Beranda / CEO / Bukan Istri Pilihan Ibumu / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Bukan Istri Pilihan Ibumu: Bab 101 - Bab 110

170 Bab

Jalan-jalan ke Mall

Sekarang, Andra sudah tinggal lagi di rumahnya. Ia tidak  lagi menyendiri di apartemen miliknya itu.Bahkan Andra sudah mulai kembali aktif di kantor. Saat ini pun Andra tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Meskipun begitu, Andra tidak melepaskan pencariannya terhadap Alana. Ia selalu menyempatkan dirinya untuk berkeliling Jakarta sepulang dari kantor. Berharap akan bertemu dengan mantan istrinya itu. Andra juga menyuruh orang untuk mencari Alana ke luar kota.Takutnya Alana sudah meninggalkan Jakarta.BRAK!“Sherly! Apa kamu tidak tahu caranya mengetuk pintu?!” sentak Andra dengan dahi yang berkerut kesal. Karena tiba-tiba saja pintu ruangannya dibuka dengan kasar dan Sherly masuk tanpa permisi.“Kenapa Mama kamu bilang sama Papa aku, kalau pernikahan kita dibatalkan?!” Sherly balas bertanya dengan nada histeris. Wajahnya merah penuh tuntutan.“Oh. Jadi kamu datang karena itu,” ucap Andra santai
Baca selengkapnya

Alana?

Rehan manggut-manggut. “Iya, Ma. Yang satunya lagi buat adik bayi. Biar nanti kalau adik bayi lahir. ‘Kan bisa main bareng sama Rehan.”  Danu mengulum senyum. Sementara Alana menaikan sebelah alisnya.“Sayang. Kita ‘kan belum tahu adik bayinya laki-laki atau perempuan. Nanti kalau kita beli robot tapi ternyata adik bayinya perempuan, gimana?” tanya Alana.“Berarti kita beli boneka barbie juga, Ma. ‘Kan anak perempuan suka boneka barbie.” Rehan berseru. Membuat Danu kembali terkekeh sambil mengacak pelan rambut anak itu. Sementara Alana menggeleng-gelengkan kepala. Tapi kemudian ia juga tersenyum pada Rehan.“Ya sudah. Kita beli boneka barbie juga. Tapi kamu yang pilihkan boneka barbienya ya,” kata Alana.“Siap, Ma!” Rehan mengangguk senang.  Lantas segera pergi menuju jajaran boneka barbie yang cantik-cantik. Danu dan Alana hanya memandanginya sambi
Baca selengkapnya

Ingin Kembali

Andra tercenung sesaat. Mendengar nama Alana membuat Andra kembali teringat dengan wajah mantan istrinya itu. Alana-nya yang sampai detik ini masih belum bisa Andra temukan. Padahal Andra selalu mencari Alana setelah jam kantornya habis. Ia juga menyuruh orang untuk mencari pujaan hatinya itu. Akan tetapi sampai saat ini semuanya belum membuahkan hasil.Alana-nya masih belum bisa ditemukan.“Ah, tidak. Hanya saja nama mama kamu mirip sekali dengan nama mantan istri Om.” Andra berkata jujur. Sementara Rehan manggut-manggut.“Oh. Jadi mantan istri Om namanya Alana ya? Wah, sama kayak nama mama aku.” Rehan menyengir lebar. Sejenak Andra menautkan alisnya. Kini tatapan Andra berubah. Dipandangnya Rehan dengan wajah menyelidik.“Kalau boleh tahu, Mama kamu seperti apa?” tanya Andra penasaran. Entah mengapa ia ingin sekali menanyakan tentang ini pada Rehan. Sebab Andra merasa, jika anaknya masih hidup
Baca selengkapnya

Meja Nomor 13

Nita menggeleng. Kini ia mengangkat tangannya untuk menepuk pelan pundak Andra. Memberikan semangat dan keyakinan pada putra semata wayangnya itu.“Kamu harus yakin, Andra. Kalau Alana pasti mau menerima kamu lagi. Karena hati Mama begitu kuat. Mama percaya kalau Alana masih mencintai kamu sampai saat ini. Kamu tidak  boleh menyerah untuk mendapatkan cinta Alana kembali. Karena Alana akan tetap jadi milik kamu, Andra.”  Andra mengangguk. Kemudian ia mengukir senyum lebar di bibirnya. Ya. Benar apa yang Nita katakan. Kalau Andra harus yakin  jika hati Alana masih untuknya. Meskipun Andra tidak tahu, bagaimana kabar hubungan Alana dengan Danu saat ini?Tapi entah mengapa, hati Andra selalu merasa, kalau Alana masih mencintainya.***  Tok!  Tok!  Tok!“Iya, sebentar.” Winarti beranjak dari dapur menuju ruang tamu. Karena ia mendengar suara ketukan pintu.KLEK!“Nenek!”
Baca selengkapnya

Tak mau Kehilangan

Dengan mengenakan seragam pelayan restoran yang berwarna cokelat muda, Alana melangkah percaya diri menuju meja nomor tiga belas.Dan ternyata apa yang dikatakan oleh Anes memang benar. Tadinya meja nomor tiga belas itu masih kosong. Tapi kini dua orang lelaki berperawakan jangkung sudah duduk di sana.Yang satunya langsung tersenyum melampai pada Alana.“Mbak?” sambil  berseru memanggil Alana karena ingin segera memesan makanan.Sementara lelaki yang satunya lagi tak bisa Alana lihat wajahnya. Karena posisi lelaki itu yang duduk membelakangi Alana. Dan kaki Alana yang ramping, kini nyaris mencapai meja mereka.“Selamat siang, Pak. Mau pesan apa?” tanya Alana dengan ramah. Bibirnya menyunggingkan senyum sepenuh hati. Akan tetapi senyum itu langsung memudar ketika matanya bersitatap dengan lelaki yang tadi belum sempat Alana lihat wajahnya.Alana terkejut. Begitupun dengan lelaki itu yang sama terkejutnya seperti A
Baca selengkapnya

Mendadak ingin Pulang

Andra terdiam sebentar. Matanya menyipit menatap pada Alana. Tampak keraguan tergambar dari raut wajah wanita itu. Apalagi bibir Alana sedikit bergetar saat mengucapkannya.Membuat Andra semakin yakin, bahwa bayi itu memang miliknya.“Sayangnya kamu tidak pintar berbohong, Alana! Mulutmu mungkin bisa berkali-kali mengatakan kebohongan. Tapi  wajahmu tidak bisa menyembunyikan itu. Gelagatmu justru membuat aku semakin yakin, kalau kamu sedang mengandung anakku!” ucap Andra. Mata Alana melebar saat itu juga. Bagaimana bisa Andra tahu kalau ia sedang berbohong? Tapi Alana tidak akan menyerah. Ia tidak mau kalah dari Andra.  “Kenapa kamu terlalu percaya diri, Andra? Kamu mau mengaku-ngaku bayi yang ada dalam kandunganku ini?  Eh? Maaf. Tapi bukannya dulu kamu sendiri yang pernah bilang, kalau kamu tidak akan pernah sudi  memiliki seorang anak yang lahir dari rahim wanita hina sepertiku?  Lalu kenapa sekarang
Baca selengkapnya

Sedekat Itukah?

Alana tersenyum tipis seraya menganggukan kepalanya.“Baik, Pak Rendy. Terimakasih banyak. Aku pamit pulang.”Rendy mengangguk. Membiarkan Alana bangkit berdiri dan keluar dari ruangannya.“Aku lega, karena aku bisa pulang cepat. Andra pasti masih ada di restoran ini dan aku tidak mau  terus-menerus bertemu dengannya. Dia pasti akan mendesakku tentang bayi ini. Dia bisa seyakin itu kalau aku sedang mengandung anaknya,” gumam Alana sambil berjalan pelan keluar melewati pintu restoran. Tujuan Alana tentu saja pulang ke rumah sewanya. Dan tanpa Alana ketahui, Andra yang sedari tadi mencari Alana dan menunggu Alana, kini keluar dari persembunyiannya. Ditatapnya punggung Alana dengan mata yang menyipit.“Alana. Kamu tidak akan bisa pergi dariku! Hari ini, aku akan tahu dimana kamu tinggal!” Alana menghentikan sebuah angkot yang melintas di depannya. Lantas Alana masuk ke dalam dan ia
Baca selengkapnya

Ayahku Meninggal

Bukannya menjawab pertanyaan Danu, Andra malah terdiam. Lidahnya kelu untuk sekadar bicara. “Ayah kenal sama Om baik?” tanya Rehan mendongkak menatap Danu.  DEG!“A.. ayah?” mendengar bibir Rehan memanggil Danu dengan sebutan ayah, terasa meremas ulu hati Andra.Tunggu! Kenapa Rehan bisa memanggil Danu ayah? Danu menarik kedua pundak Rehan dan menahan dengan kedua tangannya. Tapi matanya lurus masih menusuk bola mata Andra dengan tatapan tajam.“Iya, Rehan. Ayah kenal dengan orang ini. Dan dia bukan orang yang baik. Jadi Ayah minta, kamu tidak usah dekat-dekat lagi dengan dia!” Mata Andra menyipit mendengar ucapan Danu barusan.  “Tapi Om ini memang baik, Ayah. Dia yang bawa Rehan ke rumah sakit waktu itu,” seru Rehan pada Danu. “Pokoknya Ayah bilang tidak boleh!” Danu segera menyahut. Membuat mulut Rehan terkatup rapat.Saat itu, Alan
Baca selengkapnya

Orang Asing Baik Hati

Tubuh Alana membeku. Suara Andra terdengar serak kali ini. Tapi Alana hanya menghentikan langkahnya saja. Tak berniat berbalik menatap Andra.“Dan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Papa sempat menyampaikan permintaan maafnya untuk  kamu. Dia sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah salah. Mama juga sama. Dia yang selalu memberiku dukungan untuk mencari keberadaan kamu dan anak kita, Alana. Mama ingin sekali bertemu dengan kamu dan meminta maaf. Apalagi jika Mama tahu kalau ternyata anak kita sudah besar dan tumbuh dengan sehat, Mama pasti akan senang melihat Rehan. Cucu lelaki pertamanya.” Andra berkata dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya tampak bergetar saat bicara. Sementara wajahnya menatap punggung Alana penuh harap. Alana sendiri masih mematung. Tubuhnya membeku mendengar setiap rentetan penjelasan Andra. Sedangkan ia hanya bisa meneguk ludahnya beberapa kali.‘Om Darma meninggal? Apa benar, kalau oran
Baca selengkapnya

Bisakah Menyuruh Mereka Pergi?

Dan Andra menatapnya dengan raut tak menyangka. Ternyata Danu sudah hadir dalam hidup Alana bahkan sebelum Rehan lahir ke dunia ini. Pantas jika Rehan tampak begitu lengket dengan Danu. Dan pantas jika Rehan memanggil Danu dengan sebutan ayah. Sekarang Andra menjadi gamang sendiri. Harusnya ia berterimakasih pada Danu, karena telah menjaga Alana dan anaknya.Tapi dalam lubuk hati Andra, rasa cemburu melingkupinya. Ia juga ingin sedekat itu dengan anak kandungnya. Hatinya merasa sakit saat mendapati ternyata Rehan lebih dekat dengan orang lain.“Bayangkan, Andra. Bagaimana jika seandainya Tuhan tidak mengirim Danu dalam kehidupan Rehan? Pasti anak itu akan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.  Rehan akan merasa berbeda dengan anak yang lain. Teman-temannya memiliki keluarga yang lengkap, sementara dia tidak. Untuk  itulah Danu sangat berjasa dalam hidup Rehan. Dia menjadi sosok ayah yang sangat melindungi cucuku. Jadi jangan pernah k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status