA.com Protection Status