Semua Bab Jerat Pernikahan Tuan Arogan: Bab 71 - Bab 80

195 Bab

71. Turunkan Aku

“Kalau Nara benar-benar masih menyukai Lhasa, apa kamu akan menyerah?”Tunggu. Aku mencium sesuatu yang salah di sini. Aku seperti masuk dalam sebuah perangkap yang disiapkan Riga. Aku menyadarinya karena tatapan Riga sedikit memaksa. Meski pandangan lurus ke jalanan. Tapi tujuan kalimatnya seolah menggiringku ke jurang yang bernama ketidakpercayaan.“Riga ... kamu sengaja melakukan ini, ya. Kamu tahu aku di sana saat kalian membicarakan Lhasa. Kamu ingin membuatku marah pada Nara karena dia masih memikirkan Lhasa. Iya, kan?” terkaku.“Hmp, untuk apa aku melakukannya?”“Justru aku yang mau tanya. Untuk apa kamu melakukannya?”Aku lupa kalau dia si pemilik strategi yang ulung. Dia perencana yang bisa menebak jalan cerita di depan kami. Bukan mustahil dia juga bisa menebak jawaban Nara, juga reaksiku pada Nara di lapangan tadi.“Ternyata Biru benar, kamu lebih menyeramkan karena pu
Baca selengkapnya

72. Empati

Saat kami kembali, Riga tidak ada di kamarnya atau di sudut mana pun di rumah ini. Mbok Minah bilang, Riga ke paviliun. Mungkin berniat tidur di sana. Menghindari kami, atau lebih tepatnya menghindariku.Untungnya Nara tidak bertanya alasan kami bertengkar. Aku tak sanggup memberitahunya kalau Riga punya sedikit perasaan padaku. Aku juga masih belum terlalu percaya. Riga yang itu? Mana mungkin.Aku membetoni diri kalau dia lagi-lagi sedang mengerjaiku. Atau kalaupun itu benar, akan kupastikan ia menghilangkan perasaan itu secepat ia datang.Pagi menjelang dan mata sembabku jadi luar biasa payahnya. Ditambah mual dan muntah menyerang serta sakit kepala ikut-ikutan menyiksa pagiku.Nara dengan sabar bantu mengelus pundakku, memijat kepalaku, juga membuatkan teh manis dan obat penghilang mual.Hari ini aku tidak ke sanggar. Aku memilih menuruti Ketua untuk beristirahat saja di rumah. Dua hari sepertinya tak apa. Melihat repotnya hamil muda ini, aku ja
Baca selengkapnya

73. Reaksi

Entah berita baik atau buruk, Gumi memutuskan keluar dari sanggar. Ia mengkonfirmasi hal itu pada Ketua yang menghubunginya via telepon. Aku bisa mengerti alasannya, campuran antara marah, malu, dan takut padaku.Sejenak aku merasa lega karena perihal perkataan Nara yang mengaku pada Gumi bisa disembunyikan sekali lagi. Berkali-kali aku melakukan kesalahan, dan berkali-kali pula aku ditolong. Entah sampai kapan pertolongan ini akan terus bertahan.Mengenai pengganti peran Kama yang dimainkan Gumi, Ketua melakukan audisi lagi saat kemarin aku tak masuk karena izin. Rupanya Havana yang terpilih.Yeay~ aku lebih bisa membangun chemistry dengan Havana dibanding yang lain.Adegan menjambak pun tak masalah dimunculkan kembali. Havana tahu bagaimana berakting menjambak yang baik, tidak kasar dan mengkhawatirkan seperti Gumi. Oke, catat satu lagi hal baik di hari ini.“Huhu, sayangnya aku masih jadi seksi kostum dan propert
Baca selengkapnya

74. Ingin Tahu

“Suaminya ... adalah kakakku.”Suara Nara pelan terkesan berbisik. Tapi tetap saja bisa kudengar ketika kalimat itu lolos dari mulutnya.“Apa?”Responku lambat. Pertama, karena tidak percaya. Kedua, karena alasan Nara terlalu mengada-ada. Dibuat-buat.“Aku gak tahu Nara punya kakak,” ucapku sangsi.Itu membuat Nara jadi terdiam. Hanya matanya yang nanar, berkedip-kedip sekaligus menampakkan kesedihan di tiap detik sorot mata lemahnya.“Ya, karena aku memang gak mau menceritakannya padamu.”“Kenapa begitu, apa kamu menganggapku orang asing?”“Karena gak ada satu pun darinya hal baik untuk kuceritakan padamu.”Aku sangat yakin, Nara sedang berusaha menahan tangis. Meski mulutnya mengatakan penolakan, tapi sorot matanya tidak. Hubungan mereka pasti lebih dalam dari itu.Jadi ... mereka adik kakak yang menyukai orang yang sama?“Orang
Baca selengkapnya

75. Masa lalu Nara Riga

Karena yang bercerita adalah Riga, maka akan kuceritakan dengan sudut pandang Riga. bagaimana dia berucap, bagaimana dia berpikir, aku akan menirunya. Sebuah kisah ketika ia kelas 3 SMA. Awal yang membuat Riga berubah 180 derajat. Atau pertemuan pertama Riga dan Nara.Riga menarik napas dalam-dalam, siap menceritakan masa lalu suram yang ia tata dengan baik hingga tersembunyi menjadi rahasia.Dengarkan baik-baik. Ini kisahnya .....Sudah jadi rahasia umum di kalangan anak SMA tempat Riga menimba ilmu. Riga seperti ATM berjalan. Dompetnya selalu penuh lembaran kertas merah bergambar presiden pertama RI juga wakilnya. Barang-barang branded, kebanyakan limited edition.Maklum, seratus persen ia didandani Bunda yang notabene glamour dan tahu mode. Baginya penampilan selalu yang utama.Riga tidak peduli visi misi Bunda atas apa yang melekat di tubuhnya. Bagi Riga, semua itu sebagai faktor utama yang membuatnya terjerat dalam lin
Baca selengkapnya

76. Adegan Traumatik

Berhari-hari. Berminggu-minggu. Kejadian tempo lalu memberi efek positif pada Riga. Ia menyingkirkan barang-barang mahal darinya. Seminimal mungkin tampil alakadarnya. Sederhana.Tanpa semua itu pun Riga sudah keren dari lahir. Ia masih bersinar dan memukau meski dalam balutan barang-barang sederhana. Ia tak lagi membawa-bawa uang dalam jumlah banyak. Sekedarnya saja.Dan satu yang signifikan, Riga berani bilang ‘tidak.’ Apa yang dia miliki, apa yang ia kenakan, tidak semudah itu ia lepas.Hari-hari pertama memang terasa sulit keluar dari kebiasaan. Satu dua kali ia dapat pukulan di tubuhnya. Tapi hanya begitu saja. Pukulan-pukulan itu tak membuatnya gentar.Riga dianugerahi pikiran yang cerdas, juga mulut yang lihai berargumen. Perihal preman sekolah ia cukup melaporkan ke guru BP. Dan yah ... itu berhasil menghentikan aksi palak dan perundungan yang ia terima di sekolah.Ia tidak akan semudah itu menyerah dan terus-terusan jadi korban
Baca selengkapnya

77. Karena Apa?

Riga ikut ke rumah sakit tempat Nara dilarikan ke UGD. Jangan ditanya keadaannya, Riga linglung. Ia tidak bisa mengatakan kalimatnya dengan baik saat polisi menanyai kronologi kejadian di minimarket.Benaknya masih memutar adegan Nara yang tertusuk pisau di depan matanya. Kalau Nara tidak di sana, bisa-bisa dialah yang tertusuk dan berada di ruang UGD sekarang.Lagi dan lagi, ia ditolong Nara. Laki-laki itu seolah ditakdirkan kesusahan bila dekat dengan Riga. Karena kepengecutan Riga, Nara harus menanggung antara hidup dan mati. Semuanya, karena Riga.Keluarga Riga mendengar kabar buruk itu. Bunda yang datang ke rumah sakit, menemui anak bungsunya yang traumatik dan hanya menggeleng-geleng saat ditanyai.Bunda memeluknya, menenangkan sebisa-bisa. Selepas itu, barulah Riga menangis. Takut disalahkan, takut Nara tak bisa diselamatkan.“Apa orang itu temannmu?” tanya Bunda saat Riga mulai bisa ditanyai.Riga menggeleng. Matanya meme
Baca selengkapnya

78. Antara Nara dan Bima

“Siapa dia? Pacarmu?” tanya Riga begitu Nara menyadari keberadaannya.“Kuharap sih, begitu.”“Kuharap? Apa kamu gak berani menyatakan perasaanmu. Kamu terlalu malu, atau—““Dia pacar kakakku.”Riga sudah mendengar dari Nara perihal Bima, kakaknya. Laki-laki yang beda tujuh tahun darinya itu satu-satunya keluarga Nara setelah orang tuanya meninggal.Nara kecil sempat diurus neneknya di Bandung. Sayang, neneknya meninggal saat Nara SMP. Nara datang ke ibukota berharap tinggal bersama Bima yang baru masuk kuliah. Tapi Bima dulu, beda dengan Bima sekarang.Ia menolak kehadiran Nara. Menganggapnya benalu. Tak jarang Bima menganggap Nara penyebab kematian ayah ibunya. Karena Nara kecil ingin dibelikan sepeda, ayah dan ibunya membeli ke pasar. Tidak tahu di sana sedang ada tawuran aparat dengan penduduk sekitar.Anarki, siapa pun yang ditemui kena tebas parang. Ayah mereka malah dikira sa
Baca selengkapnya

79. Seperti Ini dan Itu

Riga selesai bercerita dan hening tiba-tiba merayap. Ia pasrah dengan duduk di hadapanku sambil menundukkan kepala. Aku tidak berani berkomentar, hanya napas naik turun bagaikan roller coaster.Sepertinya aku paham kenapa Riga memilih merahasiakan ini dariku. Karena setelah aku tahu, bukan perasaan lega yang kudapat, tapi sesak yang semakin menjadi-jadi.Cinta Nara pada Lhasa bukan hal yang main-main. Nara sampai mengejarnya ke kampus yang sama. Nara rela berseteru dengan kakaknya demi dapatkan cinta Lhasa. Sebesar itu.Setelah kini mereka dipertemukan kembali, setelah penghalang mereka telah pergi, bagaimana dengan Nara? Apa dia akan kembali pada Lhasa? Lalu bagaimana denganku? Bayiku?Aku memang sudah berhenti menangis dari tadi. Gantinya hatiku yang berlubang. Minta ditambal dengan kalimat-kalimat kepastian dari Nara. Aku ... ingin bertemu Nara.Refleks kakiku berdiri. Riga mendongak dan menunjukkan kerut di dahinya.“Kamu
Baca selengkapnya

80. Identik Seorang Saudara

Lhasa masih berseru, “katanya kamu sudah menikah. Siapa istrimu, apa aku mengenalnya?”“Tuh!” Riga menunjukku dengan mulutnya. “Viana istriku.”Riga bodoh atau apa. Jelas-jelas aku dan Nara saling menggenggam tangan sedari tadi. Mendeklarasikan diri kalau kami pasangan, saling memiliki. Lalu apa maksud ucapannya. Dia mau membuka rahasia pada Lhasa. Bagaimana kalau Lhasa bocor. Hubungan yang susah payah kami simpan rapat-rapat, malah ia beberkan dengan lancar pada Lhasa.“Bukannya Viana itu istri Nara?” Lhasa keheranan.“Ya, pernikahannya denganku hanya pura-pura. Suami Viana sebenarnya adalah Nara. Mereka melakukannya karena aku yang minta. Tapi tetap saja kalau kamu tanya siapa istriku, maka akan kujawab kalau istriku itu Viana.”Nah, kan. Seperti yang kuduga. Riga punya pikiran apa memilih jujur pada Lhasa. Raut wajahnya pun sulit ditebak. Tapi Nara santai saja sahabatnya itu mengatakan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status