Home / Pernikahan / Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas? / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 151 - Chapter 160

218 Chapters

Mengunjungi rumah Najwa

"Rapi banget, Dev! Mau kemana?" tanya Bu Zubaidah pada Deva yang sedang bercermin di depan sebuah kaca besar dalam kamarnya."Eh, Ma?" Deva tersenyum, menghadap sang Ibu."Boleh Mama masuk?"Deva mengangguk. Bu Zubaidah pun lekas masuk dan merapikan kerah kemeja putranya yang masih sedikit berantakan."Kamu ada acara? Nggak biasanya, Mama lihat kamu pakai kemeja kayak gini kalau udah pulang dari kantor."Setelah merapikan kerah baju Deva, Bu Zubaidah pun duduk di sofa tunggal yang ada di samping cermin besar tersebut."Hmm... Deva sebenarnya mau ke rumah Najwa, Ma. Deva mau ketemu sama orangtua Najwa."Lelaki itu memang tak bisa menutupi apapun dari sang Ibu."Oh, ya? Kok, kamu nggak bilang-bilang sama Mama dan Papa, sih?""Deva malas sama Papa," jawab Deva."Kamu masih ngambek, karena perkataan Papa kamu yang semalam?" tanya Bu Zubaidah dengan senyum teduhnya yang begitu khas."Nggak ngambek sih, Ma. Deva cuma agak tersinggung aja sama omongan Papa. Padahal, selama ini Papa yang sela
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Paket komplit

Mobil mewah dengan warna biru metalik terlihat berhenti didepan gerbang. Dengan cekatan, Bi Iroh lekas berlari dan membuka gerbang secara full agar mobil tersebut bisa masuk ke halaman rumah.Setelah selesai, gerbang ia tutup kembali, demi menghindari adanya orang-orang aneh yang tiba-tiba menerobos masuk."Assalamualaikum!" sapa Pak Syahid dengan senyuman begitu turun dari mobil."Waalaikumsalam!!" jawab Najwa, Bu Dahlia dan Pak Haris secara serentak.Mereka semua turut tersenyum saat melihat ayah kandung Deva itu tersenyum."Assalamualaikum!!" Bu Zubaidah turut mengucapkan salam.Dia menghampiri Najwa dan kedua orangtuanya dan mengajaknya bersalaman."Waalaikumsalam, Tante!!""Apa kabar kamu, Sayang? Sudah lama ya, kita nggak ketemu," sapa Bu Zubaedah lembut dengan begitu ramah. Dipeluknya Najwa singkat."Najwa baik, Tante. Tante sendiri, apa kabar?""Alhamdulillah!! Tante juga sehat," jawab Bu Zubaidah. "Gimana kerja sama Halimah? Kamu betah?""Alhamdulillah! Sejauh ini, Najwa beta
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Menyerahkan CV

"Sebelumnya, apa Nak Deva sudah tahu, tentang status Najwa?" tanya Pak Haris pada pria dengan lesung dikedua pipinya itu.Deva mengangguk mantap. Bibirnya, mengulas senyuman tipis."Sudah, Om," angguk Deva."Dan, Nak Deva sama sekali tidak keberatan soal itu?" lanjut Pak Haris lagi."Tidak, sama sekali, Om," jawab Deva. "Saya tahu, gagal dalam pernikahan pasti tidak pernah diinginkan oleh siapapun termasuk Najwa. Tapi, yang namanya takdir, siapa yang bisa melawan, Om? Barangkali, Najwa memang bukan tulang rusuk milik suaminya yang terdahulu."Pak Haris menghela napas sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Pemuda dihadapannya ini, terdengar cukup dewasa dalam memberi jawaban. Tingkah lakunya juga sangat sopan. Selain itu, dia berasal dari keluarga yang sangat baik-baik."Dan... apa Bapak dan Ibu, bersedia menerima menantu dengan status janda seperti putri saya ini?" Kini, pertanyaan Pak Haris lemparkan kepada kedua orangtua Deva.Bu Zubaidah dan Pak Syahid tersenyum. Keduanya berpandan
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Mendatangi kawan lama

"Tapi, kami belum mempersiapkan CV apapun mengenai Najwa," timpal Pak Haris. "Oh, tidak apa-apa," jawab Pak Syahid. "Kami sudah cukup mengenal Najwa dari cerita-cerita Deva dan Halimah. Dan, hal itu sudah lebih dari cukup untuk kami." Pak Haris mengangguk paham. Hatinya lega, mendapati penerimaan yang begitu terbuka dari orangtua Deva untuk putrinya. "Kamu sepertinya sudah menemukan pelabuhan yang tepat, Nak!" gumam Pak Haris lirih dalam hati. *"Pak Haji, ini uang kontrakan saya bulan ini," kata Bian sembari menyerahkan uang pada pemilik kontrakan tempatnya menetap.Pria berkopiah merah itu menghitung uangnya terlebih dulu. Setelah itu, lembaran merah tersebut, ia masukkan ke dalam saku celana hitamnya."Nah, gitu, dong! Lain kali, jangan telat lagi, ya! Besok-besok, saya nggak akan kasih toleransi lagi. Ngerti?""Ngerti, Pak Haji," jawab Bian seraya tersenyum kecut.Uang itu ia dapat dari hasil menjual motor milik Neti. Kini, Bian benar-benar sudah tak punya apa-apa lagi. Semua
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Memikirkan dia

"Duit? Kerjaan? Kenapa malah minta sama gue?" tanya Deden sinis. "Memangnya, gue ini siapa?" lanjutnya."Lo kan temen gue, Den. Masa' sih, Lo nggak mau bantu?" Bian memasang tampang memelas. " Gue benar-benar lagi terjepit, Den. Tolong, kasihani gue!"Sebenarnya, Deden merasa kasihan melihat kondisi Bian yang begitu sangat memprihatinkan. Bian benar-benar seperti seorang gelandangan.Penampilannya berbanding terbalik dengan Bian yang dulu terkenal rapi dan sangat bersih. Kini, pria itu terlihat dekil dengan kulit hitam dan jambang yang tumbuh tak terurus disekitar wajahnya. Tubuhnya pun, terlihat sangat kurus.Namun, jika Deden mengingat kembali apa yang sudah Bian lakukan kepadanya, rasa prihatin itu mendadak sirna dari hati Deden. Ditambah lagi, istrinya sudah mewanti-wanti supaya dirinya tidak lagi berurusan dengan Bian dalam bentuk apapun dikemudian hari."Sorry, Bian! Gue nggak bisa bantu. Lo minta bantuan sama teman yang lain aja, ya!" tolak Deden sambil menepuk bahu Bian.Ia ke
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Kecanduan judi online

Panas terik tak menyurutkan semangat Bian untuk menunggu tak jauh dari kantor tempat dimana Najwa bekerja. Ia bertekad untuk meminta bantuan kepada mantan istrinya itu setelah sebelumnya gagal membujuk Deden.Bian yakin, Najwa pasti bersedia membantunya jika yang dia minta adalah sebuah pekerjaan."Nah, itu mobil Najwa," seru Bian sumringah.Lekas, dia berlari menuju ke pangkalan ojek yang tak jauh dari sana untuk mencari tukang ojek kemudian minta diantarkan membuntuti Najwa."Najwa! Najwa, tunggu!" teriak Bian yang tiba-tiba muncul ketika Najwa baru saja memasukkan belanjaan ke bagasi mobil.Hari ini, dia memang sengaja singgah ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan rumah yang sudah habis. Dan, tak Najwa sangka jika Bian akan muncul lagi seperti ini."Kamu ngapain di sini, Mas? Ngikutin aku, ya?" tanya Najwa sengit."Aku butuh bantuan kamu, Wa!"Seketika, Najwa mendengkus kasar. "Bantuan? Bantuan apa lagi, Mas? Uang lagi?""Bukan," geleng Bian. "Aku... butuh pekerjaan.""K
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Apa yang terjadi?

"Bu, ada tetangga baru, ya?" tanya Najwa saat sampai di rumah."Iya, Wa. Kayaknya, perempuan deh. Masih muda. Mungkin, seumuran kamu. Tadi, Ibu sempat ketemu pas lagi belanja di tukang sayur."Najwa menoleh ke rumah yang bersebrangan dengan rumahnya itu. Suasana di sana tampak begitu riweuh. Beberapa orang lelaki, terlihat bahu-membahu memindahkan beberapa perabotan dari mobil ke dalam rumah."Barangnya, lumayan banyak juga ya, Bu.""Ya, begitulah. Daritadi pagi, kayaknya mobil-mobil pick up itu nggak ada berhentinya bawa-bawain barang.""Ya, baguslah kalau rumah depan sudah terisi. Seenggaknya, penghuni di sini semakin ramai," timpal Najwa kemudian.Dia pun masuk ke dalam rumah sambil merangkul sang Ibu."Bapak kemana, Bu?""Bapak izin pulang kampung dulu, Wa. Mungkin, besok baru balik ke sini lagi.""Balik ke kampung?" Alis Najwa tampak berkerut heran. "Ada apa, Bu? Apa ada masalah di sana?""Nggak ada, sih. Bapak cuma mau ngecek persediaan pupuk aja kok, di gudang."Seketika, Najw
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Galih berbohong

"Galih, boleh Ibu masuk?" tanya Bi Tin yang berdiri didepan kamar putranya.Didalam sana, ada Galih yang tampak sedang melamun sambil menghadap ke luar jendela. Angin sepoi-sepoi, dibiarkan menerpa wajahnya."Bu?" Galih menoleh. Sedikit tersentak jantungnya karena ia tak menduga akan kehadiran sang Ibu. "Ya, boleh. Silakan masuk, Bu," angguknya kemudian.Bi Tin pun masuk ke dalam kamar putranya lalu duduk di tepi tempat tidur. Sementara, Galih duduk dibingkai jendela dengan wajah yang terlihat sangat lelah."Gal, sebenarnya, apa yang terjadi di kota, Nak?" tanya Bi Tin lembut."Nggak ada apa-apa, Bu. Kan, Galih sudah bilang, kalau Galih pulang hanya karena Galih kangen sama Ibu.""Kamu nggak dipecat, kan?" tanya Bi Tin sambil menatap wajah putranya dengan lekat.Mata Galih seketika membulat. Ia kaget, karena sang Ibu menebak dengan tepat sasaran."N-nggak kok, Bu,"elak Galih. "Kerjaan Galih baik-baik aja. Bulan depan, Galih akan balik kerja lagi, kok." Ia berusaha memaksakan senyum."
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Kapan datang melamar?

"Najwa!! Kemari, Nak!!" panggil Pak Haris pada putrinya.Lelaki paruh baya itu baru saja kembali dari kampung tadi siang. Beberapa urusannya telah selesai dan kini dia kembali harus fokus terhadap masalah putrinya."Ya, Pak? Ada apa?" tanya Najwa. Diletakkannya, laptop yang tadi rencananya akan dia bawa menuju ke teras.Namun, karena dipanggil sang Ayah, dia pun mengurungkan niatnya untuk keluar menghirup udara segar sembari mengerjakan tugas kantor."Apa kamu sudah mempertimbangkan soal perasaan Nak Deva?" tanya Pak Haris bersungguh-sungguh."Maksudnya, gimana, Pak?"Pak Haris menghela napas panjang. "Kalau menurut Bapak, lebih baik dipercepat saja!""Apanya yang dipercepat, Pak?""Pernikahan kalian."Mata Najwa reflek terbelalak lebar. "Pe-pernikahan?""Ya," angguk Pak Haris. "Bapak sudah membaca beberapa informasi terkait Nak Deva. Riwayat hidupnya lumayan menarik. Dia tidak berusaha terlihat baik. Dia benar-benar tampil apa adanya. Terlebih lagi, kedua orangtuanya juga orang yang
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Tetangga depan rumah

Dan, lamaran secara resmi pun akhirnya diadakan. Keluarga Deva benar-benar ramai sekali. Halimah turut serta dalam rombongan itu bersama anak dan juga suaminya."Selamat ya, Wa!! Akhirnya... doa-doa kakak selama ini diijabah Allah. Sebentar lagi, kamu benar-benar akan jadi adik iparnya kakak," tutur Halimah senang sambil memeluk Najwa dengan sangat erat."Nggak nyangka, ya, Mbak! Aku benar-benar terkejut dan nggak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi," timpal Najwa."Kalau kakak sih, sudah menduga dari dulu," sahut Halimah."Oh, ya?"Halimah mengangguk mantap."Kalau Deva berani nyakitin kamu setelah menikah nanti, langsung kabari Kakak aja, Wa! Biar Kakak yang buat perhitungan sama dia.""Terimakasih, Kak. Kayaknya seru deh, kalau punya bekingan kakak ipar sebaik Kak Halimah."Keduanya saling berpandangan kemudian tertawa bersama."Lagi ngomongin apa, sih? Kok, kelihatan asyik banget? Pasti... soal aku, ya?" celetuk Deva yang ikut bergabung bersama kedua wanita itu."Dih, kepe
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status