"Apa ini? Apa kalian menipu Bunda?"Lidahku kelu. Seperti ditembak di tempat. Meski kami berniat menjelaskan perihal pernikahan pura-pura ini, tapi bukan seperti ini. Bukan terkesan kepergok.Bunda berdiri sambil mengulurkan tangan. Menyodorkan buku nikah yang jadi pemancing kemarahannya."Tolong bilang kalau buku nikah ini palsu," marah Bunda.Suaranya yang menggelegar, dominan, memancing Kak Elva mendekat. Penasaran ingin tahu."Apa ini, Viana? Kamu menikah dengan Nara? Bukan Riga?" Suaranya makin naik dua oktaf.Aku membeku. Sementara itu, Kak Elva meraih buku nikah di tangan Bunda. Meneliti dan mencari tahu sendiri penyebab marah-marah bundanya."Loh, kok Albian Nara? Wah, ini pasti salah cetak Bunda," Kak Elva bermaksud membela.Tapi ... sudahlah. Terlanjur basah. Kenapa tidak sekalian. Toh, kami memang berniat membuka rahasia."Enggak salah kok, Kak Elva. Memang Albian Nara. Suamiku memang Nara," ungkapku membuat m
Baca selengkapnya