Semua Bab Bukan Istri Pilihan Ibumu: Bab 71 - Bab 80
170 Bab
Kekhawatiran Andra
Di dalam kamar mandi, Alana mengamati tubuhnya di depan cermin. Alana dapat melihat pantulan dirinya sendiri dari balik cermin itu. Sambil menahan napasnya, jemari tangan Alana terangkat menyentuh lehernya yang terdapat noda merah di sana. Itu adalah bekas ciuman Andra. Tanda kepemilikan yang Andra tinggalkan di leher Alana yang jenjang.“Aku sudah menyerahkan tubuhku begitu saja pada Andra. Aku tidak berdaya menolaknya. Sepertinya apa yang Andra katakan tentangku itu benar. Aku memang wanita yang murahan. Aku sudah tidak memiliki harga diri.” Alana menyeka air di sudut matanya. Terbersit rasa penyesalan yang amat dalam di hati untuk Winarti. Ya. Tak seharusnya Alana membiarkan dirinya terlena dengan sentuhan Andra. Padahal sudah jelas laki-laki itu merenggut kehormatannya dengan sesuka hati dan seringkali merendahkan harga dirinya tanpa perasaan.Akan tetapi Alana selalu saja tidak berdaya. Rasa cinta yang masih mengg
Baca selengkapnya
Duduk Bersama Saja
“Maaf, Pak. Daripada ribut, kenapa  Anda tidak ajak saja pacar Anda untuk duduk di kursi itu sama-sama. Ya, mungkin memang akan sedikit sempit karena berhimpitan di atas satu kursi. Tapi keromantisannya akan lebih terasa,” usul kernet bus sambil bersiul dan menaik-turunkan alisnya pada Andra dan Alana.Sementara Andra dan Alana saling pandang satu sama lain. Alana menahan senyum. Melirik kearah sampingnya dimana Andra tampak setengah mengantuk sambil menyender di pundaknya. Ya. Akhirnya Andra dan Alana melakukan apa yang diusulkan oleh kernet bus itu. Mereka duduk berhimpitan bertiga dengan salah satu penumpang yang lain. Kursi yang kecil itu membuat Andra mau tak mau harus merapat pada Alana agar ia tidak terjatuh.‘Kamu tampan sekali, Andra. Wajah kamu selalu terlihat tenang saat tidur. Dan aku selalu suka memandanginya sejak dulu,’ batin Alana. Alana tidak tahu, jika sebenarnya Andra mengantuk karena lelaki i
Baca selengkapnya
Jangan Ceroboh!
“Ke mana saja kamu semalam? Dan kenapa telpon Papa selalu kamu reject, Andra?” Andra seperti sedang disidang. Saat ini Andra tengah duduk di sofa ruang tengah. Tampak di hadapannya telah duduk Darma dan Nita yang menatapnya dengan tatapan dingin dan tajam.Saat sebelum pulang pun Andra sudah menduga jika hal ini pasti akan terjadi. Interogasi dan ceramah dari orang tuana memang selalu melekat dalam kehidupan Andra sehari-hari. Hingga membuat Andra merasa muak dan bosan.“Aku habis dari Club, Pa. Aku pergi dengan teman-temanku dan menginap di hotel.” Andra pun berdusta. Karena tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada kedua orang tuanya.Mata Darma memicing menatap Andra tak yakin. “Club Mana yang kamu maksud? Dan siapa teman-teman kamu itu?”“Kenapa Papa harus bertanya sedetile itu? Apa perlu aku menjelaskan hingga ke tektek bengeknya? Sudah jelas aku pergi ke Club yang biasa aku kunjungi. Dan Papa pun tidak
Baca selengkapnya
Butuh Udara Segar
“Maksud Rehan. Mama tidak boleh mengulangi kecerobohan Mama. Semalam Mama sampai lupa tidak memberi kabar ke rumah. Mama jangan ulangi lagi ya. Rehan sama nenek ‘kan jadi khawatir di sini,” sahut Rehan. Dan Alana langsung menarik napasnya lega.‘Hah. Ternyata itu maksud Rehan. Aku sampai panik. Ku pikir Rehan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya malam tadi,’ desah Alana dalam hatinya. Alana mengangguki ucapan Rehan. Kemudian Alana menangkupkan kedua tangannya di pipi gembil bocah itu. Lantas menatap kedua bola mata Rehan dengan tatapan lembut.“Iya, sayang. Mama janji sama Rehan. Mulai sekarang, Mama tidak akan pernah mengulangi hal itu lagi. Kalau Mama pulang terlambat, pasti Mama akan langsung memberi kabar. Maaf ya, karena sudah membuat Rehan dan nenek merasa khawatir.” Rehan mengangguk. Kini seberkas senyum manis sudah terbit di wajahnya. “Nggak apa-apa, Ma. Yang penting sekara
Baca selengkapnya
Ke Club bersama Teman
“Aku hanya ingin mengobrol, Axel. Aku tidak butuh wanita!” tukas Andra dengan nada bicaranya yang tegas.Dan tawa Axel terdengar semakin tumpah di seberang telpon.‘Haha.. baiklah. Aku mengerti kalau kamu memang tipe lelaki lugu, Andra. Oke. Aku akan bersiap-siap sekarang. Sampai jumpa di Club!’TUT!Axel memutuskan sambungan telpon dan Andra langsung melemparkan pelan ponselnya ke atas dashboard. Kemudian netra Andra kembali menatap lurus pada jalanan yang terhampar di hadapannya. Tujuannya sudah bulat. Andra akan bertemu dengan Axel di sebuah Club yang sering mereka kunjungi sejak masih duduk di bangku kuliah dulu.*** “Tolong tambahkan lagi minuman di gelasku!” pinta Andra pada seorang bartender sambil menyodorkan gelasnya yang sudah kosong.“Hey, Man! Sudah hentikan. Cukup hanya satu gelas lagi kali ini. Jika kamu minum terlalu banyak, nanti kamu pasti akan mabuk, Andra!
Baca selengkapnya
Mabuk dan Mengacaukan Acara?
Andra menggeleng mendengar ocehan dan tawaran Axel padanya. Lebih lagi niat Andra ke Club ini hanya untuk minum dan menumpahkan masalah yang merundung pikirannya.Sama sekali Andra tak merasa tertarik dengan para wanita yang berpakaian setengah telanjang—di sudut sana. Mungkin lain halnya jika wanita itu adalah Alana. Pasti Andra tak akan menolak.‘Tidak! Pergi saja sana! Aku hanya butuh minum dan menenangkan pikiranku!” Andra mengibaskan tangannya di udara. Mengisyaratkan pada Axel kalau ia boleh pergi dan Andra tak masalah ditinggalkan sendirian.Axel tertawa senang. Sejurus kemudian ia langsung pergi dan bergabung dengan para wanita-wanita seksi itu.“Ck! Dia memang lelaki penggila wanita! Sejak dulu tidak pernah berubah!” Andra berdecak pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Axel yang tak perlu waktu lama, sudah bisa menjerat para wanita-wanita malam yang akan menjadi santapannya malam ini. ***
Baca selengkapnya
Alasan Mencium Alana
Yanti mengangguk. “Ya. Kamu juga tertawa dan bertingkah aneh. Kamu mengoceh terus dan tak bisa berhenti. Sampai akhirnya Pak Andra menghampiri kamu. Dan kamu tebak apa yang dia lakukan setelah itu?” tanya Yanti. Membuat wajah Alana menatap horror padanya sambil menggeleng tidak tahu.“Pak Andra langsung meraup bibir kamu. Dia menciumi kamu di hadapan semua tamu yang hadir. Dan hal itu membuat semua orang terkejut, Alana!” “Apa?” spontan Alana menyentuh bibirnya. Benaknya mencoba mengingat dengan apa yang sudah terjadi semalam. Tapi nihil. Kepala Alana justru malah merasa pusing. Dan Alana sama sekali tidak bisa mengingatnya.“Aku tidak percaya kalau Pak Andra berani melakukan hal itu di depan umum. Dia seorang yang sangat menjaga kehormatan perusahaan. Jadi mustahil kalau dia menciumku! Kamu pasti berbohong, Yanti!” tuduh Alana.“Jadi kamu masih belum percaya? Hemm.. baiklah. Kalau begitu lihat v
Baca selengkapnya
Bertemu Orang-orang Jahat
Alana memutuskan untuk pulang dengan memesan gojek. Tapi ketika gojek itu melewati sebuah gerobak yang sangat familiar bagi Alana. Seketika saja Alana meminta untuk diturunkan di sana. “Loh, bukannya rumahnya masih di depan ya, Mbak?” tanya tukang gojek itu sambil menatap Alana dengan terheran-heran.Alana mengangguk, tapi tangannya mengangsurkan selembar uang pada tukang gojek itu sambil tersenyum tipis.“Iya. Tapi aku turun di sini saja, Pak. Aku ingat mau membeli sesuatu dulu. Lagipula jarak ke rumahku sudah dekat. Terimakasih ya Pak,” sahut Alana menjelaskan.Dan tukang gojek itu langsung mengangguk dan tersenyum ramah pada Alana. Dimasukannya uang yang tadi Alana berikan ke dalam saku jaketnya. Lalu kemudian tukang gojek itu berlalu pergi dengan motornya.“Hah, melihat gerobak nasi goreng Mang Karim membuat aku jadi teringat dengan Rehan. Rehan pasti akan senang kalau aku pulang membawa nasi goreng kesukaann
Baca selengkapnya
Diselamatkan oleh Andra
“Diam! Berhenti berteriak atau kami akan membunuhmu saat ini juga!” lelaki yang satunya mengancam Alana dengan melemparkan tatapan tajamnya. Nada suaranya kini terdengar menyeramkan dan membuat tubuh Alana bergetar. Alana mencoba memberontak dan melawan. Tapi kedua lelaki itu makin menyeretnya kearah gang yang lebih gelap. Mungkin agar tak ada orang yang bisa melihat aksi mereka.“Haha.. kita pesta malam ini. Cepat, Ben. Rekam videonya sekarang! Seperti yang disuruh oleh boss kita!” suruh lelaki itu pada temannya yang langsung mengangguk dan mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku celana.Dengan mulut yang masih dibekap, Alana menggeleng histeris saat lelaki yang bernama Ben itu mulai merekamnya dengan kamera ponsel.“Ayo, Toni. Cepat lecehkan wanita itu sekarang. Kali ini aku yang akan memvideokan. Tapi nanti giliranku ya. Hahaha..” kata lelaki bernama Ben itu lalu tertawa.Alana melebarkan matanya. Lalu menggigit t
Baca selengkapnya
Ke Warung Nasi Mang Karim
Sambil meremas tas selempang miliknya, Alana menaikan pandangannya menatap Andra yang saat ini wajah tampannya hanya tersorot oleh sinar bulan. “Aku akan pulang. Sekali lagi terimakasih telah menyelamatkanku,” kata Alana dan ia hendak pergi dari hadapan Andra. Namun baru saja Alana melangkahkan kaki kanannya, tangan Andra yang keras sudah menahannya. “Tunggu! Tadi aku melihat dua bungkus nasi goreng yang sudah tergeletak di tanah. Itu pasti punyamu, ‘kan?” tanya Andra yang membuat Alana kembali menoleh padanya. Lantas Alana menganggukan kepala.“Iya. Aku memang menjatuhkannya saat kedua orang tadi menyeretku dengan paksa.”“Kalau begitu ayo.. ikut denganku sekarang!” ajak Andra yang melangkahkan kakinya sambil menarik tangan Alana yang wajahnya berkerut bingung.“Ikut ke mana?” tanya Alana bingung.“Ke warungnya Mang Karim. Kita pesan lagi dua bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status