Semua Bab Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris: Bab 241 - Bab 250

257 Bab

BAB 241: Sebuah Do'a

Suasana dermaga masih terlihat ramai meski setengah matahari sudah mulai tenggelam dibalik permukaan lautan. Kapal-kapal besar tengah berlabuh, ribuan kountainer barang sedang diturunkan dengan mesin-mesin.Anak-anak kecil berlarian di dekat pantai, menikmati sisa sore mereka dengan bermain.Kencangnya angin yang berhembus menyapu rambut Alfred, sorot matanya yang keemasan terlihat gelap ditelan sinar matahari yang kemerahan. Pria itu berdiri dalam ketegangan dengan senyuman sedihnya memandangi deburan ombak yang menyapu bibir pantai.Sekali lagi dia telah gagal menemukan keberadaan Floryn.Semua orang telah berkeliling hampir satu jam lamanya mencari keberadaan Floryn ke setiap penjuru tempat, namun tidak ada satu orangpun yang dapat menemukannya.Tidak ada sedikitpun jejaknya yang tertinggal.“Kemana kau sebenarnya Flo? Apa sendirian begitu membuatmu bahagia?” bisik Alfred bertanya kesunyian.Alfred berbalik melangkah gontai, tidak tahu kemana lagi kini dia harus menuju.“Apa kau t
Baca selengkapnya

BAB 242: Keyakinan

Suara decitan halus bus yang berhenti terdengar di jalanan. Emier keluar dari bus yang ditumpanginya dengan menggendong tas besar dan koper.Sejak dari kejauhan Emier tidak dapat mengalihkan perhatiannya pada tempat ini.Dan kini, dia berdiri dalam ketegangan dengan kaki yang lemas, diam terpaku tidak dapat menglihkan pandangannya dari rumah lamanya yang telah dijual, kini hanya tersisa puing-puing bebatuan dan baru diratakan dengan alat berat.Rumah yang Emier harapkan bisa dibeli kembali ternyata telah hancur tanpa menyisakan apapun, bahkan barang-barang dari rumah yang memiliki banyak kenangannya dengan Rafaela dan Floryn tidak tersisa satupun dan telah diangkut ke pabrik pengolahan sampah.Pupus sudah harapan Emier untuk bisa menghabiskan masa tuanya di rumah itu lagi. Hilang sudah harapan Emier untuk bisa mengembalikan hak Floryn yang sempat dia rebut.Tangan Emier terkepal kuat menahan erangan kecewanya, dia berteriak memaki dirinya sendiri dengan penuh kemarahan.Lagi dan lagi
Baca selengkapnya

BAB 243: Perjalanan

“Nona,” sambut Anastasia melihat kedatangan Floryn yang sudah rapi dan kembali menggendong tasnya keluar dari ruangan tempat dia menginap. “Apa ini tidak terlalu pagi?” Floryn tersenyum cerah, tubuhnya terasa lebih ringan dari biasanya setelah bangun tidur. Semalam Floryn bisa tidur dengan lelap dan penuh kenyamanan, Floryn yakin jika hari ini tidak akan seberat hari kemarin karena perjalananya menuju desa hanya membutuhkan waktu singkat. “Sebaiknya Anda sarapan bersama dengan kami dulu,” bujuk Anastasia terdengar penuh permohonan. “Tidak apa-apa suster, saya ingin memburu matahari pagi saat nanti sampai di pantai,” jawab Floryn masih dengan senyuman cerahnya. Tangan Anastasia saling bertautan dengan kuat dibelakang punggung, dia tidak dapat menutupi kegelisahan yang masih bergelayut didalam hatinya bila melepas pergi Floryn begitu saja. Kepala biara tidak memberikan banyak tanggapan sejak Floryn datang untuk menginap. Elizabeth justru menasihati Anasatasia untuk tidak terlalu ber
Baca selengkapnya

BAB 244: Hak Asuh

Keheningan menjebak Issabel dan Nolan didalam ruangan kecil pertemuan. Keduanya baru kembali saling bertemu setelah hari dimana Issabel terkena serangan stroke.Issabel sangat bahagia sekaligus canggung, dia sadar sepenuhnya jika kemungkinan Nola datang menemuinya didasari oleh sebuah alasan. Namun jauh dihati terdalam Issabel, dia sangat mengharapkan Nolan masih bersikap baik kepadanya seperti dulu sekalipun kini dia tidak terawat dan tidak cantik lagi.“Bagaimana kabar Erika?” bisik Issabel bertanya, dia sangat merindukan putrinya, sudah beberapa hari ini mereka tidak bertemu.Tubuh Nolan menegak, “Dia baik-baik sekarang, meski sempat menangis mempertanyakan keluarganya.”Issabel tertunduk sedih menempatkan tangannya diatas meja, jari-jarinya mulai keriput itu saling bertautan dengan erat. Setiap kali dia mengingat Erika, Issabel begitu menyesal dan menangis.Erika adalah korban dari kesalahannya, walau bagaimanapun dia tidak pantas menderita.“Mengapa kau tidak membawa Erika kemar
Baca selengkapnya

BAB 245: Menyusul Floryn

Flashback..Langit sudah gelap, beberapa nelayan yang akan pergi ke lautan terlihat menggunakan sepeda mereka dengan menjinjing lampu ditangan. Rembulan begitu besar di langit membawa remang-remang cahaya yang memperlihatkan pergerakan mereka.Saat suara angin terndengar dan menggerakan pepohonan, puluhan kunang-kunang berterbangan membawa cahaya mereka di antara kegelapan.Floryn duduk meringkuk di teras rumah kayu neneknya, gadis itu tengah menangis sendirian.“Flo, berhentilah menangis. Sebaiknya kau pergi tidur karena besok ayahmu akan datang menjemput,” nasihat Gritte tengah merapikan hasil pekerjaannya.Floryn menggeleng, suara isakan tangisnya terdengar lebih kuat. Floryn sangat marah dan kecewa karena neneknya tidak menahannya, padahal Gritte sangat tahu jika selama ini Floryn mengalami banyak kesulitan semenjak Issabel dan Rachel ada di rumah.Di North Emit, Floryn masih bisa pergi kabur ke rumah roan dan neneknya ketika mengalami masalah.Lantas kemana nanti dia akan pergi
Baca selengkapnya

BAB 246: Harapan Besar

Keadaan rumah nenek Floryn berada dalam keadaan yang cukup rapi meski sudah bertahun-tahun ditinggalkan.Floryn hanya menyingkirkan debu-debu dan beberapa sarang laba-laba disudut-sudut tempat dan mengepel lantai. Jendela-jendela rumah dia buka agar udara segar bisa masuk.Rumah nenek Floryn tidaklah besar, hanya terdiri dari dua kamar kecil, sebuah ruangan bekerja, dapur dan kamar mandi.Semua alat-alat bekerja Grette tersimpan begitu rapi, beberapa jenis formula farpume terkunci dibalik lemari kaca tanpa ada yang merusaknya.Kejujuran penduduk desa membuat rumah tidak kekurangan apapun meski pintu sama sekali tidak terkunci selama bertahun-tahun lamanya.Setiap sudut tempat Floryn bersihkan dengan perlahan karena kondisi tubuhnya yang lemah dan sesak napas yang sangat mengganggu.Floryn menarik ke sisi pintu kayu ke sisi, memasuki kamar Grette, menyibak gorden dan membuka jendela.Keadaan kamar Grette jauh lebih rapi dari apa yang dipikirkan meski dia sempat sakit demensia. Tumpukan
Baca selengkapnya

BAB 247: Menemukannya

Kaki Floryn berjinjit, menarik ranting pohon persik. Ada banyak pepohonan berbuah tumbuh didekat rumah, termasuk kebun kentang yang selalu nenek Floryn tanam kini telah merambat luas karena tidak ada yang mengambil.Floryn tidak perlu memusingkan apa yang harus dia makan meski selera makannya akhir-akhir ini semakin berkurang, ada banyak buah yang bisa dia petik di halaman rumah.Sore ini Floryn akan pergi ke sebuah toko di desa ini, dia ingin membeli gaun putih impiannya. Floryn tidak dapat menundanya hari esok, dia tidak tahu kapan kakinya akan benar-benar lumpuh tidak mampu untuk bergerak lagi.Beberapa buah telah dia masukan ke dalam keranjang rotan.Floryn segera duduk dibawah pohon persik, dia butuh waktu untuk kembali beristirahat sebelum sebelum melakukan sesuatu yang lainnya.Sambil duduk santai menikmati buah persik yang telah dipetiknya, gadis itu tidak berhenti memadangi rumah neneknya yang kini telah mengeluarkan asap dari cerobong.Pemandangan yang begitu cantik penuh
Baca selengkapnya

BAB 248:

Seorang dokter dari desa datang memeriksa keadaan Floryn yang sampai detik ini tertidur tenang, tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia adalah seseorang yang tengah sakit.Alfred bergerak gelisah didepan pintu melihat eskpresi dokter yang memeriksa Floryn terlihat berubah saat dia memeriksa kemampuan denyut nadi dan jantungnya. Melihat kegelisahan Alfred, Roan menariknya mundur untuk menjauh dan berhenti melihat apa yang terjadi. Bukan berarti Roan tidak sedang bersedih saat ini, namun dia masih bisa tetap mengontrol diri dari segala ketakutan yang masih seperti sebuah mimpi.Floryn yang tumbuh bersamanya sejak kecil, Floryn adalah anak yang periang dan cerdas, seorang altit es skating yang berprestasi. Roan selalu membayangkan akan seberapa bersinarnya Floryn dimasa dewasa nanti, bukan terbaring lemah seperti ini tengah berjuang dengan penyakit yang menggerogitnya. Hati Roan sangat sakit, perasaannya begitu hancur.Lima tahun yang lalu, Floryn pergi meninggalkan North Emit dalam kea
Baca selengkapnya

BAB 249: Gaun

Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s
Baca selengkapnya

BAB 250: Pikiran Alfred

Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status