Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Bab 1081 - Bab 1090

Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 1081 - Bab 1090

1143 Bab

1080. Part 18

"Logo adalah pengawal sang Ratu. Dulu Logo pernah dikalahkan oleh sang Ratu. Sang Ratu kecewa atas kematian dua utusannya. Logo diutus menyeret pembunuhnya.""Ya, aku sudah dengar dari mulut Logo sendiri, apa tugas orang besar itu.""Ki Bwana Sekarat orang yang diincar oleh sang Ratu untuk dibunuh dalam keputusan pengadilannya. Kau tentunya akan ikut campur karena kau ada di pihak Ki Bwana Sekarat. Dan jika kau berhadapan dengan Nila Cendani si Ratu Tanpa Tapak itu, jelas keputusan sang Ratu akan berubah. Dia akan naksir kamu dan ingin menikah denganmu."Pendekar Kera Sakti tersenyum malu. "Ah, itu belum tentu. Tak ada alasannya sang Ratu berbalik pikiran begitu.""Alasannya ada. Alasannya ialah... kau tampan dan menawan hati," jawaban ini agak pelan, seakan tercetus tulus dari dasar lubuk hati Pelangi Sutera. Tapi murid Setan Bodong itu hanya cengar-cengir mencoba tak mengakui kebenaran ucapan itu."Aku bersungguh-sungguh. Kau punya daya pikat yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

1081. Part 19

"Logo sudah tak berani pulang kepada Ratu Tanpa Tapak. Itu berarti Logo sudah berpihak kepadamu. Untuk menghindari bencana itu, turutilah saranku, Baraka. Jangan sampai kau jatuh dalam pelukan Nila Cendani, sebab jika terjadi begitu maka aku akan mengadu nyawa dengannya. Pasti dia yang akan tumbang.""Kenapa tidak kau tumbangkan saja ratu itu?""Dalam urutan silsilah, aku adalah neneknya Nila Cendani. Dia cucu dari almarhum adik bungsuku."Karena bingungnya, Baraka hanya berkata, "Udara memang panas. Aku perlu cari angin ke luar gua dulu.""Boleh aku menemanimu?"Murid Setan Bodong itu hanya memandang dan memberikan seulas senyum, ia sudah berdiri, tapi tak memberi jawaban pasti, lalu ia mengnakan pakaiannya kembali dan ia melangkah keluar gua.Ternyata di luar keadaan terang benderang. Rembulan memancarkan sinarnya ke bumi tidak tanggung-tanggung lagi. Udara panas itu mungkin disebabkan uap air laut yang menyimpan panas matahari pada waktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

1082. Ratu Gunung Sesat

KALAU bukan karena demi menyelamatkan Angon Luwak, Ki Bwana Sekarat tak mungkin menyerah kepada orang-orang Gunung Sesat, dua dari tujuh orang yang menangkap Ki Bwana Sekarat sudah berhasil dilumpuhkan. Satu orang dilumpuhkan oleh Raja Maut, satu lagi dilumpuhkan oleh Ki Bwana Sekarat sendiri. Tetapi Raja Maut segera tumbang di tangan Lasogani, pentolan dari ketujuh orang tersebut. Sedangkan Ki Bwana Sekarat terpaksa hentikan perlawanannya karena Angon Luwak digunakan sandera oleh mereka.Kini tubuh Ki Bwana Sekarat dililit rantai. Kedua tangannya dikebelakangkan dalam keadaan terbelenggu rantai. Dari bawah pundak sampai ke perut pun dililit rantai. Rantai itu bukan sembarang rantai. Lasogani mempunyai rantai penjerat yang dinamakan 'Rantai Neraka'. Jika orang yang dijerat rantai itu berontak ingin melepaskan diri, maka rantai itu akan menjadi lebih kencang sendiri. Semakin orang yang dijerat berontak terus, semakin kuat rantai itu menjerat. Bisa-bisa memotong bagian tubuh orang terse
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

1083. Part 2

Balung Kere sudah berhasil mencabut kapaknya, ia maju setindak dan berkata bagaikan tanpa perasaan apa-apa."Sekarang sudah waktunya un... un... un... un..."Balung Kere sulit bicara, karena Juru Bungkam menyambar sesuatu di depan dadanya dan tangan menggenggam bagaikan menangkap lalat. Itulah jurus pembungkam yang dimilikinya, membuat Balung Kere menjadi sulit bicara. Tapi agaknya Balung Kere masih memaksakan diri untuk bicara, sehingga mulutnya tercengap-cengap dan badannya bergerak-gerak, kepalanya oleng sana-sini karena ingin ucapkan sesuatu."Kuuk... mmuuk... kekk... seeekk... buuuk... ngggiiik... ngiiik....""Hoi...!" bentak Lasogani. "Ngomong apa kau ngak-ngik, ngak-ngik, begitu!"Balung Kere menuding-nuding Juru Bungkam sambil memandang Lasogani."Sul... sulll suull... ngiiik... ngook... nyuk... nyuk....""Dia dibungkam orang itu," kata Tamboi yang berada tak jauh dari Lasogani. Hal itu membuat Lasogani kian jengkel.Tangan Ki Parandito masih menggenggam di depan dada. Balung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

1084. Part 3

Claaap...!Dari ujung tongkatnya keluar panah kecil berwarna merah. Panah itu rupanya adalah panah besi yang amat beracun dan bertenaga dalam tinggi. Napas Setan segera menangkis dengan tombak trisula, mengibaskan panah itu ke samping.Trang...! Duaaar...!Nyala api memercik akibat tangkisan dua senjata ampuh itu. Ledakan yang timbul merontokkan dedaunan di sekeliling mereka. Bahkan ada beberapa dahan yang masih muda patah dan berjatuhan. Tombak trisula itu diputar cepat.Wut, wut, wut...! Tahu-tahu sudah berada di samping Napas Setan yang berdiri tegak dengan kaki kekar merenggang sedikit, ia menampakkan sikap perkasanya dengan lirikan mata yang tajam mempunyai gairah membunuh dengan kejamnya. Lirikan mata itu membuat Ki Lumaksono tersenyum tipis. Ki Parandito segera melangkah dengan santai sambil mengayunkan tongkatnya.Kini jarak Ki Parandito dengan Napas Setan hanya tiga tindak. Tokoh tua berjubah merah itu menampakkan ketenangannya walau ia berkata dengan suara berat, "Keluarkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

1085. Part 4

"Biasanya orang yang terkena jurus 'Petir Biru' milikmu itu akan hancur. Tapi orang itu tetap utuh. Hanya pakaiannya yang rusak berat. Hebat sekali!"Ki Lumaksono agak malu juga mendengar bisikan itu. Seolah-olah jurus andalannya tidak berguna bagi lawan seperti si Paruh Pendek. Ki Lumaksono hanya diam, terpaku di tempat memandangi Paruh Pendek.Asap makin hilang, wujud Paruh Pendek makin jelas. Lasogani sedikit lega melihat temannya tak mengalami cedera. Balung Kere yang sudah berhasil bangkit lagi itu tertegun bengong melihat keadaan Paruh Pendek yang hampir tidak berpakaian itu."Serang lagi! Serang lagi mereka, Paruh Pendek!" seru Balung Kere memberi semangat. Tetapi Paruh Pendek tetap diam di tempat dengan senyum tetap tersungging tipis sejak tadi.Lasogani pun segera memberi perintah, "Balas perbuatan mereka, Paruh Pendek. Balas sekarang juga, Bodoh!"Tetapi Balung Kere menjadi berkerut dahi melihat Paruh Pendek tidak bergerak sejak tadi. Pel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

1086. Part 5

Blaar...!Lasogani terpelanting jatuh ke belakang. Wajahnya merah matang. Ki Parandito ingin menghabisi lawannya agar tak terlalu membuang waktu banyak. Tetapi ketika ia melompat dengan tongkat siap dihunjamkan, tiba-tiba sekelebat bayangan melintas dan menerjangnya dari samping.Wuuut...! Bruuus...!Ki Parandito terpental jatuh enam langkah jauhnya. Tubuh yang menerjangnya berdiri dengan sigap dan kekar. Ki Parandito terkejut, demikian pula Ki Lumaksono yang mendelik melihat siapa tokoh yang datang bermaksud menyelamatkan Lasogani dan Balung Kere itu."Guru....!" Ki Lumaksono tersentak dengan suara berat. Orang yang baru datang itu berambut panjang sampai sebatang pinggang, warnanya putih rata. Berpakaian jubah putih kusam hingga menyerupai warna coklat. Tubuhnya kurus, matanya dingin. Kukunya panjang dan runcing. Kemunculannya membuat Ki Parandito mundur hingga berjajar dengan Ki Lumaksono."Apakah dia benar-benar guru kita: Eyang Sokobumi!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

1087. Part 6

Baraka tidak menyangka, sebab perhatiannya tercurah kepada cara menyelamatkan Ki Bwana Sekarat sebelum tukang tidur itu diadili oleh Ratu Tanpa Tapak. Ia harus bisa mencegat perjalanan para utusan itu. Sebab diam-diam Baraka punya kecemasan juga jika terus berhadapan dengan Ratu Tanpa Tapak. Kecemasan itu adalah rasa takut terpikat dan dipikat, seperti yang dikhawatirkan oleh Pelangi Sutera.Perjalanan Pendekar Kera Sakti mengejar rombongan pembawa Ki Bwana Sekarat akhirnya menemui sedikit hambatan. Hambatan itu datang dari Ki Lumaksono dan Ki Parandito. Mereka terkulai di rerumputan ketika Baraka melintasi daerah itu. Wajah mereka memar membiru, jubah mereka robek-robek, bahkan mata kiri Ki Lumaksono menjadi lebam. Darah mengering di lubang hidung, mulut, dan telinga mereka. Luka dalam diderita berat oleh kedua tokoh tua yang menurut Ki Bwana Sekarat punya ilmu tinggi.Baraka menjadi heran menemui kedua tokoh tua itu dalam keadaan luka parah begitu, ia segera menolong
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

1088. Part 7

Repotnya lagi, tubuh Ki Lumaksono bagaikan dijepit oleh tanah yang menelannya, sehingga tak bisa bergerak dan berusaha keluar dari sana. Ia sempat tegang sesaat. Tapi Baraka segera menghentakkan tumit kakinya ke tanah dengan pelan.Duug...! Bruuus...!Tubuh Ki Lumaksono terbang ke atas bagaikan ada yang mencabut atau mendorongnya dari dalam tanah. Tubuh yang melayang itu segera bersalto satu kali dan mendarat dengan sigap. Matanya beradu pandang dengan mata Baraka."Ilmumu sungguh mengagumkan, Nak," kata Ki Lumaksono."Terpaksa kulakukan karena kau menyerangku, Ki.""Heaaat...!""Tahan!" sentak Ki Lumaksono kepada Juru Bungkam itu. Ki Parandito hanya membuka kuda-kuda, lalu berhenti tak lanjutkan gerak. Matanya melirik Ki Lumaksono yang segera mendekatinya dari belakang ke samping kanan.Dengan tetap memandang Baraka yang berdiri tenang, Ki Lumaksono berkata kepada Ki Parandito, "Agaknya jalan pikirannya cukup baik. Kita yang keliru."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

1089. Part 8

ANGON Luwak kehilangan jejak. Tentu saja, sebab Baraka menggunakan jurus peringan tubuh dalam larinya. Kecepatannya tidak ada sekuku hitam dengan kecepatan lari bocah berusia sepuluh tahun itu. Tak heran jika Angon Luwak tertinggal sangat jauh. Tetapi Angon Luwak tidak mau menyerah, ia menggunakan ilmu kira-kira. Dari tempatnya berhenti ia memandang sekeliling. Tak ada tanda-tanda yang bisa digunakan untuk menjadi penunjuk jalan. Bocah itu segera memanjat pohon kelapa untuk memetik buah kelapa dan mengambil airnya, ia haus sekali. Dan pada saat ia sampai di atas pohon kelapa, ia melihat sebuah gunung menjulang tak seberapa tinggi. Arahnya ada di sebelah utaranya."Pasti itulah yang bernama Gunung Sesat! Berarti aku harus melangkah ke arah sana. Pasti lama-lama akan sampai juga."Pikiran Angon Luwak sangat sederhana. Maka selesai bersusah payah membolongi kelapa untuk diminum airnya, Angon Luwak pun segera menuju ke arah utara. Bocah itu bukan hanya pantang menyerah, na
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
107108109110111
...
115
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status