Semua Bab Saat Hati Harus Kembali Terbagi: Bab 41 - Bab 50

55 Bab

41

"Bapak pasti akan memaafkan Nayma, Non. Tapi ... tidak untuk sekarang." Rosidin menjawab pada akhirnya. Narti dan Aluna langsung menatap pria itu."Tapi–" Baru saja Aluna hendak menyanggah, Rosidin sudah lebih dulu memotong."Maaf, Non. Bapak izin ke kamar dulu." Pria itu lantas bangkit, kemudian berlalu begitu saja.Aluna menghempaskan napas, dia bangkit dan duduk disamping wanita yang menunduk sedih. Aluna tau, Narti pasti sangat terpukul dengan masalah ini. Ibu mana yang tega berpisah bahkan tak berkomunikasi sedikit pun dengan anaknya? Bagaimana pun buruknya sikap sang anak, tetap saja hanya ibu yang sanggup memaafkan."Mbok, yang sabar, ya?" Aluna mengusap punggung wanita itu."InsyaAllah mbok selalu sabar, Non. Hanya saja ... kadang rasa rindu itu datang juga." Narti menunduk, meski sudah berusaha tegar, tetap saja perasaan tak bisa dibohongi."Luna paham apa yang sedang mbok rasakan. Luna juga seorang ibu, tapi kita juga tak bisa menyalahkan bapak. Mungkin sikapnya kali ini ada
Baca selengkapnya

42

Nayma membolak-balik berkas yang ia temukan demi memastikan jika ia tidak salah lihat. Perempuan itu menatap berkas yang merupakan surat rumah itu dengan bingung, apalagi disana jelas tertera nama Hanan sebagai pemiliknya."Ini surat rumah, dan atas nama mas Hanan? Tapi ... rumah mana yang ia miliki? Rumah yang ditempati Aluna sekarang jelas milik Aluna sendiri, lantas ini ...." Nayma mencoba berpikir keras, dia menerka-nerka dengan apa yang ia lihat.Dan apa yang ia lihat selanjutnya kembali membuat perempuan itu membelalakkan mata."Ja–di ... rumah ini milik mas Hanan? Tapi ... kenapa dia mengakuinya sebagai kontrakan didepanku?" Nayma membelalak dan menutup mulutnya karena rasa kaget luar biasa."Perihal rumah pun dia tak mau jujur? Cobaan apalagi ini, Tuhan? Apa yang sebenarnya sedang mas Hanan rencanakan? Kenapa laki-laki itu seolah memiliki banyak sekali rahasia?"Air mata sudah mengaliri pipi Nayma. Dia terduduk lemas diantara tumpukan baju yang belum sempat ia rapikan ke dalam
Baca selengkapnya

43

'Duhh ... gila, sih, ini. Gimana caranya aku bisa menghalangi niat Freya kemari? Mana udah di jalan, lagi.' Hanan membatin gelisah."Eum ... Yank, kita bicara nanti setelah mas balik ngantor ... boleh, nggak?" Ragu, tapi Hanan tetap mengutarakan maksudnya."Enggak! Kalau kamu milih balik kerja sekarang tanpa menjelaskan semuanya padaku, lebih baik nggak usah pulang sekalian!" tolak Nayma mentah-mentah."Mas akan jelasin, Yank, tapi nanti. Mas mohon ... boleh, ya?" Hanan memohon penuh harap.Lagi. Dia harus merasakan kecewa karena Nayma tetap menolak. Nayma menggeleng tegas, dan menatap Hanan dengan tajam.Lelaki itu menghembuskan napas kasar. Dia memutuskan membalas isi pesan tadi terlebih dulu. Kebohongan kembali ia umbar, demi bisa menutupi kebohongan yang sudah lebih dulu ia lakukan.[Jangan, Fre. Ini aku lagi jalan mau balik ngantor. Kita ketemu nanti sore aja, ya?]Disisi lain, seorang perempuan cantik sedang tersenyum sinis sebab membaca pesan yang dikirim oleh Hanan. Dia jelas
Baca selengkapnya

44

Hari terus berlalu, hingga tak terasa kehamilan Nayma sudah menginjak bulan ke delapan. Perempuan itu sudah agak kesusahan dalam berkegiatan, perutnya yang membuncit kadang menghalangi gerakannya.Seperti pagi ini, Nayma sedang kepayahan saat menjemur pakaian yang baru saja selesai ia keringkan. Meski kehamilannya sudah membesar, tapi tak sedikit pun perempuan itu bersikap manja. Bahkan sampai sekarang ia tak berniat mencari asisten rumah tangga untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, padahal Hanan sendiri sudah memintanya.Selesai menjemur pakaian, Nayma masuk kedalam lewat pintu dapur, karena memang posisi jemurannya berada di halaman belakang.Terdengar ketukan di pintu depan, Nayma mengernyit heran. Dia mencoba menerka-nerka, siapa yang datang bertamu pagi-pagi seperti ini? Apa mungkin Hanan ketinggalan sesuatu?Bergegas Nayma menuju pintu, keheranan perempuan itu semakin bertambah ketika melihat seorang laki-laki berpakaian kurir berdiri disana. Menyadari seseorang datang,
Baca selengkapnya

45

Hanan pulang untuk makan siang, begitu sampai dia langsung mematikan mesin mobil, sebelumnya lelaki itu membunyikan klakson mobil beberapa kali.Dia merasa heran karena Nayma tak kunjung keluar untuk menyambutnya. Biasanya jika Hanan membunyikan klakson mobil, perempuan itu langsung bergegas keluar dan membukakan pintu untuk suaminya. Tapi tidak kali ini, dan itu membuat Hanan keheranan sekaligus khawatir, takut terjadi apa-apa pada Nayma."Assalamu'alaikum ... Yank! Kamu dimana?" panggil Hanan setengah berteriak.Lelaki itu terus berjalan masuk, karena tak kunjung mendapat jawaban. Tujuannya tentu saja kamar, pikiran buruk semakin menggerayangi. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Nayma? Mengingat kondisi kehamilannya yang sudah besar.Hanan mendesah lega begitu pintu langsung terbuka. Namun, kelegaannya tak berlangsung lama karena melihat keadaan sang istri yang begitu memprihatinkan.Nayma tergolek di lantai kamar dengan rambut acak-acakan. Laki-laki itu langsung berlari menyongsong t
Baca selengkapnya

46

Aluna merengkuh tubuh Narti yang terlihat lemah. Perempuan itu tak lagi menangis, dia tak ingin Narti semakin bersedih."Yang sabar, Mbok. Sekarang bapak sama mbok siap-siap, ya? Biar kita ketemu Nayma. Dia pasti senang begitu tau kalian datang menemuinya," bujuk Aluna.Wanita itu mengangguk lemah. Rosidin sendiri hanya diam terpaku. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan. Yang pasti, dia pun sama terpukulnya dengan sang istri.Setelah Narti lebih tenang, Aluna meninggalkan keduanya dan meminta mereka segera berkemas. Disisi lain, Hanan sedang dalam perjalanan menuju rumah sang kekasih– Freya. Kalimat Aluna tadi terngiang-ngiang di kepalanya, membuat laki-laki itu tak bisa tenang hingga memutuskan meninggalkan Nayma bersama Widya, sedang dia menemui Freya.Hanan menghentikan mobilnya di halaman rumah bercat putih, laki-laki itu segera turun. Dia mengayunkan langkah hingga teras. Berulang kali ia menarik napas dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan.Dadanya berdegup kencang, t
Baca selengkapnya

47

"Mas, ada apa ini? Mereka ini siapa?" tanya Freya berpura-pura.Dia menatap semua orang bergantian. Tak ada satu orang pun yang berani bersuara disana, termasuk Widya dan Aluna yang berdiri didekat Hanan dan Freya. Mereka ingin menyaksikan sendiri, bagaimana cara Hanan menjelaskan pada gadis itu tentang kebohongannya."Ahm ... mereka ini ...," Hanan tak kuasa melanjutkan kalimatnya.Jantung laki-laki itu sudah berdegup kencang. Terlebih melihat tatapan mematikan dari Rosidin. Dia langsung memalingkan muka, enggan menatap wajah ayah mertuanya itu."Kenapa, Nak Hanan? Jelaskan pada gadis itu, siapa perempuan hamil yang sedang terbaring lemah ini!" tekan Rosidin.Freya menoleh pada Hanan, dia memasang tampang bingung, seolah meminta jawaban dari laki-laki itu."Mas?" Freya menatap langsung wajah lelaki disisinya."Di–a ... istri Mas, Fre. Tapi, mas akan segera menceraikannya agar kita bisa menikah." Jawaban Hanan sama sekali tak mengejutkan Freya. Tapi tidak dengan yang lain, terlebih N
Baca selengkapnya

48

"Freya?"Panggilan sang ayah membuyarkan lamunan Freya. Perempuan itu mengalihkan pandangan pada Kardi, dia tersenyum menanggapi."Freya belum siap menikah, Yah." Jawaban Freya mengejutkan Hanan. Dia pikir gadis itu akan menuruti keinginannya. Ternyata Freya gadis yang keras kepala.Kardi menghembuskan napas pelan. Dia tak bisa berbuat apa-apa, memaksakan kehendaknya pun bukan pilihan yang tepat, meski ia yakin bisa melakukan itu. Dia ingin putrinya sendiri yang menjatuhkan pilihan, tanpa paksaan apa pun."Boleh ayah tau alasannya?""Alasannya masih sama seperti dulu. Freya belum siap berpisah dari ayah dan Dara. Dan ... Freya ingin mencari laki-laki yang tepat, laki-laki yang bisa menghargai perempuan. Freya takut salah pilih, terus malah masa depan Freya yang jadi korbannya," ucap Freya lugas.Gadis itu menatap Hanan tajam. Dia tak ingin terlihat lemah dihadapan laki-laki pecundang itu. Dia sangat tidak suka diancam dan dipermainkan.Jika saja Hanan laki-laki single, mungkin Freya
Baca selengkapnya

49

"Mas? Kamu gila?!" bentak Aluna."Kenapa? Apa salah kalau aku minta rujuk? Apalagi antara kita ada Alana. Anak kita butuh kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya, jadi nggak ada salahnya kalau kita rujuk, kan?" balas Hanan santai.Aluna menggelengkan kepala berulang kali. Perempuan itu tak habis pikir dengan cara berpikir laki-laki didepannya itu. Benar-benar dangkal!"Terus gimana dengan calon anakmu dan Nayma? Apa kamu nggak mikirin itu? Kamu nggak kasihan anakmu lahir tanpa ayah? Dimana hati nuranimu sebagai seorang laki-laki sejati, Mas?" cecar Aluna. km"Itu lebih baik. Dia belum pernah bertemu denganku, sedang Alana pernah bersamaku selama dua tahun. Jelas Alana lebih butuh aku dibanding anak Nayma." "Kamu gila! Kamu benar-benar egois, Mas. Setelah selingkuh berulang kali, dan sempat menceraikanku, sekarang kamu datang lagi karena ditolak perempuan itu? Dan kamu pikir aku bersedia kembali pada laki-laki bajingan sepertimu? Lebih baik aku hidup begini, dari pada kembali bersa
Baca selengkapnya

50

"Nak, makan dulu, ya? Tadi bapak belikan kamu mie ayam. Kamu pasti suka," bujuk Narti. Nayma menggeleng tanpa mau membalikkan badan menghadap orangtuanya. Bahu Narti mengendur bersamaan dengan helaan napas panjang yang keluar dari mulut wanita itu."Biarkan Nayma istirahat dulu, Bu. Mungkin dia belum lapar," kata Rosidin mencoba membesarkan hati sang istri."Tapi, Pak. Dari tadi siang Nayma belum makan, kasihan bayinya," sahut Narti masih tak tenang."Mau bagaimana lagi, Bu? Kita paksa pun Nayma tetap nggak mau, kan? Jadi biarkan dia istirahat dulu. Mungkin dia butuh ketenangan saat ini," kata Rosidin lagi.Mau tak mau, Narti mengangguk juga. Keduanya berbalik dan duduk di sofa, sembari menunggu sang putri bangun."Assalamu'alaikum," kata Aluna dan Widya serentak, bersamaan dengan itu pintu ruangan pun dibuka."Wa'alaikusalam," sahut Narti dan Rosidin pula. Keduanya berdiri menyambut kedatangan Aluna dan Widya."Mbok sama bapak sudah makan?" tanya Aluna. Keduanya menggeleng sebagai j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status