Lea bagai orang kesurupan, berteriak-teriak kencang. Penampilannya sangat berantakan, gaun yang dikenakannya pun terlihat kotor karena pingsan di pelataran istana tadi."Lea, tenanglah! Apa maksudmu, mama tidak mengerti!" Zara semakin heran. Dia guncang-guncang kuat pundak Lea berulang kali. Lea sesenggukan, cairan bening mengalir deras membasahi pipinya. Bola matanya pun terlihat memerah juga. "Pokoknya aku tidak mau tahu, Mama harus membunuh Katherine!!!" jerit Lea sekali lagi. Napas Zara terdengar memburu, tersulut emosi karena Lea membuatnya kebingungan. Tanpa banyak kata dia menampar kuat pipi Lea."Berhenti menangis, sialan!" teriak Zara.Kepala Lea bergerak ke samping. Wanita berusia 20 tahun itu terkejut dan segera menghentikan tangisnya. Dengan cepat ia memalingkan wajah ke depan. "Mama, kenapa menamparku?" tanya Lea, memegangi pipinya yang terasa sangat pedas sekarang. "Bagaimana mama tidak menamparmu! Dari tadi kau menangis seperti orang gila! Sebenarnya apa yang terja
Lea bergeming, tak langsung pergi, masih memandang ke depan sana, hendak memastikan apakah obat berkerja dengan sempurna atau tidak. Satu detik, dua detik, tiga detik, hingga beberapa menit pun berlalu. Di depan sana, dengan raut wajah meringis kesakitan dan dahi mulai dipenuhi keringat, Katherine memegangi kepalanya. 'Mampus kau, ini saatnya kau dicampakkan Frederick.' batin Lea, mengulas senyum licik. Saat ini suasana di istana begitu sepi, bagaikan tak ada penghuni di dalamnya. Lea ingat bila tadi sempat melihat Frederick pergi entah ke mana. Dalam sepersekian detik, Katherine tiba-tiba bangkit berdiri. Wanita bermata abu itu berjalan dengan sempoyongan ke lorong lain. "Panas," Katherine bergumam-gumam sembari memejamkan mata sesaat. Katherine merasakan ada sesuatu yang sangat aneh dan asing menjalar di sekujur tubuhnya sekarang. Dengan sekuat tenaga dia berjalan di lorong-lorong istana dan sesekali matanya berpendar ke segala arah. Tampak sepi, sunyi, senyap, tak
Katherine memilih diam, berusaha meredam sensasi panas yang semakin menerpa sekujur tubuhnya sejak tadi. Dia lantas mundur beberapa langkah ke belakang, sedang menjaga jarak dengan Karl. Jangan sampai lelaki ini tahu bahwa dia diberi obat perangsang tadi dan jangan sampai pula Karl menyentuh tubuhnya. "Pergilah Karl, jangan hiraukan aku." Katherine ingin memutar tumit hendak melarikan diri. Akan tetapi, gerakkannya kalah cepat. Karl telah berhasil mencekal pergelangan tangannya sekarang dengan sangat kuat dan erat.Dengan sekuat tenaga Katherine berusaha memberontak. Meski tubuhnya begitu panas, seolah-olah ingin meminta sesuatu. "Ada apa Katherine? Kenapa kau menghindariku?" tanya Karl dengan raut wajah datar. "Diam! Lepaskan tanganku!" pekik Katherine sambil menggerakkan tangan ke segala arah, "Logan, di mana kau!" Kini kening Karl berkerut, terlihat kebingungan dengan sikap Katherine. Namun, dia tak berniat melepaskan tangan Katherine malah menggenggamnya dengan erat-erat. Hin
Melihat air muka Katherine berubah. Frederick turunkan cepat tangannya. Dia sangat kesal karena Katherine tidak memberitahunya aksi penyerangan Lea. Tadi, saat baru saja sampai di depan gerbang istana, Frederick keheranan melihat Logan bersama dokter tua turun dari mobil. Dia pun bertanya pada kaki tangannya tersebut. Setelah mendengar penjelasan, perasaan tak nyaman mulai merasuk jiwanya, Frederick berharap rencana Katherine berhasil. Kemudian dengan tergesa-gesa dia masuk ke istana lalu mencari keberadaan Katherine, yang sialnya dihadang Karl. Frederick mengepalkan tangan, menahan marah dan geram. Tentu saja dia tahu efek samping dari obat perangsang. "Aku marah karena kau sudah melanggar janjimu kemarin, kau mengatakan kita harus jadi partner yang baik bukan, tapi lihatlah kau malah melanggar janjimu, bagaimana kalau Karl berhasil menyentuh tubuhmu tadi?!""Apa kau tidak memikirkan dampak ke depannya, pandangan masyarakat jika tahu istri seorang Pangeran bercinta dengan pria lain
"Sebaiknya Puteri kembali ke kamar, kondisi Puteri masih belum sepenuhnya pulih." Logan tiba-tiba angkat suara. Sejak tadi berdiri di belakang Katherine. Katherine melirik sekilas sambil berkata,"Kau tenang saja, aku baik-baik saja kok, lagipula aku mau memeriksa keadaan Lea, aku tidak mau dia juga dijahati seseorang, cukup aku saja yang merasakan kesakitan tadi."Mendengar hal itu Lea tertegun sejenak. Sorot matanya yang semula bak lautan api seketika lenyap.'Apa Katherine tidak tahu kalau dia diberi obat perangsang tadi?' Lea menerka-nerka tanpa mengalihkan pandangan dari depan. 'Tapi baguslah, setidaknya dia tidak menaruh curiga padaku dan aku masih menetap di sini!'Lea tak tahu bila Katherine dan Logan tengah berakting. Di sepanjang jalan tadi Katherine meminta Logan mengucapkan kata-kata tadi. Logan pun menuruti kemauan sang tuan. "Lea," panggil Katherine berusaha mendekat,"kenapa diam? Ada apa denganmu? Kau masih marah karena aku hukum tadi."Lea segera tersadar, cepat-cepat
Kemarahan Zara sudah tak bisa dibendung lagi. Terlebih situasi saat ini sangat menguntungkan, di belakang sana Logan masih sibuk bercakap-cakap di ponsel.Sedangkan di depan sana, Katherine bergeming, menegadahkan kepala ke atas langit. Akan tetapi, iris mata Zara melebar seketika, kakinya pun mendadak berhenti bergerak."Selamat pagi Ma, tumben Mama datang kemari?" Tanpa dugaan Katherine memutar badan sambil melempar senyum lebar. Zara tentu saja sangat terkejut. Dia balas dengan senyum kaku lalu mendekati Katherine."Pagi Katherine, hehe, mama hanya ingin menyapamu sebentar dan nanti mau bertemu Lea, mama senang kau terlihat sehat hari ini," papar Zara basa-basi. Membungkuk sedikit dengan hormat. Zara tidak melupakan status Katherine sekarang adalah seorang Puteri kerajaan. Memikirkan hal itu dia sangat jengkel dan kesal.Katherine tersenyum tipis. Namun senyumnya itu, senyum kepalsuan. "Pagi ini aku sangat sehat dan merasa seperti terlahir kembali, tapi tadi malam seseorang memb
"Apa yang kau lakukan?!" Mata Zara melotot seketika. Pintu baru saja dibuka, namun dirinya malah disambut dengan sebuah tamparan kuat dari anak kandungnya. Lea menutup rapat bibirnya. Tetapi otot-otot di wajah menegang, matanya pun melotot keluar dan napasnya memburu, seolah-olah tengah mengeluarkan emosinya yang meluap-luap. "Kenapa kau menampar Mama?" Katherine segera mengeser kaki lalu berdiri tepat di samping Zara. Sejak tadi dia berada di balik pintu, yang otomatis tidak bisa dilihat Lea. Lea tampak terkejut. Melihat Katherine ternyata di sekitar mereka dari tadi. Ekspresi wajahnya yang semula marah berubah dalam sekejap, dia melempar senyum kaku kemudian. Atmosfer di sekitar mendadak menjadi canggung, Lea enggan menyahut malah menggerakkan bola matanya ke segala arah. Sementara Zara memandang putrinya dengan sangat dingin. Katherine mengerutkan dahi, samar. Meskipun bingung dengan situasi sekarang. Dia sedikit terhibur dengan kejadian di depan matanya barusan. "Lea,
"Selamat pagi Ratu." Secepat kilat Zara membungkuk dengan hormat lalu menegakkan tubuh. "Pagi Ratu." Lea pun melakukan hal yang sama. Meski jantungnya berdetak amat cepat dan kencang sekarang. "Hmm, apa ini obatmu?" Celine menyodorkan obat kepada Lea.Lea meraih obat dari tangan Celine."Iya, mengapa ada di tempat Ratu?" tanyanya berhati-hati.Lea menelan ludah berkali-kali menatap obat pengugur kandungan tersebut, yang ternyata bagian luarnya diganti kemasan dengan obat pereda sakit kepala. Dia sangat senang karena penjual mau menuruti permintaannya. Padahal tadi sempat terjadi cek-cok mulut saat memesan obat.Sekarang, permasalahannya apakah Celine mendengar perbincangan mereka tadi di dalam. Lea terlihat panik. Tetapi jika mendengar, sang ratu pasti tidak akan bersikap seperti ini. Kendati demikian, Lea harus waspada. Apalagi suaranya tadi cukup nyaring. "Aku baru saja sampai, aku pikir Katherine ada di sini, aku sempat melihat Logan yang membawanya tadi, dia meletakkan obat di