All Chapters of Saat Hati Harus Kembali Terbagi: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

21

Mas Hanan keluar dari kamar setelah minta izin atasannya melalui panggilan telepon. Aku memilih kembali memejamkan mata, karena rasanya kepalaku semakin pening dan berputar.Aku tak tau entah sudah berapa lama tertidur, aku terbangun saat sayup-sayup terdengar suara mas Hanan membangunkan. Kubuka mata yang masih terasa berat, kemudian dibantu oleh mas Hanan untuk duduk menyandar."Makan dulu, ya? Mas sudah bikinin bubur," tawar mas Hanan lembut. Aku hanya mengangguk lemah, kepalaku masih sakit sekali, dan itu membuatku enggan bersuara.Mas Hanan mulai menyuapiku. Meski mulutku terasa pahit, aku tetap berusaha mengunyahnya. Aku ingin menghargai perjuangan mas Hanan yang bersedia memasak untukku pagi ini.Setelah menghabiskan beberapa suapan, aku menyerah. Aku menggelengkan kepala dan menolak suapan berikutnya dari mas Hanan."Udah, Mas. Aku udah kenyang," tolakku."Yaudah, kamu minum dulu. Mas mau ambilin obat dulu di dapur," katanya menyodorkan gelas berisi air putih padaku, kemudian
Read more

22

Mas Hanan keluar dari kamar setelah minta izin atasannya melalui panggilan telepon. Aku memilih kembali memejamkan mata, karena rasanya kepalaku semakin pening dan berputar.Aku tak tau entah sudah berapa lama tertidur, aku terbangun saat sayup-sayup terdengar suara mas Hanan membangunkan. Kubuka mata yang masih terasa berat, kemudian dibantu oleh mas Hanan untuk duduk menyandar."Makan dulu, ya? Mas sudah bikinin bubur," tawar mas Hanan lembut. Aku hanya mengangguk lemah, kepalaku masih sakit sekali, dan itu membuatku enggan bersuara.Mas Hanan mulai menyuapiku. Meski mulutku terasa pahit, aku tetap berusaha mengunyahnya. Aku ingin menghargai perjuangan mas Hanan yang bersedia memasak untukku pagi ini.Setelah menghabiskan beberapa suapan, aku menyerah. Aku menggelengkan kepala dan menolak suapan berikutnya dari mas Hanan."Udah, Mas. Aku udah kenyang," tolakku."Yaudah, kamu minum dulu. Mas mau ambilin obat dulu di dapur," katanya menyodorkan gelas berisi air putih padaku, kemudian
Read more

23

"Ibu ...," bisikku lirih. Perlahan sosok wanita yang mirip dengan wanita yang beberapa bulan ini kucari itu pun beringsut mundur dengan membawa kembali nampan kosong.Tubuh ringkih itu menghilang diantara ramainya para tamu. Aku mencari dimana keberadaan mas Hanan, ternyata dia masih bergabung dengan keluarganya dan juga Aluna.Hatiku teriris menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Sedikit pun mas Hanan tak memperdulikan perasaanku, dia sibuk tertawa dengan mantan istrinya, sedang aku dia biarkan disini sendirian.Keluarga mas Hanan pun begitu. Padahal mereka semua tau jika aku ikut hadir, tapi tak ada satu pun dari mereka yang berniat mengajakku bergabung. Seburuk itukah sikap mereka?Aku menghampiri mas Hanan, ingin memberitahunya tentang apa yang kulihat tadi. Aku ingin memastikan jika aku tak salah lihat. Tapi kalau memang itu ibu, sedang apa dia disini? Kenapa pula dia yang membawakan nampan berisi cup minuman itu? Kemana para pembantu di rumah mewah ini?"Mas!" tegurku. Mas Han
Read more

24

Selesai menunaikan hajat, aku melangkah keluar. Saat kembali melewati kamar tadi, hatiku kembali dilanda gelisah. Haruskah aku mencoba masuk kesana?Aku memperhatikan sekitar, sepertinya kosong. Orang-orang pasti sibuk diluar, dan ini adalah kesempatanku untuk masuk, memastikan apakah di kamar itu benar-benar ada bapak dan ibu atau tidak.Aku mengendap-endap seperti pencuri yang takut ketahuan, perlahan aku mulai mendekati pintu. Kudorong pintu pelan-pelan, dan ... apa ini? Dimana bapak dan ibu? Kenapa kamar ini kosong?Aku masuk lebih dalam ke kamar yang ukurannya tidak terlalu besar itu. Disana hanya ada almari pakaian, ranjang dan meja kecil. Hatiku merasa miris, mengingat jika benar ibu dan bapak tinggal dikamar ini.Tak ada siapa-siapa disana. Sebenarnya kemana bapak dan ibu? Atau ... mas Hanan benar? Aku hanya sedang berhalusinasi karena terlalu kepikiran mereka?Disaat aku sedang bergelut dengan pikiranku, tiba-tiba terdengar derap langkah orang mendekat. Aku mulai mencari temp
Read more

25

Bapak menyentak kakinya hingga pelukanku terlepas, kemudian dia menarik paksa ibu dan memintaku berdiri."Bangun kamu. Jangan merendahkan diri seperti ini," pinta Bapak tegas.Aku langsung berdiri, kemudian menyeka air mata dan tersenyum pada kedua orang tuaku."Pak, kalian sudah memaafkan Nay, kan?" tanyaku penuh harap. Kulihat bapak mengangguk, tapi wajahnya masih saja datar tanpa ekspresi. Aku tersenyum senang, kemudian hendak menghambur memeluk keduanya, tapi bapak kembali mencegahku."Kami memang sudah memaafkanmu. Tapi, bukan berarti bisa kembali menerimamu. Keluar sekarang! Sebelum orang-orang di rumah ini tau apa hubungan kita. Jangan sampai mempermalukan dirimu sendiri, karena punya orang tua pembantu seperti kami." Aku tertegun. Ucapan bapak benar-benar menyakitiku, apa dia benar-benar tak ingin menganggapku sebagai anak lagi?"Enggak! Pokoknya bapak sama ibu harus ikut Nay. Kalian bisa tinggal sama Nay dan mas Hanan. Bapak sama ibu nggak perlu capek-capek kerja begini. Nay
Read more

26

Rosidin dan Narti yang tak lain adalah orang tua Nayma mengurung diri di kamar. Mereka baru keluar saat tau semua tamu yang hadir sudah kembali pulang."Pak, gimana ini? Ternyata korban dari keserakahan anak kita adalah non Aluna. Ibu nggak menyangka, dunia sesempit ini." Narti meremas jari-jari tangannya. Wanita paruh baya itu merasa cemas, begitu tau jika Hanan adalah mantan suami Aluna –majikannya.Rosidin menghempaskan napas kasar. Tak beda jauh dari sang istri, dia pun sama. Dia tak menyangka, jika orang baik itu yang menjadi korban anaknya.Saat memilih pergi dari rumah beberapa bulan lalu, Rosidin dan Narti memang sudah berniat mencari pekerjaan kembali di kota.Ya! Sebelum mengandung Nayma dulu, Narti dan Rosidin memang pernah bekerja di kota, yaitu menjadi pekerja di rumah mewah milik orang tua Aluna. Bertahun-tahun keduanya bekerja disana dengan nyaman, hingga kehamilan Narti lah yang membuat keduanya berhenti dan terpaksa kembali ke kampung halaman mereka.Bagi keluarga Alu
Read more

27

Rosidin dan Narti yang tak lain adalah orang tua Nayma mengurung diri di kamar. Mereka baru keluar saat tau semua tamu yang hadir sudah kembali pulang."Pak, gimana ini? Ternyata korban dari keserakahan anak kita adalah non Aluna. Ibu nggak menyangka, dunia sesempit ini." Narti meremas jari-jari tangannya. Wanita paruh baya itu merasa cemas, begitu tau jika Hanan adalah mantan suami Aluna –majikannya.Rosidin menghempaskan napas kasar. Tak beda jauh dari sang istri, dia pun sama. Dia tak menyangka, jika orang baik itu yang menjadi korban anaknya.Saat memilih pergi dari rumah beberapa bulan lalu, Rosidin dan Narti memang sudah berniat mencari pekerjaan kembali di kota.Ya! Sebelum mengandung Nayma dulu, Narti dan Rosidin memang pernah bekerja di kota, yaitu menjadi pekerja di rumah mewah milik orang tua Aluna. Bertahun-tahun keduanya bekerja disana dengan nyaman, hingga kehamilan Narti lah yang membuat keduanya berhenti dan terpaksa kembali ke kampung halaman mereka.Bagi keluarga Alu
Read more

28

(Nayma POV)"Apa katamu?" seru mas Hanan kaget. "Iya. Kamu nggak salah dengar, Mas. Ibu dan bapak memang bekerja di rumah Aluna." Aku menyahut dengan sesak yang masih memenuhi rongga dada.Terdengar mas Hanan membuang napas gusar. Kenapa dia kelihatan cemas begitu?"Bagaimana bisa?" tanyanya entah pada siapa. Aku tak berniat menjawab, karena aku sendiri pun tak tau jawabannya."Kamu tau dari mana, Nay? Atau ... kamu hanya berhalusinasi?" Aku mendelik tajam. Dia masih saja tak percaya padaku, dan menganggap apa yang ku sampaikan barusan hanya hayalan saja."Halusinasi gimana, sih, Mas? Tadi siang aku bertemu langsung dengan mereka. Aku nyamperin ke kamarnya." Aku menyahut tegas. Mas Hanan tampak menghela napas."I–iya. Tapi ... bagaimana bisa, Nay?" Mas Hanan terlihat frustasi. Mungkin tak menyangka dengan apa yang kusampaikan."Respon mereka ketemu kamu gimana?" tanya mas Hanan lagi."Mereka ... nggak mau mengakui jika aku adalah anak mereka didepan Aluna. Aku sakit hati, Mas!" Aku m
Read more

29

Saat aplikasi hijau itu berhasil kubuka, mataku membulat sempurna. Apa ini? Aku tak salah lihat, kan?Kenapa hanya ada beberapa chat disana? Tak ada satu pun pesan mencurigakan yang aku lihat. Disana hanya ada chat dari teman kantornya dan juga dariku.Sejenak aku menghembuskan napas lega. Ternyata mas Hanan benar-benar setia hanya padaku. Tapi ... aku harus mengecek aplikasi lainnya. Bisa saja, kan, dia menggunakan aplikasi lain untuk berselingkuh. Seperti berita-berita yang sedang viral akhir-akhir ini.Semua aplikasi yang kurasa mencurigakan ku periksa satu persatu. Tapi tak ada satu pun hal buruk yang kutemui disana. Huh! Aku benar-benar bisa bernapas lega sekarang. Setidaknya mas Hanan benar-benar hanya setia padaku. Entah lah, aku merasa akan sangat sulit memaafkan jika dia berani selingkuh di belakangku.Setelah berhasil mengecek ponsel mas Hanan, aku memutuskan berbaring disampingnya. Ku rebahkan tubuh dan menghadap padanya. Ku pandangi setiap inci wajah lelaki itu. Hampir tak
Read more

30

"Kamu nggak apa-apa?" Pertanyaan paling konyol menurutku.Dia masih bisa nanya nggak apa-apa setelah ngeliat aku guling-gulingan di aspal?Aku tak menjawab pertanyaan basa-basi perempuan itu. Aku segera melepas tangannya, dan berusaha berdiri sendiri. Tentu saja aku tak ingin dia melihat kelemahanku."Awh ...." Aku memekik kecil saat merasakan perih dibagian dengkulku."Hati-hati, Nay. Biar aku bantu." Aluna memaksa membantuku. "Nggak usah sok baik! Aku bisa sendiri." Aku menyentak tangannya dan menatap tajam kearah perempuan cantik itu.Aluna tampak membuang napas, mungkin kesal dengan sikap keras kepalaku."Bahkan disaat sakit begini pun, kamu masih bisa sombong. Dikasih makan apa, sih, kamu sama orang tuamu?" cibir Aluna meremehkanku. Hatiku memanas mendengarnya, kenapa dia bawa-bawa orang tuaku?"Jangan bawa-bawa orang tuaku!" tekanku menatapnya tajam. Aluna terkekeh, aku semakin kesal dibuatnya. Dengan langkah tertatih, kutinggalkan Aluna disana. Aku berbalik hendak pulang, dan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status