"Apa yang kau lakukan?!" Mata Zara melotot seketika. Pintu baru saja dibuka, namun dirinya malah disambut dengan sebuah tamparan kuat dari anak kandungnya. Lea menutup rapat bibirnya. Tetapi otot-otot di wajah menegang, matanya pun melotot keluar dan napasnya memburu, seolah-olah tengah mengeluarkan emosinya yang meluap-luap. "Kenapa kau menampar Mama?" Katherine segera mengeser kaki lalu berdiri tepat di samping Zara. Sejak tadi dia berada di balik pintu, yang otomatis tidak bisa dilihat Lea. Lea tampak terkejut. Melihat Katherine ternyata di sekitar mereka dari tadi. Ekspresi wajahnya yang semula marah berubah dalam sekejap, dia melempar senyum kaku kemudian. Atmosfer di sekitar mendadak menjadi canggung, Lea enggan menyahut malah menggerakkan bola matanya ke segala arah. Sementara Zara memandang putrinya dengan sangat dingin. Katherine mengerutkan dahi, samar. Meskipun bingung dengan situasi sekarang. Dia sedikit terhibur dengan kejadian di depan matanya barusan. "Lea,
"Selamat pagi Ratu." Secepat kilat Zara membungkuk dengan hormat lalu menegakkan tubuh. "Pagi Ratu." Lea pun melakukan hal yang sama. Meski jantungnya berdetak amat cepat dan kencang sekarang. "Hmm, apa ini obatmu?" Celine menyodorkan obat kepada Lea.Lea meraih obat dari tangan Celine."Iya, mengapa ada di tempat Ratu?" tanyanya berhati-hati.Lea menelan ludah berkali-kali menatap obat pengugur kandungan tersebut, yang ternyata bagian luarnya diganti kemasan dengan obat pereda sakit kepala. Dia sangat senang karena penjual mau menuruti permintaannya. Padahal tadi sempat terjadi cek-cok mulut saat memesan obat.Sekarang, permasalahannya apakah Celine mendengar perbincangan mereka tadi di dalam. Lea terlihat panik. Tetapi jika mendengar, sang ratu pasti tidak akan bersikap seperti ini. Kendati demikian, Lea harus waspada. Apalagi suaranya tadi cukup nyaring. "Aku baru saja sampai, aku pikir Katherine ada di sini, aku sempat melihat Logan yang membawanya tadi, dia meletakkan obat di
Katherine mencoba mengabaikan pendapat para bangsawan di sekitar. Memilih fokus berjalan menuju tempat acara. Beberapa minggu sebelumnya, saat statusnya berubah menjadi Puteri Kathrerine banyak desas-desus yang berhembus mengenai dirinya dan Frederick. Meskipun pernikahan diadakan tertutup. Pasti ada saja mulut-mulut orang di istana yang gatal lalu menyebarkan humor tersebut. Katherine tak mau ambil pusing, fokus pada misi balas dendamnya. Meladeni para bangsawan itu hanya membuang waktu dan tenaganya saja."Kakak tidak apa-apa 'kan?" tanya Lea tiba-tiba. Sejak tadi mendengar gunjingan di sekitar. Sekarang, dia tengah bersandiwara di depan Katherine. Padahal hatinya sangat senang barusan.Tentu saja Katherine tahu isi pikiran Lea. Dengan sorot mata acuh dia pun menoleh."Memangnya kenapa, apa ada masalah?"Reaksi Katherine di luar perkiraan Lea. Wanita itu menahan kesal sambil mengepalkan sedikit kedua tangannya. "Eh, tidak Kak, hehe.""Cepatlah berjalan Katherine." Perhatian Kath
Semua wanita membeku di tempat. Baik Lea, Flo dan wanita yang pernah tidur dengan Karl, mendadak terdiam dengan muka merah. Saat ini mereka ingin sekali menguliti Katherine hidup-hidup. Topik pembicaraan sore ini bukan hanya sekadar gosip tapi aib dan skandal para bangsawan. "Sekarang pun Lea menyukai apa yang kumiliki. Ternyata dia ingin bersanding bersama Pangeran. Kau ingin merebut Frederick dariku bukan? Ya sama seperti dulu kau menjalin hubungan dengan mantan kekasihku," lanjut Katherine lagi. Sambil menyelam minum air, itulah yang dilakukan Katherine saat ini. Mempermalukan Lea dan para wanita yang tidak disangka-sangka menyukai Frederick juga. Tentu saja dia tidak akan melewatkan momen ini.Lea membeku. Wajahnya semakin merah padam. Dengan sekuat tenaga dia menahan amarahnya lalu berucap,"Apa maksud Kakak? Aku tidak mengerti."Ekspresi Katherine mendadak dingin. Dia amati mata Lea dengan tajam. "Berhentilah berpura-pura Lea, buka saja topengmu itu, aku tahu semua tentangmu,
Frederick mengerutkan dahi dengan samar, memperhatikan Katherine tengah menutup mata. "Memangnya kenapa?" Katherine menggeleng cepat lalu berkata,"Tidak.""Kau kedinginan?" tanya Frederick membuat Katherine semakin salah tingkah. Lelaki bermata biru itu belum menyadari keadaan tubuh Katherine sekarang, sangat tembus pandang hingga siapa saja yang melintas di jalan pasti akan melihat ke arah Katherine. Sekali lagi gelengan cepat dibalas Katherine. Frederick memicingkan mata saat melihat tubuh Katherine. Secepat kilat ia membuka jasnya yang basah lalu menarik tangan Katherine.Katherine amat terkejut dan reflek membuka mata. "Frederick, mau a–pa?!" tanyanya panik. Frederick mendengus dingin lalu berkata,"Semuanya terlihat, kenapa kau tidak bilang?" Tanpa mendengar balasan dia taruh jas hitam miliknya di pundak Katherine."Kau kedinginan, maaf gara-gara aku, kau jadi basah, seandainya saja aku tidak mengajakmu tadi, pasti kau kau tidak kedinginan seperti sekarang," ujar Frederick k
Katherine amat terkejut. Jantungnya hampir saja melompat dari tempat sarangnya. Padahal sudah diingatkan tetapi otak mungilnya ini memang sangat malas mengingatkan sang pemilik tubuh agar tidak bertindak ceroboh. Entah bagaimana ceritanya dia bisa berada di bawah tubuh Frederick sekarang. Yang dia ingat tadi, dalam keadaan tubuh basah dan rambut panjang yang basah pula, ia berlari kecil keluar dari kamar. Akan tetapi, kakinya tergelincir dan tanpa sengaja menabrak punggung belakang Frederick. Karena kehilangan keseimbangan dia spontan menarik tangan Frederick. Alhasil lelaki yang berstatus menjadi suami kontraknya itu di atas tubuhnya kini."Frederick, berdirilah!" Dalam keadaan mata tertutup dan bibir bergetar, Katherine pun berkata.Tak ada pergerakkan, Frederick tertegun, mengamati dengan seksama lekukan tubuh polos Katherine sambil menelan ludahnya berkali-kali. Dia sedang menahan sensasi aneh mulai menjalar di tubuhnya. Dengan jarak yang sangat dekat dan begitu intens, dari tad
"Dasar wanita bermuka dua dan tidak tahu diri!" seru Lea setelah berhasil mendaratkan tamparan di pipi kanan Katherine. Dia sangat marah pada Katherine dan Celine tadi. Ingin melampiaskan kepada Celine. Itu tidak mungkin, sama halnya, dia menggali lubang kematiannya. Maka dari itu Katherine-lah yang pantas dia tampar. Terlebih mengingat sikap Katherine saat di pesta teh tadi. Sangat menjengkelkan dan membuatnya malu.Katherine mengelus perlahan pipinya lalu tersenyum sinis. "Bermuka dua? Tidak tahu diri? Apa kau sedang mengatai dirimu sendiri, uh?" tanyanya dengan mata melotot tajam.Mata hitam Lea semakin melebar. Kobaran dari matanya sejak tadi berkobar-kobar. "Ternyata adikku ini tidak tahu malu, mengatai kakaknya sendiri jalang, padahal dia lebih dari jalang," lanjut Katherine lagi, tenang dan pelan. Namun, menusuk jantung Lea. "Kau!" Lea menggerakkan tangan hendak menampar lagi. Tetapi, Katherine segera menepis dan menangkap dengan cepat pergelangan tangan Lea. Lea terkesiap
Dengan cepat Grace menutup kembali lemari Zara lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat persembunyian. Grace tampak panik, keringat dingin mulai mengucur dari dahinya sekarang. Dia celingak-celinguk ke sembarang arah. Bingung harus bersembunyi di mana. Di luar, tepat di depan pintu, masih terdengar suara Zara berbicara dengan seseorang. "Aku tidak mau tahu, pokoknya rencana kita harus berhasil." Begitulah percakapan Zara terdengar. Seketika pintu didorong dari luar perlahan-lahan.Grace semakin panik, matanya melebar sempurna kala telah menemukan tempat persembunyian. Dalam hitungan detik Grace berjalan cepat menuju tempat tidur Zara dan memutuskan bersembunyi di bawah kolong ranjang.'Akhirnya!' seru Grace sedikit bernapas lega. Kendati demikian perasaannya mulai was-was sekarang. Sebab melupakan lampu kamar yang belum di padamkan. Secara bersamaan Zara pun masuk ke dalam. Langkahnya seketika terhenti, dahinya berkerut sangat kuat. Saat melihat keadaan ruangan dalam kond