Share

91. Space

Penulis: Urbaby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selepas Meira pamit untuk pulang, Salsabila dan Nayla juga menyusul untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Sepanjang perjalanan pulang, Salsabila dan Nayla tidak saling bicara, mereka hanya terpenjara dalam diam. Salsabila merasa Nayla juga sibuk seperti dirinya merangkai setiap penjelasan Meira barusan dan menjadikannya sebuah keputusan dalam pernikahannya.

Jujur, ada celah dalam hati Salsabila yang gembira dan lega mengetahui bahwa hubungan Alan dan Meira tidak seperti dalam bayangannya. Tetapi masih ada perasaan kecewa karena Alan tidak mempercayai dirinya untuk berbagi beban menyimpan sebuah rahasia Meira, toh Salsabila juga tidak akan pernah membocorkannya kepada siapapun. Bukankah suami dan istri itu harus saling terbuka? Lalu kenapa Alan tidak melakukannya, apa Alan sama sekali tidak mempercayai Salsabila? Bagaimana jika suatu saat nanti masalah ini akan kembali terulang, karena kurangnya rasa percaya antar pasangan?

"Kamu sudah mengambil keputusan?" t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wedding Chaos   92. Bertahan atau Melepaskan?

    Kehidupan Salsabila kembali pada porosnya. Semua berjalan seperti biasa. Kesibukan kerja, morning sickness, mengidam hal-hal yang baru, dan segala rutinitas itu. Termasuk rasa hampa yang setiap waktu dirasakan oleh Salsabila. Semua sama semenjak Alan memutuskan mengiyakan permintaan cerai Salsabila dan pergi dari rumah. Dulu, Alan mengatakan akan sesekali akan pulang untuk mencicil mengambil barang atau sekedar menjenguknya. Namun, pada kenyataannya, Alan tidak pernah melakukan hal itu. Sama sekali tidak pernah.Sebenarnya Salsabila sedikit khawatir kalau benar Alan akan muncul lagi di hadapannya. Salsabila khawatir Alan akan mengetahui rasa rindu yang selama ini ia sembunyikan. Setelah nyaris satu bulan pergi dari rumah, Salsabila masih bertahan. Ini adalah akhir yang hatinya inginkan bukan? Semua berjalan sama persis dengan yang Salsabila inginkan. Salsabila tentu saja sudah pernah membayangkan akan merasakan kehilangan, hanya saja tidak sebesar ini. Salsabila j

  • Wedding Chaos   93. Demi Kebahagiaan Salsabila

    Setelah menyelesaikan sarapan bersama dan pembahasan keduanya telah usai, Alexa pamit pulang karena harus ke kantor. Setelah kepergian wanita itu, semua kata-kata Alexa masih Salsabila renungi, termasuk soal kebahagiannya. Bukankah berpisah dengan Alan adalah hal yang bisa membuat Salsabila bahagia? Ya, Salsabila rasa begitu. Salsabila memang selalu ragu akan hal itu, tetapi Salsabila juga masih selalu menginginkannya. Sudah cukup semua kesabaran, tenaga, dan waktu yang Salsabila berikan untuk Alan.Salsabila kemudian mengusap perut yang sudah membuncit sembari menaiki tangga, hendak menuju kamar. Tetapi entah kenapa langkah kaki Salsabila malah belok ke kamar Alan. Salsabila masuk dan menemukan kamar itu masih sama seperti saat terakhir memasuki kamar itu, tepatnya tadi malam. Semenjak Alan pergi dari rumah ini, Salsabila memang sering datang ke kamar ini. Duduk di atas tempat tidurnya selama beberapa menit sembari membayangkan Alan yang berwara-wiri di sini. Alan akan meb

  • Wedding Chaos   94. Pentingnya Sebuah Kepercayaan

    “Kamu berhenti menyelidiki karena Salsabila tidak suka, menyetujui perceraian karena tidak ingin Salsabila menderita, tidak menolak mutasi ke Malang karena tidak ingin Ayah dan Bunda menekan Salsabila soal perceraian kalian. Poros hidup kamu memang hanya Salsabila saja. Sayang semua akan berakhir.”Perkataan Alexa memang benar, semuanya hanya tentang Salsabila. Apapun yang Alan lakukan semua itu hanya untuk Salsabila. Alan akan melakukan segala cara agar Salsabila itu bahagia, dan mengesampingkan kebahagiaannya sendiri. Karena dengan Salsabila bahagia, Alan juga ikut bahagia. Ya, sesimple itu, semua hanya untuk Salsabila dan calon anaknya.Alan memaksakan diri untuk tersenyum kecil. “Semua berubah dengan cepat, Al. Soal mutasi ini, aku memang setuju asalkan Ayah dan Bunda tidak memaksa Salsa mempertahankan pernikahan hanya karena ego orang tua. Aku ingin Salsa bahagia.”“Pasti berat,” gumam Alexa.Alan mengangguk pelan. “Aku harus menanggung konse

  • Wedding Chaos   95. Pulanglah, Mas!

    “Kamu tidak mempercayaiku untuk ikut menyimpan rahasia itu?”Pertanyaan Salsabila itu seketika menohok hati Alan. Dalam sebuah pernikahan, penting adanya saling kepercayaan antar pasangan. Sedangkan dalam hubungan Alan dan Salsabila, saling percaya itu jelaslah tidak ada. Dengan Alan menyembunyikan rahasia itu sudah menandakan kalau Alan sama sekali tidak percaya pada Salsabila. Jadi, apa yang perlu dipertahankan, kalau rasa percaya saja sudah tidak ada?Alan hanya bisa mendesah pasrah. “Aku hanya menjaga komitmenku dan tutup mulut dari siapapun itu. Aku berniat memberitahu semuanya saat Devano sudah mendapat pendonor dan sembuh kembali tanpa diketahui oleh Rian. Aku juga tidak setuju kalau Devano dipisahkan dari ibunya yang sudah bersamanya sebelum anak itu lahir dan membesarkannya tanpa bantuan dari Rian. Dan aku sama sekali juga tidak setuju dengan Rian yang akan tiba-tiba datang dan memisahkan ibu dan anak itu. Tetapi belum sempat aku mengatakannya, kita sudah

  • Wedding Chaos   96. Kesempatan Kedua

    “Aku tidak suka kamu berbohong! Aku tidak suka ada wanita lain selain aku di hidup kamu, Mas. Aku tidak suka dan tidak mau bercerai dari kamu!”Astaga, kenapa Salsabila berubah menggemaskan sekali?"Iya, Sa. Aku yang salah. Memang benar kata Bunda aku egois dan belum dewasa karena keputusan yang aku buat. Aku memang pantas kamu benci untuk semua perlakuanku." Tangan Alan kembali bergerak menyentuh pipi Salsabila, mengusap air mata itu yang masih deras menetes membasahi pipi mulusnya.Salsabila menyentuh tangan Alan yang masih berada di pipinya, balas menyentuhnya dan menggenggamnya dengan erat. "Aku mau memberi kesempatan kedua untuk kita. Hanya kita. Kesempatan terakhir buat kamu, Mas. Kalau semua kamu sia-siakan, aku tidak tahu apalagi yang aku miliki," ucap Salsabila dengan tegas dan penuh keyakinan. Salsabila kemudian mengusap air matanya sendiri dengan pelan, sementara Alan hanya bisa menjadi pengamat. Tanpa bisa ditahan, air mata Alan juga

  • Wedding Chaos   97. I Love You!

    Malam hari ini, tidak ada yang lebih membahagiakan karena Alan dan Salsabila kembali satu kamar, akan kembali tidur di atas ranjang yang sama. Karena buru-buru pulang dari kantor untuk menemui Salsabila, Alan belum menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Sehingga baru sekarang Alan menyelesaikannya, dan Alan memilih mengerjakan pekerjaannya itu di sofa, sengaja keluar kamar agar Salsabila bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguannya. Mungkin setelah pekerjaannya selesai, baru Alan akan menyusul dan tidur disamping istrinya setelah sekian lama.Namun, kehadiran Salabila membuat Alan menghentikan pekerjaannya dan meletakkan laptop yang berada di pangkuannya. "Kenapa belum tidur?" tanya Alan sambil melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Salsabila menggeleng. "Aku haus," ucap Salsabila sambil berusaha melangkah menuju dapur.Alan dengan cepat mencegat langkah Salsabila dan memintanya untuk duduk di sofa. "Aku ambilkan!

  • Wedding Chaos   98. Promise

    Alan pernah membaca di suatu tempat, entahlah ia lupa di mana, yang katanya bahwa rasa syukur seharusnya dilakukan juga kepada hal-hal yang kecil. Sangat muda mensyukuri hal-hal besar seperti pencapaian karir, kekayaan, mobil baru, atau sebagainya. Tetapi bagaimana dengan hal kecil? Seperti oksigen yang gratis diberikan. Pada umat manusia, air di rumah yang masih bisa digunakan untuk keperluan rumah tangga, atau barang yang masih bisa berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Ah, kenapa Alan menjadi sok bijaksana seperti ini? Mungkin karena ini efek Alan terjaga di pagi hari di sisi Salsabila. Dan ya, terbangun di sisi orang yang kita cintai, adalah salah satu hal sederhana yang akan Alan syukuri setiap hari mulai hari ini. Ini bukti bahwa Tuhan masih menyayanginya, Tuhan ternyata menyentuh hati Salsabila di saat yang tepat sehingga mereka berdua tidak jadi berpisah.Alan menoleh ke sampingnya, ke tempat di mana Salsabila masih terlelap, nafasnya teratur, dan ke

  • Wedding Chaos   99. Bahagia Bersamamu

    Setelah menjelaskan mengenai keputusannya dan Alan kepada orang tua mereka, hati Salsabila terasa lega. Terutama setelah mereka mendapatkan maaf dari kedua orang tuanya karena sudah membuat mereka kecewa dan bersedih. Rasa senang itu begitu membuncah dalam hati Salsabila, seperti melepas sesuatu yang mengganjal dalam hati.Hanya saja, ada hal yang tidak sesuai dengan perkiraan. Salsabila kira setelah dirinya sudah berbaikan dengan Alan, Ayah Dirgantara akan membatalkan hukuman untuk Alan untuk mutasinya ke Malang. Dengan alasan untuk memantau hubungan mereka dan menjaga Salsabila di usia kehamilannya yang makin menua, Alan memang tidak jadi dimutasi ke Malang tetapi ditempatkan di Surabaya untuk beberapa bulan ke depan. Berapa bulan lamanya, masih belum mereka ketahui.Ini adalah pertama kalinya Salsabila dan Alan akan tinggal bersama kedua orang tuanya. Kalau boleh jujur, Salsabila merasa sedikit kikuk. Tetapi sisi positifnya, Salsabila merasa tenang karena dia ti

Bab terbaru

  • Wedding Chaos   148. Perhatian-Perhatian Kecil

    “Karena hanya kamu yang termasuk dari  semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa

  • Wedding Chaos   147. Kau yang Sempurna

    "Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti

  • Wedding Chaos   146. Kebisingan Terhebat

    Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka

  • Wedding Chaos   145. Kau Masih Milikku!

    “Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.

  • Wedding Chaos   144. Ayah Baru Untuk Si Kembar

    Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem

  • Wedding Chaos   143. Insiden Dada

    Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala

  • Wedding Chaos   142. Dasar Menyebalkan

    “Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun

  • Wedding Chaos   141. Pagi yang Kacau

    Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s

  • Wedding Chaos   140. Selamat Tinggal!

    Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in

DMCA.com Protection Status