Siang ini, Salsabila sadar dari kelakuan buruknya tadi yang membuat rumah dan seisinya gaduh. Ayah, Bunda, bahkan Alexa sepanjang hari ini khawatir kepadanya dan untuk Alan … pria itu belum ada kabar sampai sekarang. Tidak menelepon ataupun memberi kabar sekalipun, pria itu sepertinya sedang bersenang-senang dengan Meira sampai melupakan dirinya, mengingat hal itu Salsabila kembali bersedih.
Salsabila sebenarnya tidak pernah mencoba menghubungi nomor Alan satu kali pun, tetapi dia sempat mencuri dengar dari Alexa yang memberitahu bundanya bahwa sampai sekarang Alan masih belum bisa dihubungi, dan Salsabila tidak ingin mencari, biarkan pria itu bahagia dengan pilihannya sendiri."Maafin Salsa, Ayah, Bunda …." Salsabila kali ini sedang bersimpuh di lantai, menghadap ayah dan bunda, meminta maaf dengan tulus. "Maafin kurang ajar Salsa pagi ini. Karena Salsa benar-benar ingin melakukan ini—hancurin apapun yang berhubungan dengan Alan, anak kesayangan kalian.""Bunda, Ayah … Salsa ingin bertemu Mas Alan!"Sejak sampai di rumah sakit, Salsabila terus meraung-raung mencari suaminya, padahal ia sudah setengah sekarat untuk bersiap melahirkan buah hatinya bersama Alan.Setelah tadi kegelapan mengambil alih kesadarannya, Salsabila sadar dan langsung mencari Alan. Padahal sejak sejam yang lalu, Alexa sudah beberapa kali mencoba menghubungi ponsel Alan, namun seperti sebelumnya, ponsel pria itu tidak bisa dihubungi. Alan menghilang bak ditelan bumi."Sayang, sabar ya. Kami sudah mencoba menghubungi Alan. Jadi tenang dan tunggu saja, ya."Kali ini Bunda Rena menyentuh tangan Salsabila yang berusaha bergerak, padahal ia diminta untuk tidak banyak bergerak supaya pendarahannya bisa berhenti.Salsabila menggeleng. Air mata terus meluruh membasahi pipi mulusnya. "aku tidak mau melahirkan kalau Mas Alan tidak ada di sini. Aku tidak mau, Bunda!"Sedangkan beberapa perawat sudah berdatangan dan menga
Kondisi Salsabila berangsur membaik seiring berjalannya waktu, bahkan pagi ini Salsabila sudah diperbolehkan memberikan ASI untuk kedua bayi kembarnya, untuk pertama kalinya. Salsabila begitu excited, karena akhirnya ia bisa melakukannya untuk kedua bayinya karena tubuhnya baru pulih dan baru diberikan izin oleh dokter Angela.Salsabila menerima kedua bayinya dibantu oleh salah satu perawat. Salsabila akan memberikan ASI untuk keduanya secara bersamaan. Kedua bayi itu kini sudah berada di kedua tangannya, dan Salsabila seketika dibuat takjub. Bayinya, pangeran-pangeran kecilnya, yang selama ini bertumbuh di perutnya dan dikandung olehnya selama sembilan bulan lamanya. Bukan waktu yang sebentar bagi Salsabila, semenjak mengandung kedua bayinya banyak yang telah Salsabila lalui, bahagia dan kesedihan. Tidak munafik, Salsabila akui pernah berbahagia semenjak mengandung keduanya, dan juga pernah bersedih, yang imbasnya adalah malam itu. Malam di mana segala kepercayaan yang dib
Ada pukulan rasa bersalah yang menghantam dada Alan ketika mobilnya masuk ke dalam gerbang rumah. Laki-laki itu duduk dibalik kemudi dan membuang pandangan ke atas, menatap jendela kamarnya bersama Salsabila selama berada di Surabaya. Rasanya Alan tidak siap kembali bertemu dengan istrinya. Tidak sanggup melihat wajah pura-pura kuat wanita itu.Alan tahu, ada luka baru yang dia goreskan di hati Salsabila. Setelah beberapa bulan ini berjuang untuk kembali mendapatkan hati dan kepercayaan Salsabila kembali, seketika hancur karena malam itu. Malam di mana Alan menjadi pria yang begitu bodoh karena rasa tanggung jawabnya yang tidak pada tempatnya. Alan sadar kalau malam itu telah merubah segalanya, ada luka baru, luka yang barangkali akan membawa mereka kembali ke dalam fase yang hampir mereka tinggalkan yaitu fase saling menyakiti.Kali ini, Alan kehabisan cara untuk menghadapi keadaan ini. dia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Salsabila nan
“Please ... jangan bertengkar di sini, Salsabila baru saja tertidur. Aku takut dia akan terbangun karena mendengar pertengkaran kalian.” Bunda Rena melerai pertengkaran anaknya dengan suaminya tersebut. Dia sebenarnya sedang menjaga Salsabila yang tertidur, tetapi suara ribut-ribut dari luar membuatnya penasaran. Dan ia sama sekali tidak menyangka kalau sumber keributan itu berasal dari Alan yang entah dari mana dan baru muncul sekarang. Tentu saja bunda Rena masih marah kepada lelaki itu, oleh sebabnya dia sengaja tidak mau melihat wajah brengsek anaknya.“Ayah ... bunda, maafkan aku!” Alan mencicit, berusaha mengiba atas segala kebodohannya kepada kedua orang tuanya.“Alan, aku tahu hubunganmu dengan perempuan itu bertahun-tahun lalu. Aku tahu betapa gilanya kamu kepada perempuan itu makanya aku tidak pernah memberimu sebuah restu.” Ayah Dirgantara membelakangi Alan, tidak kuat melihat wajah anaknya. Sementara Alan tertarik dengan diksi yang dipilih ole
Melihat keadaan Salsabila yang terlihat lemah karena kebanyakan menangis dan berteriak, Alan memilih mengalah untuk meninggalkan ruangan itu seperti permintaan dari ayahnya. Mendadak Alan bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut tanpa mengatakan apapun lagi. Alan berdiri lama di dekat pintu, masih mendengar isakan tangis yang berasal dari Salsabila. Alan marah pada dirinya sendiri yang lagi-lagi menciptakan air mata untuk Salsabila, lagi-lagi Alan membuat istrinya menangis dan bersedih.Meskipun ayahnya memintanya untuk menceraikan Salsabila, tetapi maaf saja, Alan tidak akan pernah mengabulkan hal tersebut. Alan mencintai Salsabila, wanita itu istrinya, Salsabila masih tanggung jawabnya, terlebih lagi mereka sudah punya tambahan keluarga kecil, yaitu kedua anak kembarnya, Edward dan Erland. Hm ... tetapi apakah itu benar nama anaknya, itu adalah nama yang masuk ke planning mereka, semoga saja Salsabila memberikan nama tersebut untuk kedua anak kembarnya.
Setelah pembicaraannya dengan dokter Angela tentang penderitaan Salsabila saat melahirkan anak kembarnya membuat Alan terus dihantui rasa bersalah. Alan tidak bisa menampik kalau kata-kata dokter Angela itu telah menjadi pecut, sebuah cambukan untuk Alan terima. Setelah dokter Angela keluar dari ruangan tersebut, Alan masih bertahan berada di dalam ruang bayi, sedang menimang anak kembarnya. “Kamu pasti yang bernama, Edward dan kamu Erland,” ucap Alan kembali kepada anak kembarnya satu persatu. Sebelum keluar meninggalkannya dokter Angela memberitahunya kalau anaknya lahir hanya berselang lima menit dari adiknya dan Alan menebak sendiri bahwa yang lahir pertama bernama Edward dan lahir lima menit setelahnya bernama Erland.“Kalian senang ya berada dipelukan Daddy? Anteng banget deh, apakah kalian juga merindukan Daddy sama sepertiku yang sangat merindukan kalian?”Untuk pertama kalinya, Alan berkesempatan untuk menimang kedua buah hatinya. Setel
"Kalau begitu, katakan tentang masalah yang kamu maksud, Mas. Katakan rahasia yang kamu sembunyikan!"Salsabila pada akhirnya melayangkan pertanyaan tersebut untuk Alan, dia perlu tahu apakah Alan masih berusaha untuk menyembunyikan atau akan terbuka untuknya. Mungkin, Salsabila akan sedikit memaafkan seandainya saja Alan akan mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak kecewa lagi terhadap suaminya tersebut."Sepertinya pertanyaan itu begitu sulit kamu jawab ya, Mas?" Salsabila begitu menikmati wajah Alan yang begitu sendu dan terlihat ada ketakutan di dalamnya. "Baiklah, aku akan mengganti pertanyaannya. Apakah kalian kembali bersama?"Alan mendongak. "Siapa?"Salsabila mendengkus. "Kamu dan mbak Meira. Apakah kalian kembali?"Alan dengan cepat kembali menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah mengkhianati kamu, Sa."Ingin rasanya Salsabila meneriakkan apa arti dari pendengarannya malam itu. Tidak mungkin Salsabila salah dengar, s
Sore hari setelah menyusui Edward dan Erland, Salsabila memilih menenangkan diri di taman rumah sakit. Pertengkarannya dengan Alan tadi siang begitu mengganggu psikis Salsabila. Oleh karena itu dokter Angela menyarankan untuk menghirup udara segar sore hari di taman, menikmati semilir angin yang sejak tadi menerbangkan rambutnya, serta menghirup aroma bunga yang semerbak menusuk hidung. Berada di sini, Salsabila memang merasa lebih baik dibandingkan keadaannya tadi siang setelah pertengkarannya dengan Alan yang berujung saling meneriaki.Salsabila senang, karena setelah kejadian tadi Alan tidak lagi memunculkan batang hidungnya. Info dari dokter Angela kalau Alan itu banyak menghabiskan waktu di dalam kamar bayi, sedang berinteraksi dengan anak kembarnya. Pria itu pasti merasa bersalah, Salsabila tahu itu. Tetapi baguslah, Alan memang harus menebus kesalahannya karena telah menelantarkan kedua anaknya. Ya, begitulah Salsabila meyebut Alan. Karena memang benar Alan
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in