Home / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / Chapter 1011 - Chapter 1020

All Chapters of Pendekar Kera Sakti: Chapter 1011 - Chapter 1020

1031 Chapters

1010. Part 5

Embun Salju manggut-manggut. Kemudian ia berkata kepada Minarsih, "Bagaimana luka-lukamu" Masih terasa sakit?""Hanya perih sedikit, Guru!""Itu berarti sebentar lagi lukamu akan sembuh, bibirmu yang robek akan mengering Dan..., sebaiknya keluarlah dulu. Aku mau bicara berdua dengan Dewi Anjani.""Baik, Guru!"Di luar, Minarsih kembali bercerita dengan penuh semangat dan berapi-api. Beberapa temannya mengerumuni, termasuk Jongos Daki yang merasa tertarik dengan berita aneh tersebut. Jongos Daki menyimak tiap kata yang diucapkan Minarsih, seolah-olah mencatatnya dalam otak.Sementara itu, di dalam ruang penyembuhan, Embun Salju bertanya kepada Dewi Anjani, "Apa yang kau maksud dengan ketidakberesan Minarsih tadi?""Dia mengarang sebuah cerita seru untuk menutupi sesuatu yang belum jelas kita ketahui!""Minarsih berbohong kepada kita?""Betul, Guru!""Tidak mungkin!" bantah Embun Salju. "Minarsih bicara apa adanya. Aku mel
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

1011. Part 6

Mereka segera bergegas mencari tempat berlindung. Sebongkah batu karang besar menjadi sasaran berlindung mereka. Mata mereka memandang ke arah sebatang pohon berdaun merah kehitaman. Dari bawah pohon itulah Mahasi melihat sinar merah tadi menyerang mereka. Jika ia tidak menendang Dewi Anjani, maka Dewi Ajani akan menjadi bubuk seperti perahu tersebut."Siapa yang menyerang kita!" tanya Dewi Anjani dengan tegang karena amarahnya menjadi meluap namun tertahan di dalam dada."Entah! Tak kulihat manusianya. Aku hanya melihat sinar merah yang melesat dari bawah pohon itu!""Pancinglah dengan pukulan jarak jauhmu! Saran Dewi Anjani.Mahasi segera berdiri dan melepaskan pukulan jarak jauhnya yang memancarkan sinar kuning panjang berkelebat bagai bintang jatuh dari langit.Wuuuttt...! Blarrr...!Tanah di bawah pohon besar berdaun merah kehitaman itu menyembur ke atas dalam satu ledakan. Pohon besar itu berguncang, daunnya yang keringpun berguguran.
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

1012. Part 7

"Benar. Dari mana kau tahu?""Aku hadir di Arena Pertarungan itu! Aku melihat kehebatanmu, dan aku terkesan dengan ilmu pedangmu! Tapi untuk saat-saat fajar begini, kau tidak akan bisa menandingi ilmu pedangku, Pendekar Kera Sakti""Apa maksudmu berkata begitu!""Serahkan pedang emas di tanganmu itu, atau kau kubantai seperti saat membantai Mahendra Soca, si Wajah Hitam itu!""Boleh kau ambil pedang ini, asal kau bisa mengejarku!"Zlapppp...!Pendekar Kera Sakti berlari melebihi hembusan badai. Tahu-tahu ia berada jauh di ujung sana. Ratu Fajar Garang terbegong memandang gerakan Baraka yang begitu cepatnya. Dari sana terdengar Baraka berseru, "Fajar Garang! Ambillah pedang ini kalau kau mampu menjamahnya!""Keparat kau, Pendekar Kera Sakti! Aku tak akan terpancing oleh kelicikanmu! Hiaaah...!"Wuttt...!Ratu Fajar Garang menyerang Kirana yang tersenyum-senyum melihat Baraka melakukan rencana yang dibisikkan tadi.
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

1013. Part 8

Wuttt...! Brukk...!Kirana disentakkan hingga menabrak Pendekar Kera Sakti. Lehernya tidak jadi digorok oleh Ratu Fajar Garang. Perempuan beruban rata itu segera lari menuju ke pedang emas yang tergeletak di rerumputan. Tetapi, pada saat itu pula tangan kanan Baraka bergerak menyentak ke depan dalam keadaan telapak tangan terbuka miring.Sett...!Zlap zlappp...!Jurus 'Manggala' dikeluarkan oleh Baraka. Dari tangan yang disentakkan, meluncur dua pisau kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang. Pisau itu melesat begitu cepatnya dan menancap masuk ke punggung Ratu Fajar Garang.Pada waktu itu, perempuan tersebut sedang mau mengambil pedang dalam gerakan membungkuk. Dan ketika ia terkena jurus 'Manggala', keadaannya menjadi tetap diam dan tak bergerak sebagaimana posisi mengambil pedang. Suaranya tak ada, gerakannya pun hilang.Kirana memandangnya dengan rasa takjub. Ia membatin, "Lagi-lagi Pendekar Kera Sakti mengeluarkan ilmu totoknya yang
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

1014. Part 9

Embun Salju terdesak mundur oleh serangan Nini Pasung Jagat. Bahkan satu kali ia terkena pukulan bercahaya biru dari tangan Nini Pasung Jagat. Segera Mahasi dan Dewi Anjani memerintahkan beberapa murid lainnya untuk memagari Embun Salju."Nyai Guru harus beristirahat dulu! Jangan teruskan penyerangan ini!" kata Dewi Anjani."Siapa yang akan menahan amukan Nini Pasung Jagat itu kalau bukan aku? Kalian akan mati sia-sia kalau mencoba menyerangnya!""Kami akan pancing dia agar menjauh dari kuil ini!" kata Mahasi.Lalu, Dewi Anjani menambahkan kata, "Kami ulur waktu sampai Pendekar Kera Sakti tiba di sini!""Apa Jongos Daki sudah berangkat?""Sudah sejak tadi, Guru!" jawab Dewi Anjani."Guru terluka dan harus disembuhkan dulu! Kami akan ulur waktu untuk menunggu kedatangan Pendekar Kera Sakti!""Baik, Baik...! Tapi lukaku ini tak seberapa. Tak perlu cemas!" kata Embun Salju sambil melangkah mundur."Buat dia agar sibuk ke ar
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

1015. Part 10

"Aha...! Pedang Wukir Kencana ada di tanganmu, Baraka! Oooh...ho ho ho...! Pucuk dicinta ulam tiba! Itu yang kucari-cari!""Barangkali kematian yang kau cari, bukan pedang ini, Nini!""Dengar Cah bagus kayak tikus...! Pedang itu adalah milik guruku, dan hanya murid-muridnya yang berhak memegang dan memiliki pedang emas itu! Ki Padmanaba atau aku! Bukan kau! Karena kau bukan murid Guru kami, Baraka!""Tapi aku yang mendapat amanat dari Ki Padmanaba untuk menyelamatkan pedang ini, agar tak jatuh ke tangan orang-orang sesat seperti kamu, Nini!""Kalau kau nekat menggunakan pedang itu, maka kau akan mati termakan kutuk yang ada di dalam kekuatan pedang itu!"Kirana berteriak dari jauh, "Jangan percaya, Baraka!"Pendekar Kera Sakti tersenyum memandangi Nini Pasung Jagat yang tampak berang mendengar seruan Kirana. Tapi Nini Pasung Jagat tidak menghiraukan seruan tersebut, ia maju setindak sambil mengulurkan tangannya dengan pelan, "Berikan padaku!
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

1016. Part 11

Tetapi kemunculan itu membuat hati Kirana menjadi seperti ditusuk dengan seribu jarum berkarat. Dendam di dalam hatinya terbakar lagi. Bayangan saat orang seperti raksasa itu memperkosa ibu dan seorang kakaknya, terbayang jelas di mata Kirana. Sekalipun waktu itu Logayo masih muda, tapi Kirana masih ingat dengan wajahnya, brewoknya, matanya yang lebar ganas dengan alisnya yang tebal, tubuhnya yang besar, suaranya yang berat dan besar itu juga, semuanya melekat erat dalam ingatan Kirana.Pelan-pelan Kirana bangkit dengan jantung bergemuruh, berdebar debar dan sedikit gemetar. Tinggal satu orang itu yang belum dilenyapkan oleh dendam Kirana. Kini orang tersebut muncul di depan Pendekar Kera Sakti dan berkata dengan gaya memuakkan, "Hebat sekali jurus pedangmu, Anak Muda! Aku terkesima melihat jurusmu yang luar biasa itu! Tapi kau menggunakan pedang emas milik Ki Padmanaba kelihatannya! Apakah kau telah mencuri pedang itu dari tangan bekas adik iparku, hah!""Aku tak kena
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

1017. Part 12

Kirana menatap Baraka, mata gadis itu berkaca-kaca memandangnya. Kemudian, meleleh air matanya ketika ia terbayang wajah-wajah keluarganya, ayahnya, ibunya, dan satu persatu wajah kakak perempuannya yang berjumlah lima orang itu. Seakan Kirana telah menebuskan nyawa mereka dengan membantai seluruh orang yang terlibat dalam peristiwa perampokan di rumahnya itu.Dengan matinya Logayo, pimpinan perampok dan pemerkosa kelima kakak serta ibunya itu, Kirana semakin menyadari bahwa sekarang hidupnya benar-benar telah sendirian. Tanpa arah dan tujuan yang pasti. Tanpa dendam dan kegelisahan lagi. Maka, menangislah ia dalam pelukan Pendekar Kera Sakti, sementara Pendekar Kera Sakti pun berusaha menenangkan tangis itu dengan bisikan-bisikan yang meneduhkan hati Kirana.Pedang emas telah dimasukkan ke dalam sarungnya. Pendekar Kera Saktipun segera menuntun Kirana untuk melangkah dalam rangkulan kasih sayangnya.Ketika menuruni bukit, mereka berpapasan dengan Embun Salju ya
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

1018. Part 13

DARI balik kerimbunan hutan berpohon rapat, terdengar suara jeritan yang panjang dan memilukan. Siapa yang menjerit, itu tak jelas. Yang pasti jeritan itu adalah jeritan kematian. Suaranya yang melengking menggema panjang itu bagaikan membangunkan setiap jasad yang sudah terkubur mati.Sementara itu, hembusan angin cukup kencang dan menderu. Gumpalan awan hitam bergulung-gulung di langit, menyekap matahari, membuat alam terasa mati. Sesekali terdengar gelegar petir melecutkan lidahnya bagai ingin membelah langit.Agaknya alam yang memberikan tanda-tanda bagai kiamat datang itu tak dihiraukan oleh tiga orang berusia sebaya itu. Satu di antaranya telah terkapar mati tanpa darah. Dua dari mereka masih melanjutkan pertarungannya dengan sengit.Rupanya mereka bertarung di atas dataran berbatu rata. Dataran tersebut adalah lantai dari sebuah petilasan keraton yang telah hancur sekian puluh tahun yang lalu, bahkan mungkin sekian ratus tahun yang lalu. Sisa pilar-pilarn
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

1019. Part 14

Baru tiga langkah Tapak Getih tinggalkan tempat, tiba-tiba sebuah gerakan berkelebat dari arah kanannya.Wuttt...! Crapp...!Sebatang tombak berujung garpu tiga mata menancap di selasela bebatuan yang menjadi lantai petilasan itu. Tombak tersebut datangnya dari arah atas pohon. Kalau Tapak Getih tidak cepat hentakkan kaki dan melompat mundur, ia akan dihujam tombak tersebut tanpa ampun lagi. Beruntung ia mempunyai gerakan bagus sehingga mampu menghindari maut yang hampir merenggut nyawa itu.Cepat-cepat Tapak Getih melemparkan pandangannya ke arah pohon, tempat datangnya tombak tersebut. Dari atas pohon melayang sesosok tubuh berpakaian serba kuning. Rambutnya panjang diikat memakai tali warna coklat. Orang itu ternyata seorang pemuda yang mempunyai wajah lumayan ganteng. Usianya sekitar dua puluh delapan tahun."Marta Kumba...!" sapa Tapak Getih dengan suara ketus, lalu ia tersenyum sinis.Marta Kumba, pemuda yang mempunyai badan tegap itu, segera
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status