Mas Hanan keluar dari kamar setelah minta izin atasannya melalui panggilan telepon. Aku memilih kembali memejamkan mata, karena rasanya kepalaku semakin pening dan berputar.Aku tak tau entah sudah berapa lama tertidur, aku terbangun saat sayup-sayup terdengar suara mas Hanan membangunkan. Kubuka mata yang masih terasa berat, kemudian dibantu oleh mas Hanan untuk duduk menyandar."Makan dulu, ya? Mas sudah bikinin bubur," tawar mas Hanan lembut. Aku hanya mengangguk lemah, kepalaku masih sakit sekali, dan itu membuatku enggan bersuara.Mas Hanan mulai menyuapiku. Meski mulutku terasa pahit, aku tetap berusaha mengunyahnya. Aku ingin menghargai perjuangan mas Hanan yang bersedia memasak untukku pagi ini.Setelah menghabiskan beberapa suapan, aku menyerah. Aku menggelengkan kepala dan menolak suapan berikutnya dari mas Hanan."Udah, Mas. Aku udah kenyang," tolakku."Yaudah, kamu minum dulu. Mas mau ambilin obat dulu di dapur," katanya menyodorkan gelas berisi air putih padaku, kemudian
Read more