Home / Pernikahan / Wedding Chaos / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Wedding Chaos: Chapter 111 - Chapter 120

148 Chapters

111. Kekecewaan Mendalam

PRANG!Bunyi pecahan kaca berulang kali mengusik tidur Bunda Rena dan Ayah Dirgantara dari tidurnya. Suami istri itu kemudian terperanjat dari tidurnya. Dengan panik, Bunda Rena melompat dari ranjang dan berlari keluar disusul oleh suaminya yang juga ikut berlari menyusul untuk mencari sumber suara berisik itu berasal. Kedua suami istri mencari sumber suara ribut itu berasal, yang ia tebak berasal dari ruang keluarga di lantai bawah.Suasana masih gelap, belum pagi sepenuhnya. Meskipun ruangan masih tertutupi gorden, namun bias cahaya mulai mengintip dari jendela membuat ruangan itu terlihat remang-remang. Semakin menambah suasana bersedih yang Salsabila rasakan pagi ini.“Salsa?” panggil Bunda Rena saat sudah sampai di dekat ruang keluarga dan melihat penggung menantunya yang sedang menginjak-injak sebuah bingkai foto.Berbalik, Salsabila tersenyum, sebuah senyuman yang sama persis yang ditampakan semalam. Senyuman lebar namun terlihat begitu men
Read more

112. Menghitung Waktu

Siang ini, Salsabila sadar dari kelakuan buruknya tadi yang membuat rumah dan seisinya gaduh. Ayah, Bunda, bahkan Alexa sepanjang hari ini khawatir kepadanya dan untuk Alan … pria itu belum ada kabar sampai sekarang. Tidak menelepon ataupun memberi kabar sekalipun, pria itu sepertinya sedang bersenang-senang dengan Meira sampai melupakan dirinya, mengingat hal itu Salsabila kembali bersedih.Salsabila sebenarnya tidak pernah mencoba menghubungi nomor Alan satu kali pun, tetapi dia sempat mencuri dengar dari Alexa yang memberitahu bundanya bahwa sampai sekarang Alan masih belum bisa dihubungi, dan Salsabila tidak ingin mencari, biarkan pria itu bahagia dengan pilihannya sendiri."Maafin Salsa, Ayah, Bunda …." Salsabila kali ini sedang bersimpuh di lantai, menghadap ayah dan bunda, meminta maaf dengan tulus. "Maafin kurang ajar Salsa pagi ini. Karena Salsa benar-benar ingin melakukan ini—hancurin apapun yang berhubungan dengan Alan, anak kesayangan kalian."
Read more

113. Wellcome Baby Twins

"Bunda, Ayah … Salsa ingin bertemu Mas Alan!"Sejak sampai di rumah sakit, Salsabila terus meraung-raung mencari suaminya, padahal ia sudah setengah sekarat untuk bersiap melahirkan buah hatinya bersama Alan.Setelah tadi kegelapan mengambil alih kesadarannya, Salsabila sadar dan langsung mencari Alan. Padahal sejak sejam yang lalu, Alexa sudah beberapa kali mencoba menghubungi ponsel Alan, namun seperti sebelumnya, ponsel pria itu tidak bisa dihubungi. Alan menghilang bak ditelan bumi."Sayang, sabar ya. Kami sudah mencoba menghubungi Alan. Jadi tenang dan tunggu saja, ya."Kali ini Bunda Rena menyentuh tangan Salsabila yang berusaha bergerak, padahal ia diminta untuk tidak banyak bergerak supaya pendarahannya bisa berhenti.Salsabila menggeleng. Air mata terus meluruh membasahi pipi mulusnya. "aku tidak mau melahirkan kalau Mas Alan tidak ada di sini. Aku tidak mau, Bunda!"Sedangkan beberapa perawat sudah berdatangan dan menga
Read more

114. Untuk Yang Terakhir

Kondisi Salsabila berangsur membaik seiring berjalannya waktu, bahkan pagi ini Salsabila sudah diperbolehkan memberikan ASI untuk kedua bayi kembarnya, untuk pertama kalinya. Salsabila begitu excited, karena akhirnya ia bisa melakukannya untuk kedua bayinya karena tubuhnya baru pulih dan baru diberikan izin oleh dokter Angela.Salsabila menerima kedua bayinya dibantu oleh salah satu perawat. Salsabila akan memberikan ASI untuk keduanya secara bersamaan. Kedua bayi itu kini sudah berada di kedua tangannya, dan Salsabila seketika dibuat takjub. Bayinya, pangeran-pangeran kecilnya, yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya selama sembilan bulan lamanya. Bukan waktu yang sebentar bagi Salsabila, semenjak mengandung kedua bayinya banyak yang telah Salsabila lalui, bahagia dan kesedihan. Tidak munafik, Salsabila akui pernah berbahagia semenjak mengandung keduanya, dan juga pernah bersedih, yang imbasnya adalah malam itu. Malam di mana segala kepercayaan yang dib
Read more

115. Marah Besar

Ada pukulan rasa bersalah yang menghantam dada Alan ketika mobilnya masuk ke dalam gerbang rumah. Laki-laki itu duduk dibalik kemudi dan membuang pandangan ke atas, menatap jendela kamarnya bersama Salsabila selama berada di Surabaya. Rasanya Alan tidak siap kembali bertemu dengan istrinya. Tidak sanggup melihat wajah pura-pura kuat wanita itu.Alan tahu, ada luka baru yang dia goreskan di hati Salsabila. Setelah beberapa bulan ini berjuang untuk kembali mendapatkan hati dan kepercayaan Salsabila kembali, seketika hancur karena malam itu. Malam di mana Alan menjadi pria yang begitu bodoh karena rasa tanggung jawabnya yang tidak pada tempatnya. Alan sadar kalau malam itu telah merubah segalanya, ada luka baru, luka yang barangkali akan membawa mereka kembali ke dalam fase yang hampir mereka tinggalkan yaitu fase saling menyakiti.Kali ini, Alan kehabisan cara untuk menghadapi keadaan ini. dia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Salsabila nan
Read more

116. Waktu Itu

“Please ... jangan bertengkar di sini, Salsabila baru saja tertidur. Aku takut dia akan terbangun karena mendengar pertengkaran kalian.” Bunda Rena melerai pertengkaran anaknya dengan suaminya tersebut. Dia sebenarnya sedang menjaga Salsabila yang tertidur, tetapi suara ribut-ribut dari luar membuatnya penasaran. Dan ia sama sekali tidak menyangka kalau sumber keributan itu berasal dari Alan yang entah dari mana dan baru muncul sekarang. Tentu saja bunda Rena masih marah kepada lelaki itu, oleh sebabnya dia sengaja tidak mau melihat wajah brengsek anaknya.“Ayah ... bunda, maafkan aku!” Alan mencicit, berusaha mengiba atas segala kebodohannya kepada kedua orang tuanya.“Alan, aku tahu hubunganmu dengan perempuan itu bertahun-tahun lalu. Aku tahu betapa gilanya kamu kepada perempuan itu makanya aku tidak pernah memberimu sebuah restu.” Ayah Dirgantara membelakangi Alan, tidak kuat melihat wajah anaknya. Sementara Alan tertarik dengan diksi yang dipilih ole
Read more

117. Sebuah Kenyataan

Melihat keadaan Salsabila yang terlihat lemah karena kebanyakan menangis dan berteriak, Alan memilih mengalah untuk meninggalkan ruangan itu seperti permintaan dari ayahnya. Mendadak Alan bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut tanpa mengatakan apapun lagi. Alan berdiri lama di dekat pintu, masih mendengar isakan tangis yang berasal dari Salsabila. Alan marah pada dirinya sendiri yang lagi-lagi menciptakan air mata untuk Salsabila, lagi-lagi Alan membuat istrinya menangis dan bersedih.Meskipun ayahnya memintanya untuk menceraikan Salsabila, tetapi maaf saja, Alan tidak akan pernah mengabulkan hal tersebut. Alan mencintai Salsabila, wanita itu istrinya, Salsabila masih tanggung jawabnya, terlebih lagi mereka sudah punya tambahan keluarga kecil, yaitu kedua anak kembarnya, Edward dan Erland. Hm ... tetapi apakah itu benar nama anaknya, itu adalah nama yang masuk ke planning mereka, semoga saja Salsabila memberikan nama tersebut untuk kedua anak kembarnya.
Read more

118. Rahasia Apa?

Setelah pembicaraannya dengan dokter Angela tentang penderitaan Salsabila saat melahirkan anak kembarnya membuat Alan terus dihantui rasa bersalah. Alan tidak bisa menampik kalau kata-kata dokter Angela itu telah menjadi pecut, sebuah cambukan untuk Alan terima. Setelah dokter Angela keluar dari ruangan tersebut, Alan masih bertahan berada di dalam ruang bayi, sedang menimang anak kembarnya. “Kamu pasti yang bernama, Edward dan kamu Erland,” ucap Alan kembali kepada anak kembarnya satu persatu. Sebelum keluar meninggalkannya dokter Angela memberitahunya kalau anaknya lahir hanya berselang lima menit dari adiknya dan Alan menebak sendiri bahwa yang lahir pertama bernama Edward dan lahir lima menit setelahnya bernama Erland.“Kalian senang ya berada dipelukan Daddy? Anteng banget deh, apakah kalian juga merindukan Daddy sama sepertiku yang sangat merindukan kalian?”Untuk pertama kalinya, Alan berkesempatan untuk menimang kedua buah hatinya. Setel
Read more

119. Lelah Bersamamu

"Kalau begitu, katakan tentang masalah yang kamu maksud, Mas. Katakan rahasia yang kamu sembunyikan!"Salsabila pada akhirnya melayangkan pertanyaan tersebut untuk Alan, dia perlu tahu apakah Alan masih berusaha untuk menyembunyikan atau akan terbuka untuknya. Mungkin, Salsabila akan sedikit memaafkan seandainya saja Alan akan mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak kecewa lagi terhadap suaminya tersebut."Sepertinya pertanyaan itu begitu sulit kamu jawab ya, Mas?" Salsabila begitu menikmati wajah Alan yang begitu sendu dan terlihat ada ketakutan di dalamnya. "Baiklah, aku akan mengganti pertanyaannya. Apakah kalian kembali bersama?"Alan mendongak. "Siapa?"Salsabila mendengkus. "Kamu dan mbak Meira. Apakah kalian kembali?"Alan dengan cepat kembali menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah mengkhianati kamu, Sa."Ingin rasanya Salsabila meneriakkan apa arti dari pendengarannya malam itu. Tidak mungkin Salsabila salah dengar, s
Read more

120. List Impian

Sore hari setelah menyusui Edward dan Erland, Salsabila memilih menenangkan diri di taman rumah sakit. Pertengkarannya dengan Alan tadi siang begitu mengganggu psikis Salsabila. Oleh karena itu dokter Angela menyarankan untuk menghirup udara segar sore hari di taman, menikmati semilir angin yang sejak tadi menerbangkan rambutnya, serta menghirup aroma bunga yang semerbak menusuk hidung. Berada di sini, Salsabila memang merasa lebih baik dibandingkan keadaannya tadi siang setelah pertengkarannya dengan Alan yang berujung saling meneriaki.Salsabila senang, karena setelah kejadian tadi Alan tidak lagi memunculkan batang hidungnya. Info dari dokter Angela kalau Alan itu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar bayi, sedang berinteraksi dengan anak kembarnya. Pria itu pasti merasa bersalah, Salsabila tahu itu. Tetapi baguslah, Alan memang harus menebus kesalahannya karena telah menelantarkan kedua anaknya. Ya, begitulah Salsabila meyebut Alan. Karena memang benar Alan
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status