Lea bergeming, tak langsung pergi, masih memandang ke depan sana, hendak memastikan apakah obat berkerja dengan sempurna atau tidak. Satu detik, dua detik, tiga detik, hingga beberapa menit pun berlalu. Di depan sana, dengan raut wajah meringis kesakitan dan dahi mulai dipenuhi keringat, Katherine memegangi kepalanya. 'Mampus kau, ini saatnya kau dicampakkan Frederick.' batin Lea, mengulas senyum licik. Saat ini suasana di istana begitu sepi, bagaikan tak ada penghuni di dalamnya. Lea ingat bila tadi sempat melihat Frederick pergi entah ke mana. Dalam sepersekian detik, Katherine tiba-tiba bangkit berdiri. Wanita bermata abu itu berjalan dengan sempoyongan ke lorong lain. "Panas," Katherine bergumam-gumam sembari memejamkan mata sesaat. Katherine merasakan ada sesuatu yang sangat aneh dan asing menjalar di sekujur tubuhnya sekarang. Dengan sekuat tenaga dia berjalan di lorong-lorong istana dan sesekali matanya berpendar ke segala arah. Tampak sepi, sunyi, senyap, tak
Read more