Semua Bab Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Bab 141 - Bab 150

218 Bab

Memberi pilihan

"Pak, ayo pulang! Jangan mengotori tangan Bapak lagi dengan darah lelaki pecundang itu," ujar Najwa sembari menarik lengan sang Ayah agar mundur menjauhi Galih.Harga diri Galih terasa jatuh saat Najwa menyebutnya lelaki pecundang. Baginya, itu sebuah penghinaan besar."Wa, menikahlah denganku! Ayolah, jangan munafik! Aku tahu kalau kamu juga suka sama aku, kan?" Meski harga dirinya diinjak-injak sampai ke dasar sekalipun, namun Galih harus tetap bersikap seperti ini sampai benar-benar berhasil mendapatkan Najwa."Mending aku jadi janda seumur hidup, daripada harus menikah dengan lelaki tukang fitnah seperti kamu," balas Najwa sinis. "Ingat, Gal! Aku tidak memenjarakan kamu hanya karena aku kasihan sama Ibu kamu. Andai bukan karena Bi Tin, sudah ku pastikan bahwa kamu sudah membusuk dibalik jeruji besi."Galih terdiam. Matanya nyalang menatap Najwa dan Pak Haris yang kini akhirnya melangkah pergi."Najwa sialan!!!" umpat Galih marah.Sekarang, dia harus apa? Bagaimana caranya, dia bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-11
Baca selengkapnya

Usul Halimah

Najwa bimbang memikirkan pilihan yang diberi sang Ayah. Keduanya, adalah keputusan yang sangat sulit untuk Najwa.Membuka hati untuk orang yang baru, tidaklah semudah itu. Pun, dengan pulang ke kampung. Di sana, Najwa hanya akan terus merasa sedih karena mengingat bahwa sang Kakek benar-benar sudah tiada.Sementara, jika dia tinggal di kota, Najwa bisa men sugesti diri, bahwa Kakek masih hidup dan masih ada di kampung. Mereka hanya dipisahkan jarak, sama seperti hari-hari biasanya."Wa, boleh Ibu masuk?"Najwa yang sedang sibuk melamun sontak terkesiap. Dia menoleh ke arah pintu yang entah sejak kapan sudah terbuka, dan menemukan sosok sang Ibu yang berdiri di sana."Silakan, Bu!" angguk Najwa. Dia kembali bangun dan bersandar di kepala ranjang sambil memeluk guling."Kamu kenapa belum tidur? Masih mikirin soal permintaan Bapak kamu, ya?" tanya Bu Dahlia lembut sambil duduk di samping Najwa."Iya, Bu. Najwa merasa pusing. Pilihan yang Bapak berikan, terasa sangat sulit untuk Najwa jal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-11
Baca selengkapnya

Rasa yang tak berubah

"Kak Halimah ini ngomong apa? Jangan ngawur, ah!" kata Najwa sambil tertawa kecil.Meski, tak bisa ia pungkiri bahwa ada yang berdetak cepat didalam dada saat mendengar ucapan Halimah tadi, namun Najwa menganggap bahwa ucapan Halimah hanya sekadar candaan belaka. Dia tak boleh bawa perasaan, atau dirinya sendiri yang akan terluka."Ck! Kamu dibilangin serius malah nganggap Kakak bercanda. Gimana sih, Wa?" Halimah mendengkus sebal."Ya, habisnya, gimana? Nggak masuk akal banget kalau orang sekeren Mas Deva mau sama janda kayak aku.""Memangnya, kenapa kalau kamu janda?"Najwa tersenyum kecil. Ia tertunduk lalu menggeleng pelan."Ya, nggak pantas aja," jawab Najwa. "Mas Deva bisa dapat perempuan yang jauh lebih baik dibanding aku, Kak. Dia kaya, tampan, punya karir bagus dan juga berasal dari keluarga terhormat. Sementara, aku? Aku hanya berasal dari kalangan orang biasa. Yatim piatu pula, lagi.""Kalau Deva maunya cuma sama kamu, gimana?""Udah, ah! Aku mau keluar aja. Makin lama di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-12
Baca selengkapnya

Ta'aruf?

Najwa merasakan wajahnya berubah panas. Ucapan Deva, bagai sebuah anak panah yang melesat hendak mengenai jantungnya.Namun, sebisa mungkin Najwa menghalau anak panah itu agar tak tepat mengenai sasaran. Najwa takut, terlalu berharap pada sosok nyaris sempurna seperti Deva, malah akan melukainya jauh lebih parah dibanding dulu."Wa, kamu mau nggak, menjalani ta'aruf sama aku?" tanya Deva dengan tatapan serius.Glek!Najwa menelan ludah. Apa yang Deva katakan, benar-benar tak pernah terlintas dalam benak Najwa."Apa yang Mas Deva lihat dari aku?" Najwa balik bertanya."Banyak," jawab Deva."Contohnya?""Aku suka kamu yang care banget sama kucing-kucing liar. Suka kasih mereka makan bahkan sengaja bikinin mereka rumah-rumahan supaya ada tempat berteduh. Aku juga suka kamu yang tiap hari Jumat, selalu berbagi makanan sama mereka yang membutuhkan. Kamu bahkan rela panas-panasan ditengah hiruk-pikuk keramaian jalanan kota, demi memberi mereka yang kekurangan secara langsung.""Mas Deva, ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Minta uang

"Apa Mas Deva serius?" tanya Najwa dengan suara bergetar."Apa aku terlihat sedang bercanda?" Deva balik bertanya."Apa keluarga kamu setuju dengan ini, Mas? Maksud aku, perbedaan kita terlalu jauh. Aku bukan siapa-siapa jika harus dibandingkan dengan Mas Deva yang punya segalanya.""Keluargaku tidak pernah merecoki dengan siapa aku akan berjodoh, Wa! Insyaallah, mereka akan menerima apapun keputusan aku.""Tetap saja aku cemas, Mas!""Bagaimana kalau kita jalani dulu?" tanya Deva penuh harap.Dia hanya ingin mendengar satu kata dari mulut Najwa. Hanya kata 'ya' yang ia tunggu-tunggu sedari tadi."Tapi, Mas...,""Tolong jawab saja, Wa! Apa kamu bersedia menjalani ta'aruf dengan aku atau tidak?" potong Deva tak sabaran.Dia tak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia bisa mati karena kehabisan napas jika terlalu lama digantung seperti ini."Mas, bagaimana kalau ta'aruf kita nggak berhasil?"Deva meneguk salivanya. "Aku akan mundur baik-baik. Berarti, kamu memang bukan jodohku," jawabnya ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Najwa nekat

Najwa benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Bian. Dia pikir, pria itu tak akan pernah berani muncul lagi dihadapannya setelah kejadian beberapa waktu yang lalu.Akan tetapi, dugaan Najwa ternyata salah. Kini, pria itu kembali dengan akal yang jauh lebih licik lagi.Tahu jika dirinya sudah tak diperbolehkan masuk ke kompleks perumahan tempat tinggal Najwa, maka dia berinisiatif untuk menghadang wanita itu di tengah jalan."Uang? Kok, mintanya malah sama aku?" tanya Najwa dengan alis berkerut heran."Ya, karena kamu mantan istriku. Siapa lagi, yang mau aku mintai duit kalau bukan kamu," balas Bian sengit.Cekungan dibawah matanya, menjadi bukti bahwa lelaki itu sepertinya kurang tidur. Dia terus mengawasi sekitar, seperti sedang mewaspadai sesuatu."Aku bukan gudang duit kamu, Mas! Jadi, tolong menyingkir dan berhenti mengganggu aku!" tegas Najwa."Wa! Tolonglah! Aku benar-benar butuh uang itu.""Dan, kalau aku nggak mau kasih, gimana?""Maka aku nggak akan biarin mobil kamu lewat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Laporan pada Bapak

"Mas...,"Najwa melihat ke depan begitu ban mobil benar-benar berhenti berputar. Jantungnya semakin bertambah deg-degan.Apa dia menabrak Bian?Tak berselang lama, wanita itu menghela napas lega. Bian kembali berdiri setelah jatuh terduduk dengan kondisi tubuh yang tampak baik-baik saja."Untung orangnya nggak kenapa-kenapa," tutur Najwa sambil mengelus dada.Tin! Tin! Tin!Najwa mengklakson dengan keras. Sontak saja, pria itu langsung menggeser motornya ke arah samping.Bian benar-benar tak menyangka, jika Najwa bisa senekat tadi. Bagaimana kalau seandainya, motor warisan Neti itu jadi tertabrak? Tak terbayang, berapa duit lagi yang harus Bian keluarkan untuk biaya perbaikan."Sinting kamu, Wa!"teriaknya keras.Sekali lagi, Najwa membunyikan klakson kemudian berlalu meninggalkan Bian yang masih bersungut-sungut kesal.*"Apes bener, sih! Duit segini bisa dapat apa?" gumam Bian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.Dipandanginya uang dua ratus ribu yang ada ditangan. Jangankan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Deva ingin kawin

"Pak...," panggil Bu Dahlia lirih. Dihampirinya sang suami yang sedang duduk termenung di kursi teras. Wanita itu tahu, sang suami pasti sedang memikirkan putri angkat mereka."Bapak, kenapa?" tanyanya sambil duduk di kursi yang hanya dibatasi oleh meja bundar dengan kursi yang diduduki sang suami.Secangkir kopi dia letakkan didekat sang suami. Suara lembutnya, membuat lamunan pria itu jadi terpecah."Bapak nggak apa-apa," jawab Pak Haris sambil menggelengkan kepalanya."Pasti Bapak lagi mikirin soal Najwa, ya?" tebak Bu Dahlia.Pria itu menghela napas berat. Dia memang tak bisa menyembunyikan apapun, terhadap belahan jiwanya itu."Iya, Bu.""Memangnya, kenapa? Apa yang membuat Bapak jadi kepikiran? Bukankah, kalau ta'aruf anak kita berhasil, Bapak juga yang akan tenang? Bapak nggak perlu cemas lagi meninggalkan Najwa di kota kalau dia benar-benar jadi menikah dengan lelaki pilihannya itu.""Bapak cuma takut kalau Najwa salah pilih lagi, Bu. Bagaimana kalau Najwa menerima lelaki itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Jadi es batu

Pak Syahid dan Bu Zubaidah rasanya ingin sujud syukur sekarang juga. Akhirnya, kata-kata yang telah mereka tunggu sekian lama, keluar juga dari mulut putra mereka."Alhamdulillah!!! Serius, kamu, Dev?" tanya Bu Zubaidah pada putranya. Dia menggenggam erat tangan lelaki muda itu."I-iya, Ma," angguk Deva tersenyum malu."Siapa dia? Siapa perempuan yang sudah membuat anak Papa jadi takluk seperti ini?" Sang Ayah tak kalah antusias.Dibanding sang Ibu, justru memang sang Ayahlah, yang ngebet sekali pengen punya cucu secepat mungkin. Katanya, supaya ada yang bisa diajak sepedaan kalau sore-sore.Karena Deva, sama sekali tidak suka menemani sang Ayah melakukan aktivitas itu. Kalau pun ikut, itu karena dipaksa yang disertai dengan pemberian ancaman yang tidak main-main."Dia... sekretarisnya Kak Halimah."Bu Zubaidah tertegun sejenak. Benar, tebakannya selama ini. Putra kesayangannya masih menyimpan rasa terhadap perempuan berparas ayu yang kini telah menyandang status janda itu."Najwa, D
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya

Bolehkah berharap kembali?

"Lah, anakmu ngambek, Ma?" tanya Pak Syahid tercengang.Putranya sudah keluar dari kamar mereka. Jelas sekali, Deva sangat kesal terhadapnya."Padahal... tadi Papa cuma bercanda, loh," lanjutnya sambil mengintip ke arah pintu. Barangkali, Deva akan kembali muncul dari sana."Papa sih! Suka banget bikin anaknya jadi kesal. Udah tahu anak cuma ada satu. Mbok ya, disayang-sayang itu, loh! Jangan malah dibikin ngambek terus.""Maksud Papa tadi, cuma mau memancing Deva aja, Ma! Papa mau ngetes, seberapa besar rasa cinta Deva sama wanita itu.""Tapi, cara Papa keterlaluan. Apa Papa tahu, sudah berapa lama, Deva mencintai perempuan itu?" tanya Bu Zubaidah pada suaminya.Pria tua itu menggeleng pelan."Anak kita sudah mencintai perempuan itu sejak duduk di bangku kuliah, Pa. Dan, alasan dia selalu menolak perjodohan yang Papa usulkan adalah karena dia masih menunggu perempuan itu. Dan, sekarang Deva baru ada kesempatan. Tapi, justru malah Papa yang mau menghancurkan harapan anak Papa sendiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
22
DMCA.com Protection Status