All Chapters of Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya: Chapter 121 - Chapter 130

175 Chapters

Bab 121 - Pemaksaan

“Jangan mulai lagi!” ucap Prims sedikit kesal karena Arley ini seperti tidak ada lelahnya.Mereka bahkan baru saja menginjakkan kaki di London dengan keadaan hari yang sudah petang tetapi yang ada di dalam pikiran Arley hanyalah bagaimana caranya mengoyak ranjang.Prims berjalan melewatinya setelah menutup pintu lemari. Tidak ingin menatap Arley karena bisa saja saat tatapan mereka saling bertemu yang kemudian terjadi adalah .... “Akh!”Prims menjerit teriring rasa terkejut. Tubuhnya tiba-iba melayag di udara—yang jelas saja bukan karena sihir. Ini karena Arley mengangkatnya dalam satu kali gerak. Membuat Prims sedikit meronta atas tindakan agresifnya yang tanpa aba-aba.Mereka memasuki kamar mandi dengan bibir prianya itu yang jatuh di manapun tempat yang ia sukai di wajah Prims.Meski Prims meronta sekuat apapun, rasanya itu tak akan berhasil. Tubuhnya yang kecil dan ibarat kapas bagi Arley jelas tidak bisa menggoyahkan kokoh tegapnya postur miliknya.“Apa yang kamu lakukan, Arley!
Read more

Bab 122 - Arley : “Aku Hanya Ingin Menyenangkan Istriku”

“Ah, kamu masih mengenali suaraku ternyata,” ujarnya dari seberang sana. Prims benci mendengar suaranya yang sangat senang itu.Ia meremas jemarinya yang ada di atas paha, menatap pada mobil yang berlalu lalang di jalan yang berada di hadapannya yang tiba-tiba terdengar sangat bising dan memberinya sensasi sesak yang tidak ia sukai.Gelap yang sejak tadi terasa manis dan hangat kini berubah menjadi gelap yang membuat dadanya dipenuhi oleh gemuruh.Bukan karena bahagia, tetapi karena luka atas perilaku adik tirinya di masa lalu belum bisa ia lupakan.“Apa maumu?” tanya Prims tak ingin basa-basi. “Kamu memang selalu tahu apa yang aku inginkan, Kak Prims.”“Aku bukan kakakmu.”“Seperti inikah sambutan untukku yang lama tidak memberi kabar? Kamu sangat kasar.”“Dengar, Alice!” ucap Prims penuh penekanan. “Aku tidak mau merusak kebahagiaanku dengan—““Aku tahu kamu sedang bahagia kok,” potongnya. “Kamu sedang bulan madu ‘kan sekarang ini?”Prims menelan ludahnya dengan kesulitan. Ia menen
Read more

Bab 123 - Istriku Yang Agresif

....“Hm, manis juga. Artinya bisa dimakan,” ucap Prims memuji buah yang baru saja ia gigit dengan hati yang senang.Masih ingat buket stroberi yang kemarin dibrikan oleh Arley? Benar, pada kenyataannya buket stroberi itu bukanlah satu-satunya yang diberikan oleh suaminya. Melainkan ada beberapa buket lain yang terdiri dari rangkaian buah.Yang sedang Prims bongkar sekarang ini adalah buket buah mangga yang berukuran kecil tetapi memiliki warna kekuningan yang Prims coba ambil dan kupas untuk ia cicipi, mangganya ternyata manis.Ia mengangguk senang. Ia pikir akan mengupasnya juga untuk Arley, dan memberikannya beberapa untuk Jayden yang tinggal di lantai bawah.Pagi datang dengan keadaan yang berbeda dari hari kemarin. Jika pada hari sebelumnya adalah hujan gerimis dengan naungan mendung abu-abu yang membuat langit serta setiap inchi penjuru London tampak muram, pagi hari ini matahari yang hangat datang dari langit timur.Jatuh pada bangunan yang paling rendah, atau pada gedung-gedun
Read more

Bab 124 - Siapa Yang Godzilla? Kamu?

Setelah melewati sisa pagi dengan masalah ‘lumat-melumat’, hari berjalan meninggalkan masa lalu mengikuti ke mana takdir membawa.Bagi pasangan yang sedang berbulan madu di London, hari-hari bergerak menuju ke akhir perjalanan. Mereka telah menyepakati bahwa lusa adalah kepulangan mereka ke Seattle.Arley mengatakan jika mereka bisa datang di lain kesempatan, mungkin pada liburan musim dingin, atau jika Prims ingin melihat London di musim gugur sehingga mereka bisa berpijak di atas jalan dan jalur pejalan kaki yang ditumpuki oleh dedaunan kering.Sebuah ide yang baik.Semua yang digagas oleh Arley itu ... hampir semuanya disukai oleh Prims.Tetapi, di setiap kesempurnaan seseorang ... bukankah meeka juga akan memiliki kekurangan? Hal yang sama juga berlaku bagi Arley.Sebentar, kiranya apa yag kurang dari prianya Primrose itu?Dia tampan, setia, baik, perhatian, pewaris kaya raya.Sayangnya ... dia payah soal mengambil foto.“Jeleknya ....” Sebuah protes yang baru saja keluar dari bibi
Read more

Bab 125 - Kembali Ke Seattle

***Beberapa hari setelahnya ... mereka telah mengakhiri perjalanan di London. Penerbangan mengantarkan mereka kembali ke Seattle dengan duduk di kursi first class, dengan satu kali transit. Akhirnya, rumah yang dirindukan pun bisa mereka lihat, Prims hampir berlari untuk memasuki rumah karena saking rindunya dengan tempat ini sebelum Arley meraih tangannya dan memberi isyarat agar ia menunggunya.Padahal mereka belum lama juga meninggalkan rumah, tetapi wangi angin segar dan daun-daun yang saling bersentuhan mengusik rindu mereka dengan cukup hebat.“Selamat datang, Tuan Arley, Nona Primrose,” sapa Jodie, si Kepala Pelayan yang berbaris bersama beberapa pelayan yang lain di dekat pintu masuk untuk menyambut mereka.Menoleh sekilas pada Will, sopir yang menjemput Prims dan Arley di bandara yang terlihat sibuk mengeluarkan koper dari dalam bagasi belakang.“Terima kasih, Bu Jodie,” tanggap Prims dan Arley hampir bersamaan.“Saya pikir masih lama untuk pulang. Tapi ini belum ada satu b
Read more

Bab 126 - Satu Juta Dolar

“Jangan macam-macam kamu, Alice!” Prims mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ia memejamkan sejenak matanya sebelum mendengar Alice yang kembali bersuara, “Aku tidak macam-macam, Prims! Aku bilang bawakan aku satu juta dolar lalu aku akan membiarkan ibu mertuamu ini tetap hidup. Jika kamu tidak lakukan, aku akan mengirim mayatnya ke rumah Arley besok pagi!”“Jangan, Alice! Aku mohon jangan lakukan itu!” Prims tidak tahu harus mencegahnya bagaimana.Dugaannya benar bahwa Alice akan melakukan hal di luar nalar di saat dirinya tidak siap. Tapi siapa sangka jika hal yang dilakukan oleh Alice akan se-brutal ini?Dia membawa Katie. Lengkap Dengan meminta tebusan satu juta dolar dan ancaman akan membunuh ibu mertuanya itu jika Prims tidak melakukan apa yang dia mau.Dia menunjukkan siapa jati dirinya yang sebenarnya di saat yang seperti ini.“Aku tidak akan menyentuh ibu mertuamu yang buruk rupa ini kalau kamu melakukan apa yang aku minta. Tapi kalau tidak yah ... besok pagi akan aku kiri
Read more

Bab 127 - Menjemput Marabahaya

Prims mengabaikan sapaan Will begitu ia keluar dari rumah. Tujuannya hanya satu sekarang ini, ia harus menemui seseorang yang telah menjemputnya di sebelah barat rumah, tidak jauh dari kediamannya.Prims menahan napasnya begitu menyadari ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Kelam mendung pirau di atas sana menutup cahaya matahari yang harusnya masih tersisa untuk menuju pada senja yang beberapa jam lagi berlangsung.Keluar dari gerbang, Prims bergegas menyeret koper miliknya menuju ke arah matahari terbenam. Ia menjumpai sebuah Rubicon warna hitam yang terparkir di sana, di bawah sebuah pohon besar di tepi jalan.Dengan langkah yang gontai, Prims bisa dikatakan sedang menjemput marabahaya.Ia percayakan sisanya pada Jodie. Begitu Jodie menghubungi Arley soal kondisinya, Arley pasti akan melacak keberadaannya. Prims membawa ponselnya, tetapi itu sedang ia sembunyikan sekarang ini. Prims memasukkannya ke dalam koper, tertutup oleh tumpukan uang dolar. Sehingga ponsel miliknya ak
Read more

Bab 128 - Kehilangan Jejak

“Jadi ini alasan kamu tidak ingin aku membuka kopernya?” tanya Erren menggebu. Ia meraih kasar dagu Prims yang segera memberontak melawannya.“LEPAS!” Prims mencengkeram pergelangan tangan Erren, mengenyahkan dari rahangnya dan mendorong kepala ibu tirinya itu hingga membentur jendela.“PRIMROSE!” teriakannya menggema terpantul di kaca jendela, memekakkan telinga mereka yang berada di dalam sana.Dan melihat kekacauan yang terjadi di kursi penumpang bagian belakang, pria yang mengemudikan mobilnya itu kemudian menepi.Dia keluar dengan gegas dan beringsut membuka pintu di sisi Prims duduk. Ia merenggut lengan Prims dengan kasar, membebaskan Erren yang hampir babak belur karena didorong dan dicakar olehnya.“Berhenti memberontak!” ucapnya marah.“Jangan menyentuhku!” Prims menoleh pada pria berkaos hitam itu tetapi ia tak dipedulikan.Melihat Prims yang terkungkung dalam ruang geraknya yang terbatas, Erren melakukan pembalasan dengan melakukan serangan.Ia menampar Prims berulang kali,
Read more

Bab 129 - Saat Arley Dan Jayden Menjadi Iblis

“Brengsek, para pengganggu ini ....”Desisan Jayden terdengar lebih berapi-api daripada tampang kesal Arley. Pemuda itu lebih dulu melepas jas yang ia kenakan, menggunakannya sebagai senjata untuk menghantam beberapa lelaki yang menyerangnya.Arley pun melakukan kesiagaan yang sama, tangannya telah ternagkat ke atas, melindungi dirinya dari senjata tajam yang dihujamkan ke arahnya. Arloji mahal Patek Philippe yang dikenakan di pergelangan tangan kirinya menjadi perisai sehingga bunyi dentingan terdengar di udara.Percikan kemarahan menyulut kobaran dalam dadanya bergejolak. Tidak ada yang lebih ingin ia lakukan daripada menyelesaikan pertaruangan bodoh ini sesegera mungkin.Jumlahnya tidak seimbang. Mereka berjumlah sekitar tiga belas sampai lima belas orang, tetapi Arley dan Jayden hanya dua orang.Tetapi ... dilihat dari kemampuan bela diri, bahkan Arley telah menumbang pingsankan empat orang pertama termasuk yang tadi menodongnya menggunakan senjata tajam.Ditambah dengan satu or
Read more

Bab 130 - DARK ROOM

Gelap. Mungkin hanya itu satu kata yang menggambarkan keadaan Prims sekarang ini. Ia tidak bisa melihat cahaya padahal seingatnya saat ia pergi meninggalkan rumah tadi belum terlalu gelap suasana di luar.Ataukah ... memang sekarang dia telah berada pada kematian sehingga dia kesulitan untuk bisa menemukan setitik cahaya.Prims menata napasnya, kakinya terasa nyeri. Sebuah kesadaran yang membuatnya yakin bahwa dia belum dihampiri oleh kematian.Karena kakinya yang nyeri itu berada pada titik di mana Erren menusukkan jarum suntik dan setelah itu ia tak bisa mengingat apapun.Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar.Bau debu dari ruangan yang telah lama tidak dipergunakan membuatnya menerka bahwa ia sedang berada di sebuah bangunan terbengkalai yang ditinggalkan oleh pemiliknya.Di mana ia berada sekarang, Prims tidak tahu pastinya.Ia berbaring di sini dan menemukan dua buah ventilasi tak jauh dari ia berada. Ia perlahan bangkit, meraba sekitar yang tak bisa dijangkau oleh matanya di ba
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status