Home / Pernikahan / Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas? / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 121 - Chapter 130

218 Chapters

Pertolongan Ibu part 2

"Ibu!!!" panggil Salma sekali lagi.Sambil merangkak, dia menghampiri sang Ibu lalu memangku kepalanya."Ibu, ibu nggak apa-apa?" tanya Salma khawatir. Air mata membanjiri wajahnya yang dipenuhi oleh luka lebam itu."Ada monster jahat!! Kita harus pergi, Salma! Kita bisa dimangsa sama monster jahat itu jika terus-terusan berada di sini!" lirih Bu Dian dengan suara lemah."Ibu... Ibu muntah darah, Bu!"Salma berusaha membersihkan darah yang mengotori mulut sang Ibu hingga ke area dagu. Sementara, Seno sedang membalut lukanya dengan sapu tangan sebelum membuat perhitungan kembali dengan kedua perempuan itu.Setelah pendarahannya berhenti, Seno yang masih diliputi emosi, langsung menghampiri Salma dan Bu Dian kembali.Grep!Dia menjambak rambut Salma dari belakang. Di hempasnya tubuh wanita itu hingga nyaris mencium lantai."Dasar perempuan-perempuan tidak tahu diri! Sudah bagus aku tampung kalian di sini! Tapi, kalian malah berani bertingkah!" seru Seno sembari meludah tepat di samping
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Dia yang menghampiri

Akhirnya, Bu Dian dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans. Salma pun turut serta dan ikut melakukan visum seusai arahan pihak kepolisian. Kali ini, Salma berjanji akan membuat Seno benar-benar terpuruk dan membusuk di penjara."Saya nggak salah, Pak. Mereka duluan yang cari gara-gara sama saya. Apa Bapak nggak lihat, kalau tangan dan kaki saya juga luka? Wanita tua gila itu, yang pertama kali menusuk saya. Jadi, wajar dong, kalau saya membela diri."Seno menyampaikan pembelaannya saat sedang diinterogasi oleh pihak penyidik. Walau sesulit apapun, Seno harus berhasil meyakinkan para penyidik ini bahwa dirinya sama sekali tidak bersalah."Dia bohong, Pak! Ibu saya melakukan itu karena melihat saya yang hampir mati akibat dicekik olehnya," sergah Salma yang ternyata langsung menuju ke kantor polisi setelah memastikan Ibunya mendapatkan perawatan medis."Salma?" lirih Seno. "Salma, kenapa kamu ngomong kayak gitu, Sayang? Ya, aku akui salah. Aku memang telah mencekik kamu. Tapi, aku cum
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Selalu ada pilihan

"Wa, terimakasih ya, kamu sudah mau repot-repot datang menjenguk Altaf di sini," ucap Halimah pada Najwa."Sama-sama, Kak. Semoga Altaf cepat sembuh, ya!" timpal Najwa sembari menatap sekali lagi, bocah tampan yang sedang tertidur diatas brankar rumah sakit itu."Ya, Aamiin," sahut Halimah mengaminkan perkataan Najwa."Kalau gitu, aku pamit dulu ya, Kak! Udah malam, soalnya. Kasihan, Bi Iroh cuma sendirian di rumah. Assalamualaikum!""Waalaikumsalam. Hati-hati nyetirnya, Wa! Jangan ngebut-ngebut!" "Iya, Kak!"Najwa kemudian berjalan keluar dari ruangan VIP tersebut. Langkahnya menuju ke arah parkiran sebelum akhirnya reflek berbelok saat tak sengaja mendengar sayup-sayup suara orang yang sedang menangis."Dia... manusia, kan?" gumam Najwa bertanya pada diri sendiri.Hari sudah mulai gelap. Dan, melihat seorang wanita dengan penampilan berantakan sedang menangis dengan wajah menunduk ditutupi rambut, tentu membuat dirinya jadi berpikiran negatif.Bukan apa-apa, rumah sakit memang pern
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Iya atau tidak?

"Aku tahu aku salah. Makanya, aku menyesal, Mbak," ucap Salma sembari mengusap air matanya."Terus, kemana laki-laki itu, sekarang?" tanya Najwa.Salma tersenyum getir. Ia tampak memainkan ujung jaket hitam yang dikenakannya."Dia... sudah aku laporkan ke polisi, Mbak. Laki-laki itu sudah mendekam di penjara.""Ya, itu langkah bagus. Laki-laki seperti itu, memang sepatutnya dipenjarakan saja."Wanita disamping Najwa, tampak mengangguk setuju."Lalu, setelah ini, apa rencana kamu selanjutnya?""Mungkin... setelah semua ini, aku akan bawa Ibu pergi jauh dari kota ini, Mbak.""Kemana?"Salma menggeleng. "Aku masih belum memikirkan soal itu, Mbak."Najwa mengangguk mengerti. Meski Salma pernah jadi duri dalam rumah tangganya, namun bukan berarti Najwa harus merasa bahagia ketika melihat perempuan itu mengalami penderitaan seperti sekarang.Sebaliknya, dia justru malah merasa prihatin. Sebagai sesama wanita, tentu Najwa sangat-sangat mengerti bagaimana hancurnya mental dan perasaan Salma.
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Gosip tentang mereka

Pagi ini, Najwa merasa heran saat banyak karyawan yang terlihat saling berbisik-bisik ketika dia lewat. Meski begitu, Najwa tetap menyapa mereka dengan ramah seperti biasa. Mencoba mengabaikan, perasaan ganjil yang tiba-tiba hingga didalam hati."Mungkin, perasaan aku aja, kali," gumam Najwa seraya mencoba tetap berpikiran positif."Najwa!!!" panggil Galih sembari berlari kecil menghampiri Najwa."Hai, Gal! Baru datang?" tanya Najwa ketika pria itu kini sudah berdiri tepat di sampingnya.Bersama dengan beberapa karyawan lain, mereka sedang menunggu pintu lift terbuka."Iya," angguk Galih. "Siang ini, kita makan siang bareng, ya! Kan, kemarin kamu udah nolak.""Tapi, aku...,""Eits!! Aku nggak terima penolakan kali ini. Kalau kamu tega nolak lagi, aku bakalan ngambek, loh!" potong Galih cepat, sebelum Najwa benar-benar menolak kembali ajakannya."Tapi...,"Ting!Pintu lift terbuka. Beberapa orang yang berdiri dibelakang mereka masuk terlebih dulu dengan wajah yang terlihat sedang menah
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Umpan untuk si ikan

"Hah?"Najwa terperangah, kaget dengan ucapan yang meluncur cepat dari mulut Halimah, sang atasan."Kok, kamu malah kelihatan kaget, gitu?" tanya Halimah dengan sebelah alis yang terangkat.Sebenarnya, dia tahu jika Najwa tak memiliki hubungan spesial sama sekali dengan Galih. Dia tahu, Najwa bukan perempuan yang mudah dalam membuka hati untuk seorang lelaki.Apalagi, Najwa sudah pernah mengalami satu kali kegagalan. Tentu, yang kedua kali, dia akan lebih selektif dalam memilih."Aku nggak pacaran sama Galih, Kak!" bantah Najwa."Sayangnya, berita itu yang sudah beredar luas di kantor kita, Wa! Sebagian pegawai... terutama di divisi tempat Galih bekerja, sibuk menyebarkan berita tentang kalian yang lagi pacaran ke seantero lingkungan kantor.""Ya Allah!" Najwa menggumam kecil. Kekhawatiran, jelas tercetak di wajah cantiknya.Sementara itu, sang atasan hanya sibuk mengamati wajah Najwa. Berusaha menyelami, apa isi hati yang sebenarnya dari adik tingkat yang sudah ia anggap seperti adik
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Selalu indah

Deva tengah bersiap ke kantor saat mendengar notifikasi pesan di ponselnya berbunyi. Hari ini, dia memang akan datang sedikit agak telat ke kantor.Semalam, dia sakit kepala. Baru bisa tertidur, usai meminum obat pada jam dua dinihari."Kak Halimah? Tumben, kirim pesan. Pasti, minta oleh-oleh lagi ini. Dasar," gumam Deva sembari tersenyum lebar.Sudah menjadi kebiasaan, Halimah akan menitip banyak pesanan saat tahu bahwa Deva sedang di luar negeri. Makanan ringan, parfum, tas branded bahkan pakaian dan mainan untuk anaknya.Tentu saja, Deva akan membelikan semua itu dengan senang hati karena dia dan Halimah memang sangat dekat.Sayangnya, senyum Deva tak dapat bertahan lama. Begitu membaca apa isi pesan yang dikirim Halimah, senyumnya langsung luntur begitu saja."Sial!" umpat pria itu kesal.Ia mengusap wajah setelah sebelumnya membanting ponsel dengan sedikit kasar ke atas tempat tidur. Tanpa basa-basi, pria itu langsung menuju ke walk in closet miliknya.Memilih setelan jas yang ak
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Sedikit lebih tegas

"Najwa!" sapa Galih disaat jam makan siang tiba dan dia melihat sosok Najwa yang sedang menuju ke arah kantin. "Hai, Gal!" sapa Najwa meski tak tersenyum sama sekali. "Katanya, mau makan bareng? Tapi, kok malah mau ke kantin sendiri?" tanya Galih. "Cieee... Galih boleh juga, nih!! Semoga langgeng terus, ya!" Tiba-tiba, segerombolan teman-teman Galih lewat dan melontarkan kata-kata yang makin membuat Najwa merasa tak nyaman. "Apaan sih, kalian!! Sana, pergi! Najwa jadi nggak nyaman, ini. Iya, kan, Wa?" Tatapan mata itu terlihat sangat dalam. Berpendar indah dengan binar cinta yang terlihat kentara. "Maaf, ya, Bu! Kami permisi dulu!" ucap salah seorang teman, mewakili yang lain. Najwa mengangguk saja. Tak ada gunanya meladeni omong kosong orang-orang itu. Sementara, Galih malah memerah pipinya. Dia mengusap tengkuknya, malu-malu. "Wa! Maaf ya... Temen-temen aku..," "Ada hal yang harus kita obrolin berdua, Gal!" potong Najwa. " Bisa kita bicara sambil makan?" "O-oke,"
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Playing victim

"A-aku minta maaf, Wa! Aku akan tegur mereka supaya nggak berlaku kurang ajar lagi sama kamu. Maaf, mungkin aku yang memang sudah terlalu sok akrab sama kamu. Aku pikir, karena kita dulu teman sekolah dan masih satu kampung, jadi nggak ada batasan dalam persahabatan kita. Rupanya, ada. Jabatan kita di kantor ini, memang sangat jauh. Pasti, kamu merasa terhina karena aku yang hanya seorang staf biasa, berlaku sok dekat sama kamu yang seorang sekretaris pimpinan."Dari penyampaian dan cara bicaranya, Najwa bisa menilai bahwa Galih sepertinya ingin membuat Najwa merasa bersalah. Istilahnya, playing victim. Padahal, yang salah disini justru adalah Galih.Sebenarnya, Najwa tak merasa terhina sama sekali, jika berteman dengan Galih, seperti yang dituduhkan oleh pria itu. Hanya saja, batasan dalam lingkup pekerjaan, tentu harus diadakan.Ada beberapa aturan tak tertulis yang mestinya Galih pahami jika sedang berada dalam lingkup perusahaan. Di tempat itu, Najwa bukan temannya melainkan atasa
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Menjenguk Seno

"Gawat!! Gimana kalau Najwa akan menjauhi aku mulai sekarang?" tutur Galih gelisah. Dia mondar-mandir didalam toilet pria dengan perasaan tak karuan. Sepertinya, Najwa benar-benar sudah sangat marah."Aku harus berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Najwa kembali. Kalau aku berhasil mendapatkan hatinya dan menikah dengan dia, maka hidup aku dan Ibu akan terjamin sampai kapan pun."Galih tersenyum miring. Ya, niatnya mendekati Najwa memang semata-mata demi mendapatkan harta perempuan yatim piatu itu.Menurut Galih, perempuan lemah seperti Najwa, pasti akan sangat mudah dia taklukkan. Mengingat, Najwa tak punya siapa-siapa lagi, selain orangtua angkat yang Galih anggap, bisa dengan mudah dia singkirkan jika sudah menjadi suaminya Najwa.*"Huffftt!! Lega banget rasanya," ujar Najwa sembari menghela napas panjang.Ada beban yang seolah baru saja terangkat dari dadanya. Dia tersenyum, menatap langit-langit pantry, sebelum menyambar gelas dan membuat kopinya sendiri."Wa! Keliatannya, lagi
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status