Home / Rumah Tangga / Putra Tersembunyi CEO Kejam / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Putra Tersembunyi CEO Kejam: Chapter 81 - Chapter 90

124 Chapters

Bab 81. Sikap Aneh Alden

Keesokannya, tampak Eric baru saja keluar dari ruang kerjanya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Dia akan bersiap-siap berangkat ke kantornya. Namun, bukan Carlson Group, melainkan kantor yang sudah dia bangun sendiri dengan keringatnya.Dia benar-benar sudah tidak sudi lagi mengeluarkan keringatnya untuk membangun perusahaan dari keluarga sampah yang hendak membunuh anaknya. Dan dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa dia benar-benar akan menghancurkan perusahaan Carlson Group, sampai tidak bisa berkembang lagi.Eric membuka pintu kamarnya, dia masuk ke dalam dan mendapati Alana yang terduduk di sofa dengan menatap padanya. Tampak Alana yang langsung berdiri saat melihat Eric yang memasuki kamar. “Er ....”Belum sempat Alana meneruskan panggilannya, Eric sudah meninggalkannya dengan tatapan datar menuju kamar mandi. Melihat itu, tidak ada yang bisa Alana katakan. Dia tidak mengerti apa salahnya, dia hanya mengatakan kejujuran tentang perasaannya. Apakah pe
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more

Bab 82. Rasa Bingung Eric

Alana terdiam, dia berpikir bagaimana seorang anak kecil menyimpan pertanyaan seperti itu? Apa di kepala mungilnya ini, dia selalu menyimpan pertanyaan ini?“Jawab Ma, kenapa?”Alana mengusap-usap bahu Alden untuk menenangkannya, karena sepertinya saat ini perasaan Alden tengah tidak baik. “Alden, apa karena itu Alden bersikap tidak sopan kepada papa tadi?” tanyanya.Namun, Alden tidak menjawab, dia hanya terdiam dengan wajahnya yang tertunduk. Tidak bisa dia ungkiri, bahwa mengingat bagaimana mamanya banting tulang seorang diri demi dirinya, itu membuatnya marah kepada papanya. Kenapa dia tidak ada, sewaktu mamanya mengandung dulu. Sedangkan dia malah tinggal di istananya ini dengan nyaman.Alana tersenyum seraya menghela nafasnya saat melihat ekspresi Alden yang terasa semakin masam. Dia lalu memegang kedua bahu putranya itu dan menghadapkannya padanya. “Sini deh, Alden lihat mama dulu,” pintanya.Alden pun menurut, dia mengangkat kembali wajahnya dan menatap mamanya yang saat
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 83. Rasa Panik Alana

Erland tampak memasuki mansion papanya, dia berjalan dengan terburu-buru untuk bertemu dengan Erian. Dan memberi tahu hal penting yang baru saja dia dapatkan dari anak buahnya.“Louis, di mana papa?” tanyanya pada Louis yang baru saja menyambut kedatangannya.“Tuan besar ada di ruangannya Tuan,” jawab Louis.Tanpa membuang waktu lagi, Erland pun langsung melangkahkan kakinya dengan lebar menuju ruang kerja papanya. Dia menaiki anak tangga dengan cepat, karena menurutnya situasi yang akan dia sampaikan ini bisa terbilang sangat penting.Tok tok! “Ini Erland Pa, bolehkan aku masuk?” ucapnya.“Masuklah!” sahut Erian dari dalam.Ceklek! Erland pun membuka pintu ruangan Erian dan langsung masuk ke dalam. “Pa,” sapanya.“Ada apa? Tumben sekali kau pagi-pagi sudah datang ke sini?” tanya Erian.“Pa, aku mendapatkan berita dari anak buahku di kantor cabang. Jika Eric tidak ada di sana hari ini,” ujarnya.Tak! Dokumen yang sedang Erian pegang itu tiba-tiba terlepas dan terjatuh ke atas
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 84. Seorang Ibu yang Tak Beruntung

“Hah, hah, hah.” Dengan nafas yang memburu Alana melindungi putranya dan melihat ke luar pintu gerbang. Tampak matanya langsung membelalak saat melihat siapa orang yang berdiri di luar pintu gerbang itu. “Ma-mama” ucapnya dengan rasa terkejut.Liana memandang Alana yang saat ini tengah dipenuhi rasa khawatir. Dia bisa melihat, seberapa sayangnya dia kepada putranya. Tidak seperti dirinya yang menelantarkan putra-putranya dan memberikan haknya sebagai ibu kepada pengasuh mereka.“A-ada perlu apa, Ma?” tanya Alana dengan gugupnya, karena sebenarnya dia juga takut pada Liana, dia teringat bagaimana Liana yang hanya terdiam ketika melihat Eric dan Erland saling mengalahkan secara terang-terangan. Dia takut, jika Liana ke sini karena diperintahkan oleh Erian untuk membawa Alden.Liana menunjukkan senyum masamnya, dia lalu menunduk seperti tidak berani menatap Alana lagi. “Tidak papa, mama hanya ingin mampir kemari saja,” jawabnya dengan lirih. Dia lalu berbalik, berniat untuk pergi dari
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Bab 85. Suatu Hal yang Tak Disangka

Liana mengalihkan pandangannya dari Alana, dia lalu menunduk menautkan kedua tangannya satu sama lain. Tampak air matanya jatuh, dan mengenai tangannya yang terpaut. “Kau benar, kau memang benar Alana. Aku memang seorang ibu yang paling tidak beruntung di dunia ini, aku sungguh sangat tidak beruntung,” ucapnya.Seperti tidak bisa menahan air matanya lagi, Liana pun mulai mengeluarkan suara tangisannya. “Hiks hiks, aku seorang ibu yang tidak beruntung hika,” ucapnya lagi.Alana tersentak, melihat Liana yang menangis dengan tersedu-sedu. Ketika melihatnya seperti ini, ketika mendengar suara tangisannya yang terdengar penuh luka. Alana juga tidak bisa menahan emosi yang di rasakannya. Dia pun memegang tangan Liana yang terpaut dan berusaha menenangkannya. “Tenanglah Ma.”“Aku juga ingin merasakan bagaimana menjadi ibu yang baik, aku juga ingin merasakan memeluk anak-anakku, aku juga ingin merasakan bagaimana memberikan kasih sayangku kepada mereka, aku juga ingin menghapus air matanya
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Bab 86. Permintaan Alana

Alana terdiam. ‘Janji? Untuk berada di samping Eric? Bisakah aku melakukannya?’ batinnya.Dia lalu menatap lekat manik mata Liana yang masih digenangi banyak air mata. “Aku ....” Kali ini Alana yang menautkan kedua tangannya, dia merasa ragu dengan keputusan apa yang harus dibuatnya. Jika dia tidak melarikan dari sini, otomatis nyawa anaknya akan terus terancam. Tapi ....Alana kembali melihat pada Liana yang memberikan tatapan penuh harap padanya. 'Mama terlihat sangat berharap, bahwa aku akan berada di samping Eric. Tapi, bagaimana dengan nasib putraku jika aku tetap berada dekat dengan para iblis ini,' batinnya.Alana memejamkan matanya, saat ini dia harus mengambil keputusan yang tidak akan merugikan siapa pun. ‘Baiklah, memang sepertinya hanya itu keputusan yang terbaik.’ “Aku ... aku berjanji Ma, aku akan selalu berada di samping Eric. Memberikan kasih sayangku padanya, agar dia tidak merasa kesepian lagi,” jawabnya kemudian.Liana tersenyum, dia tampak begitu lega dengan ja
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Bab 87. Belum Bisa Memastikan

Detak jantung Eric langsung berpacu dengan cepatnya, telinganya seakan berdengung saat mendengar panggilan papa yang keluar dari mulut Alden untuknya. Hatinya juga berdesir, perasaan ini sungguh asing, namun tidak membuatnya sampai membencinya.Eric memegang kedua pundak Alden, dia lalu berjongkok menyejajarkan tingginya dengan Alden. “Kamu panggil aku apa?” tanyanya dengan detak jantung yang sudah terdengar sangat keras.“Papa, bukankah papa adalah papa Alden. Jadi bukankah Alden harus memanggil dengan nama itu?” jawabnya.“Bisa kau ulangi lagi panggilan itu, aku ingin mendengarnya lagi,” pinta Eric.Alden mengangguk. “Papa, papa, papa,” ucapnya berkali-kali.“Anakku,” ucap Eric dan langsung memeluk Alden dengan eratnya.Alden juga mengangkat tangannya dan balas memeluk Eric dengan tangan mungilnya.Alana tersenyum. Melihat reaksi Eric, sepertinya dia benar-benar bisa menerima Alden. Tidak, Bukan hanya menerimanya, tapi dia juga terlihat sangat menyayanginya. Mungkinkah, rasa
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Bab 88. Kekhawatiran Orang Tua

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 malam, Alana keluar dari kamarnya. Dia berniat untuk menghampiri Alden, karena biasanya Alden tidak pernah bisa tidur tanpa dia dongengi.Ceklek! Dia membuka pintu kamar Alden dan melihat putranya yang masih sibuk bermain seorang diri di dalam kamarnya. “Alden, belum tidur?” tanyanya seraya masuk ke dalam dan menghampiri Alden.Mendengar suara mamanya, Alden pun langsung menoleh dan tersenyum. “Ma liat deh, papa beliin Aldem mobil remote control. Bagus kan, Ma?” ucapnya memberitahu.“Iya, gimana? Alden suka?”“Suka banget Ma hehe,” jawabnya.“Udah bisa cara maininnya?”“Ini sih gampang Ma, liat ya.” Alden lalu menunjukkan bagaimana caranya memainkan mobil dengan remote control di tangannya.Alana hanya tersenyum, melihat bagaimana lihainya Alden dalam memainkannya. Memang anaknya ini sangat cerdas, padahal ini adalah pertama kalinya dia memainkan ini. Tapi dia langsung bisa sangat lihai dalam memainkannya, tanpa bertanya.“Anak mama memang
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bab 89. Permintaan Alden yang Mengejutkan

“Papa mau kan tidur sama Alden dan mama?” tanya Alden, karena dari tadi Eric masih diam mematung dengan posisi memunggunginya.Eric memejamkan matanya, dia menghela nafasnya lalu berbalik menghadap Alden. “Dengar Alden, papa tidak –““Jadi Papa tidak mau tidur sama Alden?” tanya Alden yang memotong ucapan Eric seraya menunduk menunjukkan ekspresi sedihnya.“Ahh tidak, bukan seperti itu maksud papa.”“Jadi papa mau?” tanya Alden lagi yang seperti memojokkan Eric. Tampak Eric yang seperti kebingungan, entah harus bagaimana menjawab pertanyaan Alden.“Hah.” Eric kembali menghela nafasnya dan akhirnya dia pun menyetujui permintaan Alden untuk tidur bersamanya. “Baiklah, papa akan tidur di sini,” jawabnya.“Benarkah?” tanya Alden dengan tersenyum.Eric pun mengangguk, memberi jawaban atas pertanyaan Alden.“Yey ....”“Sssttt, jangan berisik Alden. Papa kan tadi sudah bilang, nanti mamamu bangun,” ujar Eric seraya menaruh jari telunjuknya di bibirnya.“Ups, maaf Pa,” jawab Alden y
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Bab 90. Memangnya Apa yang Kau Tahu?!

Alana telah selesai mendandani Alden dengan pakaian sekolahnya. Dia merapikan bagian pundak Alden dan juga merapikan rambutnya hingga Alden terlihat begitu tampan. “Sudah selesai, ckck. Anak mama memang benar-benar tampan,” pujinya.“Hehe, tentu aja Ma. Alden kan sangat mirip dengan papa, papa juga sangat tampan, kan? Karena itulah Alden juga tampan,” jawabnya.Alana tersenyum samar, ketika mendengar jawaban Alden. 'Kau memang sangat mirip dengan papamu, tapi mama harap sifatmu tidak mirip dengannya,' batinnya.“Hmm, Alden. Alden ke ruang makan duluan ya. Mama mau ke kamar mama dulu, takutnya ada yang papa butuhin.”“Iya,” jawabnya seraya mengangguk.Alana lalu berdiri, dia menggandeng Alden keluar dari kamarnya. Saat Alana membuka pintunya, tampak Annie yang sudah berdiri di luar sana. “Selamat pagi Nona,” sapanya.“Pagi Annie. Annie, tolong bawa Alden ke ruang makan lebih dulu. Nanti aku menyusul,” ucapnya.“Baik Nona,” jawabnya, “mari Tuan Muda.” Annie menggenggam tangan Ald
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status