Home / Pernikahan / Wedding Chaos / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Wedding Chaos: Chapter 121 - Chapter 130

148 Chapters

121. Rencana Masa Depan

Salsabila tentu saja memikirkan masa depan anak kembarnya sebelum mengambil keputusan. Sulit memang, karena Salsabila tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tua dan tidak memilikinya. Oleh karena itu, Salsabila tidak ingin kalau anak-anaknya tersebut juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakannya dahulu. Tetapi kalau sudah seperti ini, Salsabila juga masih memikirkan kewarasannya, sekarang saja Salsabila merasa depresi hebat karena terus memikirkan Alan. Lama-kelamaan Salsabila bisa menjadi gila kalau terus bertahan pada hubungan toxic ini.Bahkan ASI-nya sekarang tidak sebanyak pertama Salsabila baru melahirkan. Kedua anaknya bahkan tidak merasa puas mendapatkan ASI berhubung ASI-nya tersebut seketika berkurang. Semua ini tentu saja terjadi karena psikis Salsabila yang terganggu, stres pasca melahirkan, terlebih lagi ditambah dengan masalahnya yang pelik dengan Alan semakin menambah berkurangnya kesehatan Salsabila.Dokter Angela bahkan sudah menyarankan
Read more

122. Pengabulan

Setelah melewati pemikiran-pemikiran panjang, akhirnya Alan berniat untuk mendatangi kamar inap Salsabila kembali, setelah beberapa hari tidak memunculkan batang hidung di hadapan wanita itu dan hanya melihatnya dari kejauhan, atau mendatangi kamarnya ketika sudah tidur. Bukan tanpa alasan Alan melakukan ini, hanya saja dia tidak mau lagi mendengar kalimat perceraian yang berkali-kali terus dilontarkan oleh wanita itu. Alan tidak suka Salsabila begitu excited ingin berpisah darinya bahkan sudah merencanakan planning untuk masa depannya jika perpisahan memang sudah terjadi.Apalagi akhir-akhir ini kata dokter Angela, Salsabila kekurangan istirahat saking banyaknya pikiran. Dan yang lebih parah lagi si kembar pun terkena imbasnya juga, ASI Salsabila bermasalah, semua itu tentu saja karena banyaknya hal yang dipikirkan oleh Salsabila. Oleh karena itu, Alan sengaja datang untuk bernegosiasi dengan Salsabila. Dia tidak mau egois lebih lama lagi, kalau memang Salsabila tersiksa d
Read more

123. Berusaha Mengikis Jarak

Salsabila menyusun perlengkapannya beserta perlengkapan bayinya ke dalam tas. Hari ini Salsabila sudah diizinkan keluar dari rumah sakit, setelah satu minggu lebih terjebak di rumah sakit itu karena keadaannya yang tak kunjung membaik. Tetapi setelah diperiksa oleh dokter Angela semalam, Salsabila sudah dikatakan sehat dan sudah dibiarkan pulang ke rumah. Salsabila tentu saja sangat senang, karena dia memang sudah mulai bosan berada di rumah sakit. Edward dan Erland pasti juga merasa demikian, bosan berada di rumah sakit dan ingin segera pulang ke rumah.“Hai ... bagaimana keadaan kamu?” Sebuah suara mengagetkan Salsabila dan membuatnya menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah sumber suara tersebut.Alexa muncul di sana, tengah tersenyum lebar ke arahnya.“Aku baik-baik saja, Al,” balas Salsabila tersenyum, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. “Kamu datang, aku pikir sudah pulang ke Jakarta tanpa pamit padaku.”Alexa se
Read more

124. Harapan yang Pupus

Setelah Alexa keluar dari ruangan dan meninggalkan keduanya, Salsabila dan Alan malah terpenjara dalam keheningan. Sebenarnya Alan tidak suka dengan suasana seperti ini, tetapi Salsabila terus berusaha menciptakan jarak dan seakan tidak menganggapnya ada di tempat itu.“Sa, kita sarapan dulu sebelum pulang, ya?”Tidak ada tanggapan, Salsabila terus menyibukkan diri dengan pekerjaan melipat baju yang tidak kelar-kelar sejak tadi. Melihat hal itu, Alan gemas sendiri. Rasanya Alan ingin mengambil alih pekerjaan yang sangat gampang tetapi dibuat susah oleh Salsabila.“Sa, pakaian itu nantinya akan pusing sendiri kalau hanya dilipat terus dibongkar lagi. Kenapa menyulitkan diri seperti itu hanya karena tidak ingin menganggapku ada di sini?”Salsabila hanya mendongak sekilas setelah kelakuan absurdnya diketahui oleh Alan. Kemudian dengan kemarahan yang kembali membabi buta, mengambil pakaian tersebut lalu dimasukkan dengan paksa ke dalam tas tanpa beru
Read more

125. Kenangan Lama

“Jadi, bagaimana pendapatmu tentang keinginan bunda?”Salsabila seketika menghentikan aktivitas sarapannya, dan kembali menyimpan sendok dan garpu kembali ke atas piring dengan pelan. Kemudian menarik kedua tangannya ke atas paha, Salsabils meremas kedua tangannya dengan pelan.Kemarin bunda Rena mengunjunginya dan memintanya tetap tinggal bersama mereka di Surabaya paling tidak sampai si kembar berumur lima bulan atau paling lama setahun. Sebenarnya ini adalah keputusan yang begitu berat, Salsabila dilema. Dengan mengikuti keinginan bunda untuk tetap stay di rumah itu, sama saja dengan dia punya banyak waktu kebersamaan dengan Alan dan Salsabila tidak suka itu. Sedangkan kalau menolak permintaan bunda Rena sama saja dengan dia berlaku sangat jahat karena cepat sekali memisahkannya dengan cucu pertama mereka. Dan salah satu yang akan Salsabila lihat adalah kesedihan dan kekecewaan yang diperlihatkan oleh kedua mertua yang sangat menyayanginya bak anak sendiri.
Read more

126. Wellcome Home!

Setelah menyelesaikan sarapan, akhirnya Salsabila, Alan dan kedua anak kembarnya meninggalkan rumah sakit. Edward dan Erland sangat anteng di dalam pelukan Salsabila, kedua anaknya itu tertidur lelap di dalam dekapan hangat ibunya.“Apakah kamu kesusahan?” tanya Alan berusaha memecah keheningan ketika sejak mobil bergerak meninggalkan rumah sakit, wanita itu belum membuka suara.Salsabila menoleh dan menatap Alan dengan kening berkerut. “Kesusahan bagaimana, Mas?”“Hm ... maksudku apa kamu tidak kesusahan memangku Ed dan Er secara bersamaan?” Alan kembali mengalihkan perhatiaannya dan tetap menyetir mobil dengan tenang lalu kembali bersuara. “Seharusnya tadi aku paksa bunda untuk ikut agar ada yang membantumu membawa anak-anak.”“Tidak apa-apa, bunda juga butuh istirahat. Lagian aku tidak ingin merepotkan bunda lebih banyak lagi, sudah cukup aku akan menumpang di rumah kalian setelah bercerai padahal aku bukan siapa-siapa lagi.”Men
Read more

127. Kejutan Tak Terduga

“Jaga kesehatan kalian, ya!” Itu adalah pesan Tante Mely, hari sudah menjelang sore oleh karena itu mereka sudah bergegas pulang.“Iya, Tante. Terima kasih atas kunjungannya!” jawab Salsabila yang tengah dipleuk oleh wanita tersebut.Setelah memberikan beberapa petuah, dan harapan-harapan membahagiakan untuk kehidupan pernikahan mereka untuk ke depannya, keluaga besar kemudian pamit untuk pulang. Tadi mereka banyak mengobrol, bahkan makan siang bersama, Salsabila suka berada di tengah-tengah keluarga Dirgantara, dia merasa sangat diterima. Keluarga yang begitu hangat yang memang Salsabila banggakan sejak dahulu sejak masih kanak-kanak dan baru didapatkan setelah menikah. Namun, kehangatan keluarga itu tidak akan bertahan lama, tinggal menghitug waktu sampai Salsabila benar-benar meninggalkan rumah dan seluruh isinya beserta kekeluargaan yang begitu hangat.Setelah mobil yang mereka tumpangi sudah menjauh, Alan mengajak Salsabila untuk kembali masuk ke dala
Read more

128. Sisi Melankolis

Sudah sepekan Salsabila kembali ke rumah bersama si kembar, Salsabila belum juga mendaftarkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama karena permintaan bundanya."Kamu tidak perlu terburu-buru mendaftarkan berkas perceraian kalian, kasihan Edward dan Erland, mereka baru saja lahir bahkan masih bayi merah. Bagaimana mungkin kalian tega menyambutnya dengan sebuah perceraian?"Itu adalah perkataan bunda Rena beberapa hari yang lalu, saat satu hari mereka di rumah itu dan Salsabila sudah berencana untuk mendaftarkan berkas perceraiannya agar bisa dengan cepat terbebas dari jerat pernikahannya dengan Alan.Waktu itu Salsabila hanya bisa terdiam. Dalam hati membenarkan perkataan bundanya, bayi mereka tidak salah apa-apa tetapi bagaimana mungkin dia menyambutnya dengan sebuah perceraian. Meskipun belum paham dengan segala sesuatunya, tetapi rasanya tidak patut jika saat besar nanti dan mengetahui bahwa orang tuanya bercerai saat beberapa hari kelahirannya, merek
Read more

129. Coklat Panas

Setelah memaku sisi melankolisnya dan kembali mengingat perkataannya tadi sebelum memilih mengurung diri di kamar mandi dibanding mendengar jawaban yang akan diberikan oleh Salsabila atas pernyataannya, Alan pada akhirnya keluar dari kamar mandi tersebut. Yang tidak disangka, Salsabila ternyata sudah menunggu lama tepat di depan pintu.“Jangan begini, Mas. Kalau nanti aku pergi, tidak akan ada yang bisa kamu andalkan untuk urusan-urusan seperti ini kecuali diri kamu sendiri.” Salsabila mencoba kembali menasehati sifat Alan yang sangat kekanakan menyikapi segala masalah yang ada.Alan yang sudah lebih dulu melangkah dan memilih abai dengan keberadaan Salsabila yang sudah menunggunya sejak tadi, menoleh karena kembali mendengar ucapan wanita itu yang begitu menyayat hati. Alan kemudian memijat tulang hidung. Memejam. Sebegitu tidak sabarnya Salsabila untuk pisah darinya? Oke. Alan tahu bahwa keluar dari sini, bercerai, adalah sebuah obsesi terbesar Salsabila saat ini
Read more

130. Kabar Buruk

Sudah jalan lima bulan Salsabila berada di Surabaya, di rumah mertuanya. Niatnya untuk menceraikan Alan setelah kedua putranya berumur satu bulan malah terulur. Rencana hanya menjadi wacana, rasa tidak ingin egois terhadap si kembar serta rasa kasihan kepada Alan yang mematahkan segala keinginannya untuk bercerai dari pria itu.Oke. Salsabila sudah berkali-kali mengatakan bahwa mimpinya selama ini adalah memberikan keluarga lengkap dan harmonis untuk si kembar, agar mereka tidak merasakan bagaimana jadi Salsabila semasa kecil hidup tanpa adanya kasih sayang dari orang tua. Perceraian hanya keluar dari mulut, tetapi yang sebenarnya hatinya sangat berat untuk melakukannya. Seandainya saja, mereka belum ada perekat, anak, bisa saja Salsabila sudah melenggang pergi jauh-jauh hari.Tetapi ini tidak sekompleks itu, ada kedua anak yang harus dipertaruhkan dari keegoisan orang tua yang bercerai. Katakanlah Salsabila pling-plang, tidak punya pendirian, lain di mulut lain d
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status