Jantungnya berpacu. Sekujur badannya terasa dingin. Dia diam seribu bahasa. Bahkan untuk menoleh ke samping pun dia tidak bernyali.“Pak Pazel. Maaf pak. Apa saya membuat Bapak takut?”Seketika Pazel pun menoleh. Ternyata yang mengikutinya adalah mang Budi. Petugas bersih-bersih di kantornya.“Mang Budi? Syukurlah. Ternyata tadi mamang yang di tangga darurat.”“Iya, Pak. Apa saya menakuti Bapak? Maaf ya Pak.”“Iya, gak apa-apa, Mang. Memangnya ada apa mang?”“Ini ponsel Bapak ketinggalan Pak.”Pazel memeriksa kantong celana dan bajunya. Ternyata memang Tidak ada.“O, iya. Mang. Aduh, terima kasih ya, Mang.” Pazel mengambil ponselnya dan ia juga menyerahkan uang lima puluh ribu sebagai ucapan terima kasihnya.“Ini untuk Mamang.”“Gak usah, Pak. Mamang gak mau nerima imbalan. Itu sudah tugas Mamang, lagian mamang kan sudah digaji perusahaan, Pak.”“Gak apa-apa, Mang. Terimalah, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih saya ke Mamang.”“Baiklah, Pak. Kalau Bapak memaksa. Terima kasih
Terakhir Diperbarui : 2024-02-23 Baca selengkapnya