“Hah! Sayangnya aku tidak mau pergi, kau mau apa?” tantang Mila. Disentuhnya dengan lembut pipi lelaki di hadapannya itu. Mila sudah tidak mampu berpikir jernih lagi. Dia menyukai targetnya itu, tampan dan sangat gagah, tidak akan memalukan dirinya jika dikenalkan pada keluarganya. “Menikahlah denganku, pria tampan. Aku akan memberikan apapun yang kau mau,” Mila memegang wajah pria itu dengan kedua tangannya. “Lepaskan aku, sebelum kesabaranku habis!” pria itu menepis tangan Mila. Mila tidak mau mendengarkannya, dia kembali mengalungkan lengannya di leher pria muda itu, kali ini lebih rapat. “Menikahlah denganku...,” bisiknya di telinga sang adam. Tubuh pria itu mendadak memanas, merasakan hembusan napas Mila di telinganya. Pertahanan yang dia bangun sudah runtuh, dengan sigap ia menggendong Mila keluar dari bar.Tangannya yang kekar melingkar erat di pinggang Mila. Tapi, Mila tidak terganggu, malah tertawa-tawa sendiri. Mungkin efek alkohol membuat akal sehatnya tidak bekerj
Baca selengkapnya