All Chapters of Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya: Chapter 91 - Chapter 100

175 Chapters

Bab 91 - Sesuka Takdir Menghendaki

“Mama bertemu dengan Alice?” tanya Arley saat ia satu langkah mendekat.Sang ibu belum mau bicara selain wajahnya yang berpaling, serta mata yang ia sembunyikan, tidak ingin melakukan kontak dengan Arley atau pun Prims yang datang dan mengejutkannya.Tidak ingin anak lelakinya menunggu, Tom ayahnya lebih dulu menjawab, “Mereka bertemu sekitar satu minggu yang lalu, Arley. lalu bertengkar dan gadis itu membuat kekacauan ini terjadi.”Arley menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia meraih bahu sang ibu yang dengan cepat menepisnya, “Jangan melihat Mama seperti itu, Arley!” ketusnya. “Mama tidak butuh belas kasihanmu!”“Aku tidak datang untuk memberikan Mama belas kasih. Aku datang ke sini karena papa bilang kalau Mama sakit. Dan aku tidak tahu kalau ternyata Mama seperti ini,” jawabnya panjang.Ia menghela napasnya sedikit dalam. Matanya belum beralih sama sekali dari Katie hingga wanita paruh baya itu akhirnya memutar kepalanya, “Kamu bisa menertawakan aku sekarang, Primrose!” ujarnya. “
Read more

Bab 92 - Mengambil Hati Primrose

Pelukannya terasa hangat, Prims bisa mendengar isak tangis Katie yang sedang ia tahan. Yang barangkali tujuannya adalah agar Prims tak bisa mendengarnya.Menguraikan rasa terkejutnya, Prims membalas pelukan Katie, menepuk lembut punggungnya sebelum ibu mertuanya itu pada akhirnya melepasnya.Prims menjumpai wajahnya yang berlinangan air mata saat bibirnya yang biasa mengeluarkan hinaan itu mengatakan, "Maaf ...."Air matanya sekali lagi jatuh, "Maaf untuk memperlakukan kamu dengan sangat buruk selama ini," katanya.Prims tidak ingin menginterupsi yang ia sampaikan, membiarkan Katie mengeluarkan apa yang menjadi beban di dalam benaknya."Mama sangat malu, Primrose," ujarnya.Suaranya bergetar, meremas kedua tangan Prims yang ada di pangkuannya, mata mereka bertumbuk pandang di udara, dibelenggu rasa sesak yang menyelinap, getaran sesalnya memeluk mereka, mengisi setiap jengkal ruang kosong tempat di mana mereka duduk berhadapan, "Perempuan yang dulunya Mama hina, Mama rendahkan di dep
Read more

Bab 93 - Ini Soal Foto Masa Kecil Arley

“Apa, Sayang?” tanya Arley seraya merangkul bahu Prims setelah ia berdiri di sampingnya. “Apakah kamu tidak setuju jika nanti kita memiliki anak-anak yang lucu?”“Setuju, tapi kamu tidak perlu mengatakan jumlahnya!”“Iya, baiklah.”Arley tersenyum dengan manis, sejenak kemudian berpindah pandangan pada sang ibu yang melahap bubur dari Prims dengan kedua matanya yang jauh lebih hidup.Asa tergambar di sana jauh lebih besar ketimbang saat Arley melihatnya untuk pertama kali tadi.“Primrose,” panggil Arley yang membuat Prims menoleh kepadanya, “Iya?”“Bisa kamu temani papa di bawah? Ada hal yang ingin aku bicarakan dengan mama.”“Iya, bisa.”“Terima kasih,” tanggap Arley seraya mengusap lembut rambut di bagian belakang kepala Prims dan membiarkannya mengambil langkah pergi dari dalam kamar.Prims membawa langkahnya meninggalkan ruangan setelah menunduk di hadapan Katie. Ia menutup pintu berdaun dua itu dan menghela napasnya dengan sedikit dalam, ‘Aku harap Arley tidak mengatakan hal yang
Read more

Bab 94 - Kamu Mau Aku Buat Basah?

“Hentikan!” kesal Prims sembari memukul lirih dadanya. Kedua tangan Prims ditahan oleh Arley dengan cepat.Dan bukan Arley namanya jika tidak membuat Prims jantungan.Karena yang ia lakukan selanjutnya adalah, prianya itu menunduk dan memberi kecupan di punggung tangan Prims secara bergantian. Di sebelah kiri, lalu di sebelah kanan.“Kalau kamu kesal padaku, aku akan mencium bibirmu dan menggigitnya sampai bengkak!”“Astaga hentikan!” pinta Prims sekali lagi, mencoba memberontak dari Arley yang hingga beberapa menit berikutnya benar-benar tidak melepaskan Prims sampai seorang wanita mendekat pada mereka dan mengatakan, “Saya sudah menyiapkan kamar untuk Tuan Arley dan Nona Primrose.”Itu adalah Kepala Pelayan yang Prims ketahui bernama Rosie. “Terima kasih, Bu Rosie,” ucap Arley, sedang Prims bergegas mengikuti langkah kaki Rosie. Ia ingin melihat kamar yang sudah disiapkan—yang sebenarnya tujuan Prims pergi dari sana adalah menghindari Arley.Tidak membutuhkan waktu lama hingga Prim
Read more

Bab 95 - Selamat Datang Malam Yang Panas

“Akh!” Prims terkejut saat Arley meraih kakinya. Membuatnya limbung ke depan dan jatuh di pelukannya.“Benar begitu keinginanmu, Nona?” tanya Arley dengan memidai setiap sudut wajah Prims yang manis.“A-apanya?” Prims mencoba menghindari Arley yang bibirnya sudah ingin jatuh di mana saja, terutama di lehernya.Dan lihat saja ini! Tangannya yang merengkuh Prims sama sekali tidak ingin pergi. Jangankan pergi, melonggarkannya saja rasanya Arley enggan.“Kalau kamu ingin aku membuatmu basah.”“B-basah bagaimana? Apakah kamu akan membawa shower keluar dan membuat banjir di dalam kamar?”Prims tidak tahu kenapa Arley malah tertawa mendengarnya. “Shower?” gumam Arley sebelum kembali tergelak, “Banjir di dalam kamar?”Beberapa detik berlalu, barulah Prims paham, kalimat yang ia katakan itu sedikit ambigu. Dan memiliki konotasi arti sesuatu berbau ‘dewasa.’“B-bukan itu maksudku!” sergah Prims sebelum Arley memikirkan hal lain hingga penuh cabang.“Primrose, aku tidak perlu membawa shower, kar
Read more

Bab 96 - Suami Posesif

Setelah menginap semalam di rumah keluarga Miller, akhirnya mereka kembali ke rumah. Keluar dari mobil, Jodie si Kepala Pelayan menyambut kedatangan Prims serta Arley yang terlihat cerah, didukung dengan mereka yang saling bergandengan tangan.“Selamat datang kembali,” sambutnya dengan menundukkan kepala. “Saya pikir Tuan dan Nona sekalian pergi berbulan madu karena tidak pulang selama beberapa hari.”Prims menunggu jawaban Arley karena mata Jodie lebih tertuju kepada Prianya itu.“Bulan madunya belum, Bu Jodie,” jawab Arley dengan seulas senyum yang terlihat sangat manis. “Kami hanya pergi ke rumah yang ada di Bagley Lakes dan menginap semalam di rumah mama.”Mendengar ‘menginap di rumah mama’ sepertinya telah membuat Jodie terperanjat. Kedua alisnya terangkat, ia memandang Arley dan Prims bergantian, seolah memastikan bahwa apa yang dia sampaikan adalah sebuah kebenaran.“Benarkah begitu, Nona?” tanya Jodie pada Prims yang mengangguk membenarkannya, “Benar, Bu Jodie.”“Apakah sesuatu
Read more

Bab 97 - Dua Beruang Kutub Di Dalam Kamar

Prims memejamkan matanya dengan tidak berdaya, ia berpikir, ‘Kenapa tidak sekalian cemburu pada bulu hidungku yang terus menempel selama dua puluh empat jam, tujuh hari seminggu?’“Akh!”Prims menjerit beriring tawa karena Arley jatuh ke atas ranjang sekaligus merengkuh pinggangnya sehingga mereka berakhir dengan saling berpelukan.Lengkap dengan Arley yang mencium pipi dan juga lehernya tanpa henti, “Arley hentikan! Kamu tahu kalau setiap kamu begini itu akan terasa geli?”“Akan aku lakukan, mencium dan memelukmu sebelum nanti saat aku tinggal pergi kamu akan memeluk si beruang itu, ck!” Ia berdecak kesal, membuat Prims sekali lagi tertawa.Mata mereka bertemu pandang, Prims meraih wajah Arley dengan menggunakan kedua tangaannya, mengusapnya dengan lembut sebelum menyentuh rambut yang jatuh di atas alis lebatnya.“Kamu tahu ... cemburumu sangat luar biasa!”“Benarkah begitu?”“Iya, segala baju yang aku pakai kamu cemburui itu kenapa?”“Pokoknya ini salah beruang itu!” dagunya mengedik
Read more

Bab 98 - Penghinaan

Arley hampir saja beranjak meninggalkan pintu utama rumah sebelum Prims mencegahnya dengan memanggilnya, “Arley, tunggu sebentar!”Arley berhenti, memilih untuk menoleh terlebih dahulu pada Prims, membiarkannya berbicara, “Ada apa, Sayang?”Prims terlihat memiringkan kepalanya sekilas ke kiri, mempertimbangkan apakah harus mengatakannya secara jujur ataukah menyebutnya dengan kiasan.“Apa, Primrose?” tanya Arley sekali lagi karena Prims hanya memberikan keheningan yang tumbuh membesar di sekitar mereka.“Biar aku saja yang menemuinya,” jawab Prims pada akhirnya. Memilih untuk mengatakan sebuah kejujuran tanpa basa-basi. Daripada kalimat berputar yang membuat Arley berpikir dua kali.“Kamu ingin menemuinya sendiri?”“Iya,” tanggap Prims dengan mengangguk samar.“Bagaimana jika dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?”“Maka biarkan aku yang menanggungnya. Yang menjadi permasalahan di sini adalah antara aku dan dia. Kamu tidak sepatutnya terlibat.”“Tapi karena yang dia lakukan itu aku
Read more

Bab 99 - Sayangku ....

Prims menyaksikan ibu tirinya itu pergi pada akhirnya. Prims tidak peduli akan disebut sebagai apa olehnya karena gumamannya saat ia mengenyahkan diri itu Prims mendengar ia melontarkan sebuah cacian seputar 'anak kurang ajar' serta 'sombongnya mengerikan.'Baik, terserah!Masa bodoh!Ia tak akan peduli!Iris tak ingin mengganggu hatinya yang sudah penuh dengan retakan ini semakin sakit dibuat ibu tirinya.Ia menyaksikan Erren berjalan meninggalkan halaman rumah Arley, lalu menghilang saat pintu gerbang ditutup oleh Wil yang berjaga di sana dengan mengenakan jas hujan yang ia kenakan.Dari mana Erren tahu ini adalah rumah Arley?Bagaimana caranya ia menebalkan mukanya itu sehingga sama sekali tidak ada rasa malu saat menuntut hal hanya demi melindungi anak perempuannya yang jelas-jelas juga menanggung kesalahan?Benar cinta ibu memang tiada batasnya. Tapi, apakah cinta ibu yang justru membuat anaknya merasa benar sepanjang waktu padahal ia salah dan mengubahnya menjadi monster itu adal
Read more

Bab 100 - Berciuman Di Mana Saja, Bukankah Orang Amerika Seperti Itu?

“Kalau kamu berbohong soal itu, aku akan mengatakan kalau kamu berhasil,” ucap Prims. Langkah kakinya yang terhenti itu kini berdiri di atas rasa gamang.Sepasang netranya menatap Arley yang hanya tersenyum memandang rasa ketidak percayaan yang timbul. Arley tidak menyalahkannya soal itu. Karena bagaimanapun ... cerita yang ia berikan sepertinya terlalu khayal untuk bisa diterima oleh akal sehat seseorang.“Kamu sungguh melakukan itu?”Arley mengangguk, mengguncang lembut tangan mereka yang saling menggenggam, “Tidak masalah kalau kamu tidak percaya. Aku tidak memaksamu untuk itu,” kata Arley akhirnya. “Tapi nanti jika kita memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Mama Jasmine di rumah Bapa yang ada di surga, kamu bisa menanyakan sendiri pada beliau, bahwa yang aku katakan adalah sebuah kebenaran.”Prims menggigit bibirnya.Entah harus bagaimana ia mengekspresikan dirinya sekarang ini. Pria di hadapannya ini, namanya Arley Miller. Pria yang bahkan bisa menunjuk wanita manapun sesuka
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status