Hasil USG memberitahukan kalau keadaan janin Salsabila baik-baik saja. Beban pikiran Salsabila memang membuat emosinya menjadi tidak karuan dan makan yang diasup tidak mencukupi kebutuhannya serta anak dalam kandungannya. Hal itu jugalah yang memicu Salsabila akhirnya tumbang. Salsabila merasa sangat bersalah karena keegoisannya mengurusi segala permasalahan caruk maruk rumah tangganya membuatnya melupakan bayi di dalam kandungan dan berakhir mengabaikan keberadaannya dan membuatnya dalam bahaya. Anaknya, anak kami, anakku dan Alan.
"Terima kasih ya, Nayla," ucap Salsabila pada Nayla yang menemaninya dalam ruangan inap setelah memeriksakan keadaannya dan bayinya.Wanita cantik itu lalu tersenyum. "Sama-sama. Hanya saja, aku jadi merasa bersalah kepada Mas Alan."Salsabila tersentak mendengar nama suaminya disebut. Nayla bahkan menyebut nama Alan tanpa beban, seperti mereka orang yang begitu akrab dan telah mengenal lama. "Hah? Kamu mengenal Mas Alan?"Alan tidak menjemput Salsabila pulang dari rumah sakit karena harus menghadiri sebuah meeting yang sangat penting. Oleh karena itu, mereka baru bertemu lagi saat sudah pulang kerja. Lagi-lagi keduanya terjebak di satu kamar dan tentu saja kecanggungan melanda. Mungkin canggung itu semakin pekat terasa karena akhir-akhir ini Alan banyak diam. Padahal sebelumnya, pria itu tergolong cerewet dan banyak bicara."Mas, ada yang mau kamu tanyakan sekarang?" tawar Salsabila memilih lebih dulu membuka suara untuk mencairkan suasana yang tengah membeku.Jujur saja berat sekali bagi Salsabila untuk menyingkirkan egonya untuk membuka percakapan ini. Salsabila masih kecewa dengan perbuatan Alan dahulu, hanya saja beberapa hari ini Salsabila disergap rasa bersalah karena telah menyembunyikan kehamilannya. Apalagi reaksinya sungguh di luar perkiraan Salsabila."Tidak ada," jawab Alan begitu singkat, dan terkesan acuh tak acuh.Salsabila ikut menatap lemari yang d
Lagi dan lagi Salsabila dengan Alan berdebat. Di antara sekian perdebatan selama ini, baru kali ini kata-kata yang diucapkan oleh Alan menohoknya.‘Apa aku seburuk itu untu mengetahui kalau aku akan punya anak denganmu?’Itu adalah kalimat yang Alan lontarkan yang begitu mengganggu pikiran Salsabila, kalimat itu penuh arti dan terdengar sangat menohok di hati. Salsabila waktu itu pun menjawab dengan kejujuran bahwa dirinya memang sengaja menyembunyikan kehamilannya karena sudah berencana untuk berpisah, jadi bagi Salsabila buat apa memberitahunya toh tidak lama lagi mereka akan bercerai. Alan terlihat sangat kecewa mendengar kejujuran yang diucapkan oleh Salsabila, karena meskipun mereka ada rencana untuk berpisah, tetap saja Alan berhak mengetahui keberadaan calon anak mereka yang kini bertumbuh dalam rahim istrinya itu. Salsabila pun merasa sangat kejam sekarang. Salsabila baru saja mencoba membelah dan memisahkan Alan dengan anak mereka. Salsabila buka
Praktek Nayla di rumah sakit itu memang sudah usai karena Salsabila adalah pasien terakhir. Oleh karena itu, mereka punya banyak waktu untuk mengobrol yang lagi-lagi tema yang diangkat adalah seputaran pernikahan dan perceraian yang dilakoni oleh mereka sendiri. Setelah mengobrol banyak, Nayla kemudian menawarkan diri untuk mengantar Salsabila pulang ke rumah. Sekalian mereka akan mampir makan di sebuah restoran.“Aku sedikit beruntung karena belum berbadan dua seperti kamu, Salsa. Jadi kalau ingin bercerai akan lebih mudah,” ujar Nayla kembali setelah mereka hanya berdua di dalam lift.Salsabila malah terkekeh menanggapi pendapat Nayla. “Jangan mengatakan hal seperti itu. Nanti bisa saja Mas Daniel membuatmu tidak menceraikannya dengan menghamilimu,” goda Salsabila sambil menoleh ke arah Nayla sembari mengedipkan matanya dengan niatan menggoda wanita itu.Nayla mengerang kesal. “Sebenarnya aku juga agak khawatir dengan kemungkinan itu, Sa. Bisa saja Mas D
Mereka bertiga duduk di sebuah kafe dan memesan minuman pilihan mereka masing-masing. Meira terlihat santai menghadapi Salsabila dan Nayla. Wanita itu benar-benar nampak tidak paham bahwa dirinya sudah nyaris menghancurkan dua pernikahan. Senyumnya sesekali terbit dari bibirnya, seolah Salsabila dan Nayla sedang menikmati kemarahannya."Aku sengaja datang untuk menemui kalian, aku telah mendengar kabar buruk bahwa rumah tangga kalian diambang perceraian dan itu karena aku." Meira mulai membuka suara, membuka obrolan mereka.Salsabila tidak menyangka kalau Meira mengetahui perihal pernikahannya dan Nayla yang sudah di ujung tanduk. Tetapi wanita itu masih setenang itu? Luar biasa."Ada yang perlu aku ceritakan, makanya aku sengaja menemui kalian dan aku sangat bersyukur karena kita bertiga bisa kebetulan bertemu di sini." Meira menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, rambut wanita itu pendek hanya sebatas bahu. "Ini mengenai anakku, Devano dan suami kali
Selepas Meira pamit untuk pulang, Salsabila dan Nayla juga menyusul untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Sepanjang perjalanan pulang, Salsabila dan Nayla tidak saling bicara, mereka hanya terpenjara dalam diam. Salsabila merasa Nayla juga sibuk seperti dirinya merangkai setiap penjelasan Meira barusan dan menjadikannya sebuah keputusan dalam pernikahannya. Jujur, ada celah dalam hati Salsabila yang gembira dan lega mengetahui bahwa hubungan Alan dan Meira tidak seperti dalam bayangannya. Tetapi masih ada perasaan kecewa karena Alan tidak mempercayai dirinya untuk berbagi beban menyimpan sebuah rahasia Meira, toh Salsabila juga tidak akan pernah membocorkannya kepada siapapun. Bukankah suami dan istri itu harus saling terbuka? Lalu kenapa Alan tidak melakukannya, apa Alan sama sekali tidak mempercayai Salsabila? Bagaimana jika suatu saat nanti masalah ini akan kembali terulang, karena kurangnya rasa percaya antar pasangan?"Kamu sudah mengambil keputusan?" t
Kehidupan Salsabila kembali pada porosnya. Semua berjalan seperti biasa. Kesibukan kerja, morning sickness, mengidam hal-hal yang baru, dan segala rutinitas itu. Termasuk rasa hampa yang setiap waktu dirasakan oleh Salsabila. Semua sama semenjak Alan memutuskan mengiyakan permintaan cerai Salsabila dan pergi dari rumah. Dulu, Alan mengatakan akan sesekali akan pulang untuk mencicil mengambil barang atau sekedar menjenguknya. Namun, pada kenyataannya, Alan tidak pernah melakukan hal itu. Sama sekali tidak pernah.Sebenarnya Salsabila sedikit khawatir kalau benar Alan akan muncul lagi di hadapannya. Salsabila khawatir Alan akan mengetahui rasa rindu yang selama ini ia sembunyikan. Setelah nyaris satu bulan pergi dari rumah, Salsabila masih bertahan. Ini adalah akhir yang hatinya inginkan bukan? Semua berjalan sama persis dengan yang Salsabila inginkan. Salsabila tentu saja sudah pernah membayangkan akan merasakan kehilangan, hanya saja tidak sebesar ini. Salsabila j
Setelah menyelesaikan sarapan bersama dan pembahasan keduanya telah usai, Alexa pamit pulang karena harus ke kantor. Setelah kepergian wanita itu, semua kata-kata Alexa masih Salsabila renungi, termasuk soal kebahagiannya. Bukankah berpisah dengan Alan adalah hal yang bisa membuat Salsabila bahagia? Ya, Salsabila rasa begitu. Salsabila memang selalu ragu akan hal itu, tetapi Salsabila juga masih selalu menginginkannya. Sudah cukup semua kesabaran, tenaga, dan waktu yang Salsabila berikan untuk Alan.Salsabila kemudian mengusap perut yang sudah membuncit sembari menaiki tangga, hendak menuju kamar. Tetapi entah kenapa langkah kaki Salsabila malah belok ke kamar Alan. Salsabila masuk dan menemukan kamar itu masih sama seperti saat terakhir memasuki kamar itu, tepatnya tadi malam. Semenjak Alan pergi dari rumah ini, Salsabila memang sering datang ke kamar ini. Duduk di atas tempat tidurnya selama beberapa menit sembari membayangkan Alan yang berwara-wiri di sini. Alan akan meb
“Kamu berhenti menyelidiki karena Salsabila tidak suka, menyetujui perceraian karena tidak ingin Salsabila menderita, tidak menolak mutasi ke Malang karena tidak ingin Ayah dan Bunda menekan Salsabila soal perceraian kalian. Poros hidup kamu memang hanya Salsabila saja. Sayang semua akan berakhir.”Perkataan Alexa memang benar, semuanya hanya tentang Salsabila. Apapun yang Alan lakukan semua itu hanya untuk Salsabila. Alan akan melakukan segala cara agar Salsabila itu bahagia, dan mengesampingkan kebahagiaannya sendiri. Karena dengan Salsabila bahagia, Alan juga ikut bahagia. Ya, sesimple itu, semua hanya untuk Salsabila dan calon anaknya.Alan memaksakan diri untuk tersenyum kecil. “Semua berubah dengan cepat, Al. Soal mutasi ini, aku memang setuju asalkan Ayah dan Bunda tidak memaksa Salsa mempertahankan pernikahan hanya karena ego orang tua. Aku ingin Salsa bahagia.”“Pasti berat,” gumam Alexa.Alan mengangguk pelan. “Aku harus menanggung konse
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in