Flashback..Langit sudah gelap, beberapa nelayan yang akan pergi ke lautan terlihat menggunakan sepeda mereka dengan menjinjing lampu ditangan. Rembulan begitu besar di langit membawa remang-remang cahaya yang memperlihatkan pergerakan mereka.Saat suara angin terndengar dan menggerakan pepohonan, puluhan kunang-kunang berterbangan membawa cahaya mereka di antara kegelapan.Floryn duduk meringkuk di teras rumah kayu neneknya, gadis itu tengah menangis sendirian.“Flo, berhentilah menangis. Sebaiknya kau pergi tidur karena besok ayahmu akan datang menjemput,” nasihat Gritte tengah merapikan hasil pekerjaannya.Floryn menggeleng, suara isakan tangisnya terdengar lebih kuat. Floryn sangat marah dan kecewa karena neneknya tidak menahannya, padahal Gritte sangat tahu jika selama ini Floryn mengalami banyak kesulitan semenjak Issabel dan Rachel ada di rumah.Di North Emit, Floryn masih bisa pergi kabur ke rumah roan dan neneknya ketika mengalami masalah.Lantas kemana nanti dia akan pergi
Keadaan rumah nenek Floryn berada dalam keadaan yang cukup rapi meski sudah bertahun-tahun ditinggalkan.Floryn hanya menyingkirkan debu-debu dan beberapa sarang laba-laba disudut-sudut tempat dan mengepel lantai. Jendela-jendela rumah dia buka agar udara segar bisa masuk.Rumah nenek Floryn tidaklah besar, hanya terdiri dari dua kamar kecil, sebuah ruangan bekerja, dapur dan kamar mandi.Semua alat-alat bekerja Grette tersimpan begitu rapi, beberapa jenis formula farpume terkunci dibalik lemari kaca tanpa ada yang merusaknya.Kejujuran penduduk desa membuat rumah tidak kekurangan apapun meski pintu sama sekali tidak terkunci selama bertahun-tahun lamanya.Setiap sudut tempat Floryn bersihkan dengan perlahan karena kondisi tubuhnya yang lemah dan sesak napas yang sangat mengganggu.Floryn menarik ke sisi pintu kayu ke sisi, memasuki kamar Grette, menyibak gorden dan membuka jendela.Keadaan kamar Grette jauh lebih rapi dari apa yang dipikirkan meski dia sempat sakit demensia. Tumpukan
Kaki Floryn berjinjit, menarik ranting pohon persik. Ada banyak pepohonan berbuah tumbuh didekat rumah, termasuk kebun kentang yang selalu nenek Floryn tanam kini telah merambat luas karena tidak ada yang mengambil.Floryn tidak perlu memusingkan apa yang harus dia makan meski selera makannya akhir-akhir ini semakin berkurang, ada banyak buah yang bisa dia petik di halaman rumah.Sore ini Floryn akan pergi ke sebuah toko di desa ini, dia ingin membeli gaun putih impiannya. Floryn tidak dapat menundanya hari esok, dia tidak tahu kapan kakinya akan benar-benar lumpuh tidak mampu untuk bergerak lagi.Beberapa buah telah dia masukan ke dalam keranjang rotan.Floryn segera duduk dibawah pohon persik, dia butuh waktu untuk kembali beristirahat sebelum sebelum melakukan sesuatu yang lainnya.Sambil duduk santai menikmati buah persik yang telah dipetiknya, gadis itu tidak berhenti memadangi rumah neneknya yang kini telah mengeluarkan asap dari cerobong.Pemandangan yang begitu cantik penuh
"Floryn Danika ini psikopat!""Benar! Bagaimana bisa anak berumur 15 tahun sepertinya, tak merasa bersalah setelah membunuh adik tirinya?""Meski tak ada hubungan darah, harusnya Floryn tak sekeji itu untuk meracuninya! Semoga, dia dapat hukuman seberat-beratnya!""Benar! Jangan lembek karena embel-embel masih di bawah umur. Kita harus kawal persidangan."Bisikan di ruang persidangan terdengar terus-menerus. Tampak sekali, semua orang sangat menantikan keputusan akhir dari hakim hari ini.Bahkan, kumpulan media dari berbagai stasiun TV juga berharap mendapat berita besar dari kasus Floryn yang merupakan calon atlet ice skating terbaik di negara ini dan juga anak dari salah satu petinggi kepolisian!"Sidang akan dimulai kembali!"Bersamaan dengan ucapan Hakim Ketua, suasana pun kembali tenang, terutama saat Floryn Danika kembali hadir.Penampilan gadis bermata hijau safir itu seketika mengalihkan perhatian.Meski kesal, mereka mengakui bahwa Floryn begitu cantik. Sayangnya, dia jahat d
Keinginan balas dendam membuat Floryn bertahan. Tak terasa, hari kebebasannya tiba. Hanya saja, tidak ada yang menyambut Floryn..... “Apa ibu dapat melihatku sekarang? Aku minta maaf karena tidak cukup menjadi anak yang kuat untuk membela diriku sendiri,” bisik Floryn dalam hati kala memandang pot kecil bunga baby breath yang diberikan almarhumah ibunya. Sayangnya, bunga itu mati bersamaan dengan putusan pengadilan lima tahun lalu.Floryn kini sudah 20 tahun. Namun, kebahagiaan anak muda tak ada di wajahnya. Setelah menjadi salah satu tahanan termuda dengan kasus berat, siksaan dari narapidana lain yang mendapatkan sogokan dari Issabel tak pernah berhenti. Untungnya dua tahun terakhir, Floryn mulai diterima. Dia pun berkebun dan merajut pakaian dengan upah tak seberapa. Meskipun begitu, berkat bekerja Floryn memiliki sedikit uang untuk bisa bertahan nanti.Hanya saja, Floryn sadar bahwa masyarakat pasti tak akan menerimanya dengan mudah. “Flo?!” panggil Julliet, seorang mantan t
Floryn tidak memiliki tempat untuk kembali atau bertanya. Terlebih, uang yang Floryn miliki tidaklah banyak.Jika dia menggunakannya untuk menyewa tempat tinggal, maka tidak ada jatah untuk makan.Tidak mungkin juga untuk Floryn mengandalkan makanan gratis. Pemerintahan negara Neydish memang menyediakan truk makanan gratis bagi tunawisma.Ada banyak rak-rak makanan gratis yang bisa diambil hanya dengan menukarnya menggunakan kartu identitas.Masalahnya, jatah makanan selalu dibatasi. Terlebih, Floryn juga tidak memiliki kartu identitas karena saat dia dipenjara, dia masih dibawah umur.Jujur, Floryn takut kelaparan. Lebih baik dia tidur kehujanan dibandingkan mati kelaparan."Hahahaha....."Suara tawa terdengar nyaring disudut tempat menarik Floryn untuk melihat.Ada sekumpulan gadis remaja yang berseragam sekolah tengah mengantri disebuah food truck sambil berbincang.Tampaknya mereka membicarakan sesuatu yang tampak menyenangkan.Pemandangan sederhana itu membuat pupil mata Floryn
“Tuan Muda,” sambut Piper membukakan pintu mobil untuk Alfred. Dengan sigap Piper membawakan koper Alfred dan topi pilotnya. “Saya senang Anda pulang ke rumah kali ini,” ucap Piper lagi dengan senyum sumringah. “Ibu ada di rumah?” tanya Alfred melangkah cepat melewati beberapa anak tangga menuju teras.Sementara itu, Piper terkopoh-kopoh mengangkat koper Alfred disetiap anak tangga yang akan dilewatinya.“Nyonya menginap di hotel sejak kemarin, jika beliau tahu Anda pulang, saya yakin beliau juga pasti pulang,” jawab Piper dengan napas tersenggal kehabisan napas.Alfred berbalik, sejenak dia menunggu Piper menyusul karena hal lain yang peril ditanyakan. “Apa ibu bertengkar lagi dengan ayah?”Piper berusaha untuk tersenyum formal, menyembuyikan perasaan tidak enak hatinya saat ini. Alfred memiliki seorang ibu yang berkepribadian cukup unik, dia akan selalu pergi kabur setiap kali bertengkar, namun dengan satu bujukan dia akan kembali pulang dengan sendirinya.“Ibu Anda hanya mengk
Melalui jendela yang terbuka, Floryn dapat melihat keberadaan Emier yang tengah duduk di kursi belakang.Deg!Gadis itu sontak menelan salivanya dengan kesulitan. Tangannya bahkan gemetar berkeringat dingin.Kesedihan, amarah, kebencian, dan kecewa bercampur menjadi satu melihat pria yang dulu pernah memberinya begitu banyak kasih sayang, dan pria yang sudah mengeluarkan Floryn dari daftar keluarga hingga berhasil mengurungnya dalam jeruji besi selama lima tahun lamanya.Rasanya seperti mimpi bisa kembali melihat sosok pria yang dulu sangat Floryn hormati dan dia banggakan, kini berubah menjadi orang yang sangat dibenci hingga tidak ada pintu maaf yang tersedia untuknya.“Tuan Emier ingin berbicara dengan Anda.”Tiba-tiba saja, seorang pria berpakaian sopir keluar dari mobil dan berlari menghampiri Floryn.Tangan Floryn sontak terkepal kuat. Untuk apa Emier ingin berbicara dengannya? Bukankah lima tahun yang lalu, saat Emier merobek kartu keluarga mereka, dia bilang dia tidak sudi