Home / Pernikahan / Wedding Chaos / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Wedding Chaos: Chapter 81 - Chapter 90

148 Chapters

81. Ayo, Kita Bercerai!

"Aku kangen kamu, Sa. Kangen sekali," bisik Alan ketika percintaan mereka usai."Peluk aku, Mas," pinta Salsabila sembari meringkuk ke dalam dekapan Alan.Alan bahagia, sangat bahagia. Alan kemudian membawa Salsabila ke dalam pelukan hangatnya. Alan sanggup memeluk Salsabila semalaman, Alan tidak akan keberatan melakukan itu."Kamu baik-baik saja?" tanya Salsabila kemudian. "Tidak akan keberatan sama tubuhku?" lanjut Salsabila kembali.Alan seketika tertawa dan menunduk untuk melihat wajah Salsabila yang tengah mendongak ke arahnya. Itu adalah pertanyaan yang polos sekali."Terasa agak lebih berat sih, tetapi aku masih sanggup," jawab Alan dengan nada menggoda.Jujur saja berat badan Salsabila memang terasa lebih berat dari biasanya. Tetapi Alan malah lebih menyukai ukuran badan Salsabila saat ini, wanita itu kelihatan lebih seksi dan menggoda. Mungkin Salsabila tengah berhasil menambah beberapa kilogram ke tubuhnya. Mendengar ja
Read more

82. Memiliki Kisah yang Sama-Sama Menyedihkan

Alan terus menatap Salsabila hingga wanita itu menyelesaikan setiap katanya yang terasa seperti sayatan di hatinya. Bagaimana mungkin Salsabila mengatakan sebuah perceraian padanya? Bagaimana mungkin wanita itu tega melontarkan kalimat menyakitkan itu? Setelah Alan rasa Salsabila sudah selesai menyayat hatinya, Alan kemudian membuka suara. "Sa, aku akan langsung pada intinya. Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Dengan izin atau tanpa izin dari orang tua."Hanya itu yang mampu Alan katakan pada Salsabila. Alan terlalu terpukul untuk bisa mengeluarkan amarah dan kekecewaan dengan keputusan wanita itu. Semuanya terasa memuakkan. Semalam mereka bahkan menggunakan sofa ini untuk melampiaskan gairah dan kerinduan, jadi bagaimana bisa di sini juga Alan harus mendengarkan kata pisah dari bibir wanita itu?"Mas, jangan berkeras hati. Coba lihat, kamu dan aku tidak akan bisa bersama sampai kapan pun. Jadi, apalagi yang kita perjuangkan?"Alan mendengkus k
Read more

83. Lari Dari Kenyataan

Salsabila tidak menyangka kalau dirinya dan Nayla ternyata punya kisah yang sama-sama menyedihkan. Nasib Nayla ternyata tidak jauh berbeda dengan nasibnya, sama-sama buruk karena pria yang mereka cintai."Oh ya, aku meresepkan penguat janin dan beberapa vitamin untuk kamu konsumsi. Kamu harus menjaga diri kamu untuk bayimu. Dia sangat butuh perhatian."Salsabila senang Nayla memilih tidak membahas mengenai kehidupan rumah tangga mereka lebih jauh lagi. Setelah menerima resep itu, Salsabila pun berpamitan untuk meninggalkan rumah sakit itu."Salsa, jaga diri kamu. Bayi kamu itu membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya."Salsabila mengangguk setelah pesan terakhir itu dan meninggalkan rumah sakit. Sesampainya di mobil, Salsabila membaca pesan yang baru masuk di ponselnya. Undangan mediasi pertama dari pengadilan agama akan diadakan besok pagi. Salsabila seketika menghela napas dan mengetikkan balasan kepada pengacaranya itu yang beri
Read more

84. Alan Harus Tahu Keberadaannya

Salsabila sudah sempat menduga bahwa Alan tidak akan muncul di sidang mediasi pertama mereka dan ternyata itu memang benar. Alan tidak muncul di sana bahkan menghilang bak ditelan bumi. Handphonenya tidak aktif dan sangat sulit Dihubungi, pada saat Salsabila menayakan keberadaan suaminya itu pada staff kantornya, mereka mengatakan kalau Alan tidak masuk kerja. Kepala Salsabila seketika mendadak pusing dan rasa khawatir merambati hatinya seketika. Salsabila tidak lagi bisa mengontrol jarinya untuk terus menekan nomor Alan di ponselnya, meskipun tahu kalau itu akan berakhir sia-sia, nomor Alan sama sekali tidak bisa dihubungi.Sempat Salsabila ingin menghubungi Alexa, orang tua mereka, atau mungkin teman-teman pria itu tetapi urung Salsabila lakukan. Salsabila tidak ingin mereka khawatir atau malah jadi tahu kalau sebenarnya mereka sedang merencanakan sebuah perceraian. Selain Salsabila yang berulang kali menghubungi ponsel Alan, pengacaranya pun melakukan hal yang demikian n
Read more

85. Anak Kami

Anakku.Anak kami.Anak kita ada masalah, Mas!Begitu pikiran itu muncul, Salsabila merasa sedikit kuat untuk meneriakkan nama Alan lebih keras dan lebih jelas. Pria itu sudah harus tahu kalau Salsabila sedang mengandung anaknya, tidak ada lagi alasan untuk menyembunyikan sesuatu kepunyaan pria itu. Alan pasti akan marah besar jika sampai ia tidak tahu bayinya yang belum diketahui keberadaannya terjadi apa-apa. Semua orang pasti akan menyalahkan Salsabila yang sudah kejam menyembunyikan sesuatu yang berharga dari Alan.“Mas ... Mas Alan, tolong aku!”Salsabila sebenarnya ragu Alan bisa mendengar teriakannya dari luar kamar. Tetapi ternyata Salsabila salah, tidak lama kemudian suara knop pintu dibuka dengan tergesa dan wajah khawatir Alan muncul dari dalam.“Mas ... Mas—“ Salsabila mulai kehabisan tenaga karena ketakutan yang melandanya saat menemukan wajah Alan yang tidak kalah khawatirnya dari Salsabila.Alan yang menya
Read more

86. Caruk Maruk Rumah Tangga

Hasil USG memberitahukan kalau keadaan janin Salsabila baik-baik saja. Beban pikiran Salsabila memang membuat emosinya menjadi tidak karuan dan makan yang diasup tidak mencukupi kebutuhannya serta anak dalam kandungannya. Hal itu jugalah yang memicu Salsabila akhirnya tumbang. Salsabila merasa sangat bersalah karena keegoisannya mengurusi segala permasalahan caruk maruk rumah tangganya membuatnya melupakan bayi di dalam kandungan dan berakhir mengabaikan keberadaannya dan membuatnya dalam bahaya. Anaknya, anak kami, anakku dan Alan."Terima kasih ya, Nayla," ucap Salsabila pada Nayla yang menemaninya dalam ruangan inap setelah memeriksakan keadaannya dan bayinya.Wanita cantik itu lalu tersenyum. "Sama-sama. Hanya saja, aku jadi merasa bersalah kepada Mas Alan."Salsabila tersentak mendengar nama suaminya disebut. Nayla bahkan menyebut nama Alan tanpa beban, seperti mereka orang yang begitu akrab dan telah mengenal lama. "Hah? Kamu mengenal Mas Alan?"
Read more

87. Calon Keluarga Kecil

Alan tidak menjemput Salsabila pulang dari rumah sakit karena harus menghadiri sebuah meeting yang sangat penting. Oleh karena itu, mereka baru bertemu lagi saat sudah pulang kerja. Lagi-lagi keduanya terjebak di satu kamar dan tentu saja kecanggungan melanda. Mungkin canggung itu semakin pekat terasa karena akhir-akhir ini Alan banyak diam. Padahal sebelumnya, pria itu tergolong cerewet dan banyak bicara."Mas, ada yang mau kamu tanyakan sekarang?" tawar Salsabila memilih lebih dulu membuka suara untuk mencairkan suasana yang tengah membeku.Jujur saja berat sekali bagi Salsabila untuk menyingkirkan egonya untuk membuka percakapan ini. Salsabila masih kecewa dengan perbuatan Alan dahulu, hanya saja beberapa hari ini Salsabila disergap rasa bersalah karena telah menyembunyikan kehamilannya. Apalagi reaksinya sungguh di luar perkiraan Salsabila."Tidak ada," jawab Alan begitu singkat, dan terkesan acuh tak acuh.Salsabila ikut menatap lemari yang d
Read more

88. Sebuah Kesempatan

Lagi dan lagi Salsabila dengan Alan berdebat. Di antara sekian perdebatan selama ini, baru kali ini kata-kata yang diucapkan oleh Alan menohoknya.‘Apa aku seburuk itu untu mengetahui kalau aku akan punya anak denganmu?’Itu adalah kalimat yang Alan lontarkan yang begitu mengganggu pikiran Salsabila, kalimat itu penuh arti dan terdengar sangat menohok di hati. Salsabila waktu itu pun menjawab dengan kejujuran bahwa dirinya memang sengaja menyembunyikan kehamilannya karena sudah berencana untuk berpisah, jadi bagi Salsabila buat apa memberitahunya toh tidak lama lagi mereka akan bercerai. Alan terlihat sangat kecewa mendengar kejujuran yang diucapkan oleh Salsabila, karena meskipun mereka ada rencana untuk berpisah, tetap saja Alan berhak mengetahui keberadaan calon anak mereka yang kini bertumbuh dalam rahim istrinya itu. Salsabila pun merasa sangat kejam sekarang. Salsabila baru saja mencoba membelah dan memisahkan Alan dengan anak mereka. Salsabila buka
Read more

89. Keputusan yang Berat

Praktek Nayla di rumah sakit itu memang sudah usai karena Salsabila adalah pasien terakhir. Oleh karena itu, mereka punya banyak waktu untuk mengobrol yang lagi-lagi tema yang diangkat adalah seputaran pernikahan dan perceraian yang dilakoni oleh mereka sendiri. Setelah mengobrol banyak, Nayla kemudian menawarkan diri untuk mengantar Salsabila pulang ke rumah. Sekalian mereka akan mampir makan di sebuah restoran.“Aku sedikit beruntung karena belum berbadan dua seperti kamu, Salsa. Jadi kalau ingin bercerai akan lebih mudah,” ujar Nayla kembali setelah mereka hanya berdua di dalam lift.Salsabila malah terkekeh menanggapi pendapat Nayla. “Jangan mengatakan hal seperti itu. Nanti bisa saja Mas Daniel membuatmu tidak menceraikannya dengan menghamilimu,” goda Salsabila sambil menoleh ke arah Nayla sembari mengedipkan matanya dengan niatan menggoda wanita itu.Nayla mengerang kesal. “Sebenarnya aku juga agak khawatir dengan kemungkinan itu, Sa. Bisa saja Mas D
Read more

90. Titik Terang

Mereka bertiga duduk di sebuah kafe dan memesan minuman pilihan mereka masing-masing. Meira terlihat santai menghadapi Salsabila dan Nayla. Wanita itu benar-benar nampak tidak paham bahwa dirinya sudah nyaris menghancurkan dua pernikahan. Senyumnya sesekali terbit dari bibirnya, seolah Salsabila dan Nayla sedang menikmati kemarahannya."Aku sengaja datang untuk menemui kalian, aku telah mendengar kabar buruk bahwa rumah tangga kalian diambang perceraian dan itu karena aku." Meira mulai membuka suara, membuka obrolan mereka.Salsabila tidak menyangka kalau Meira mengetahui perihal pernikahannya dan Nayla yang sudah di ujung tanduk. Tetapi wanita itu masih setenang itu? Luar biasa."Ada yang perlu aku ceritakan, makanya aku sengaja menemui kalian dan aku sangat bersyukur karena kita bertiga bisa kebetulan bertemu di sini." Meira menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, rambut wanita itu pendek hanya sebatas bahu. "Ini mengenai anakku, Devano dan suami kali
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status