Semua Bab Penghangat Ranjang Tuan CEO: Bab 241 - Bab 250

283 Bab

Mengemis Pekerjaan

Damar mengamati Dirly yang wajahnya memang tampak sendu dan tak terlihat sedikit pun senyum di sana.Sementara itu, Dean melangkah melewati pintu utama dan masuk ke dalam mobilnya.Tanpa bisa ditahan, ia meluapkan emosi pada Damar dengan menyentak keras setirnya dan menggeram kesal.“Mengapa sulit meyakinkan mereka betapa tulusnya dirimu. Mengapa mereka hanya menatapmu dengan sebelah mata? Aku tidak akan berhenti memperjuangkanmu, Athalia. Aku akan berjuang sampai aku bisa membuat ending yang bahagia untuk kisah kita berdua,” ucap Dean dengan lirih.*** “Apa? Kakak akan melamar kerja di PT Atmajaya?” Yasna memekik terkejut setelah mendengar apa yang baru saja Athalia katakan padanya.Mereka sedang duduk di kursi ruang tengah, sedangkan Narsih sedang di kamarnya.“Sssttt … pelan-pelan!” segera Athalia membekap mulut Yasna dan menempelkan telunjuk di depan bibirnya. “Nanti Ibu bisa dengar.”
Baca selengkapnya

Lelaki Payah

“Aku tidak sedang mengemis pekerjaan padamu. Bahkan aku tidak tahu kalau pemilik perusahaan ini adalah kau,” ucap Athalia, menyangkal perkataan Mahesa.Mahesa menyeringai, menautkan kedua tangannya di bawah dagu dan menatap Athalia dengan tatapan meremehkan.“Harusnya kau mencaritahu dulu informasi lengkap tentang perusahaan yang akan kau datangi. Tapi tidak apa, Athalia. Aku akan tetap memberimu pekerjaan di sini. Karena aku tahu kalau kau sedang mengalami kesulitan finansial. Kau sudah tidak mendapat uang dari Dean, bahkan kudengar pertunangan kalian pun dibatalkan dengan cara yang sangat tidak terhormat,” ucap Mahesa, lalu geleng-geleng kepala, menampilkan wajah iba pada Athalia.Tapi Athalia tahu jika Mahesa tak benar-benar iba padanya.“Itu bukan urusanmu. Hal itu sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan ini.  Aku datang untuk melamar kerja, bukan untuk membicarakan urusan pribadi.” “Just
Baca selengkapnya

Tanda Cinta

“Mahesa, katakan padaku, apa yang kau rasakan?” Athalia bertanya, menatap dengan raut khawatir.Sakit di kepala Mahesa perlahan hilang, kini matanya terpaut dengan manik mata Athalia yang cokelat muda.“Jauhkan tanganmu dari pundakku!”Athalia tercenung sesaat setelah mendengar suara ketus Mahesa. Tatapan lelaki itu kembali tajam ke arahnya.Jadi, Mahesa masih belum bisa mengingat tentang kisah mereka? Athalia harus menelan kekecewaan dalam hati. “Maaf.” segera ia menjauhkan tangannya dan bangkit berdiri, begitu pun dengan Mahesa yang menepuk-nepuk pelan jasnya.Athalia menunduk, menyembunyikan riak sendu di wajah cantik itu.“Aku berubah pikiran, aku tidak bisa mempekerjakanmu di perusahaan ini,” ucap Mahesa yang seketika membuat Athalia mengangkat kepala dan mengernyitkan alis.“Tapi kau jangan khawatir, Athalia. Ada pekerjaan lain yang kurasa lebih cocok untukmu.” 
Baca selengkapnya

Pernikahan yang Diundur

Ini sudah larut malam. Namun Mahesa tak beranjak menuju kamarnya untuk tidur atau sekadar beristirahat. Padahal pekerjaan di kantor hari ini cukup melelahkannya.Dan sekarang, Mahesa mengangkat gelas berisi sampanye, meneguknya hingga tandas. Entah gelas keberapa yang ia habiskan kali ini. Yang jelas, kepalanya sudah mulai berdenyut.Tapi amarah, kekesalan dan semua yang tertahan di dalam dadanya ingin ia luapkan dengan minum sepuas yang ia bisa. Kalau perlu sampai ia benar-benar puas dan mabuk.“Papa pikir kau sudah tidur.”  tiba-tiba suara Leuwis terdengar tak jauh di belakang tubuhnya.Mahesa malas untuk menoleh, ia mencoba abai dan melanjutkan minumnya.“Apa yang sedang mengganggu pikiranmu sampai kau minum sebanyak itu?” tanya Leuwis melangkah menghampiri Mahesa.“Bukan urusan Papa.”“Tentu menjadi urusan Papa karena kau anak Papa.” Mahesa meletakkan gelas di atas meja minibar, ke
Baca selengkapnya

Suruh Datang

Begitu mendengar kabar dari Bik Inah bahwa cucu mereka sedang sakit, Rita dan Damar langsung pergi ke rumah Dean. Bahkan mereka sampai rela membatalkan penerbangan ke Surabaya hanya agar bisa melihat keadaan Dirly.Hancur hati mereka saat melihat kondisi Dirly yang lemah.  Sebelah tangannya dihias oleh selang infusan.“Dirly, ayo makan dulu! Nenek suapin ya, sayang.” duduk di samping ranjang Dirly, Rita menyodorkan sendok ke depan mulut cucunya, berharap Dirly mau membuka mulut dan menelan makanannya.Namun bocah itu tetap terdiam. Hanya menunduk dengan tatapan yang lesu.“Dirly, kau ingin pergi ke toko buku dan membeli koleksi komik lagi, ‘kan? Papa akan mengajakmu ke sana. Tapi kau harus menghabiskan makananmu. Apa kau masih ingat yang pernah Papa katakan? Jagoan tidak pernah cengeng.” Dean berkata karena melihat mata Dirly yang memang memerah tanda habis menangis.Sejak tadi pagi, Dirly belum memasukan apa pun ke dalam p
Baca selengkapnya

Tanggal Istimewa

Mahesa tidak tahu mengapa tiba-tiba dirinya merasa aneh seperti ini.Hari ini, mendadak ia ingin sekali melihat wajah Athalia. Benar-benar hal yang sangat membingungkan dirinya.Bagaimana tidak, Mahesa membenci Athalia dan selama ini selalu merendahkan wanita itu. Tapi saat ini ia justru sangat ingin bertemu dan melihat wajah Athalia yang membuatnya gelisah.“Hhh … apa aku sudah gila? Untuk apa melihat wajahnya? Apa untungnya melihat wanita itu. Dia bukan aktris, juga bukan model papan atas. Sama sekali tak ada yang menarik dari dirinya,” ucap Mahesa dengan ketus.“Lebih baik aku kembali bekerja agar otakku sedikit waras.” Mahesa memajukan kursinya dan mulai membuka laporan yang harus ia periksa.Satu per satu lembar laporan itu ia buka. Tapi benaknya tetap saja tak bisa fokus.Bahkan kini matanya mulai menghianatinya. Mata Mahesa melirik ke arah ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Mahesa me
Baca selengkapnya

Apa Kita akan Bertemu Lagi?

Setelah makan dan minum obat, akhirnya Dirly tertidur dengan diiringi oleh lantunan suara Athalia yang menyanyikan lagu kesukaan bocah itu.Sejenak Athalia sibuk memandangi wajah polos Dirly. Athalia mendesah pelan seraya menjerit dalam hati.“Tuhan, apakah setelah ini aku masih bisa melihat wajahnya? Sungguh, aku tak pernah merasa sedalam ini mencintai seorang anak kecil yang bukan darah dagingku sendiri,” ucap Athalia dalam hati.Tanpa sadar, mata Athalia memanas dan setetes air meluncur melewati pipinya. Athalia segera mengerjap dan menghapus air mata itu, lantas beranjak mengaitkan tas selempangnya di pundak untuk kemudian berjalan keluar dari kamar Dirly.Sudah waktunya Athalia untuk pulang!Setiap langkah menuruni anak tangga, rasanya begitu berat. Sebab langkah itu  akan menjauhkannya dari Dirly. Entah apakah bocah itu akan kembali menanyakan dirinya saat bangun nanti?“Kau sudah selesai memberikan makan dan obat pada Dirly
Baca selengkapnya

Pengorbanan untuk Keluarga

Athalia terkejut dan senang saat melihat Sisy—temannya yang dulu bekerja di restoran milik Dean, kini berkunjung ke rumahnya.Sisy tersenyum ketika menyentuh perut Athalia yang tertutupi oleh piyama over size.“Apakah dia sering gerak-gerak?” tanya Sisy, Athalia menjawab dengan senyum dan anggukan.“Ya, dia sudah mulai aktif bergerak.”“Kau terlihat sedikit lebih kurus daripada terakhir kali aku melihatmu,” ucap Sisy, menjauhkan tangannya dari perut Athalia. Matanya mengamati tubuh Athalia.“Benarkah?” Athalia meringis, sebab ia pun merasa apa yang dikatakan oleh Sisy memang benar.Athalia terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini. Masalah dirinya yang tak bisa bertemu Dirly, masalah Damar yang membencinya, juga masalah kerinduannya terhadap Mahesa. Jujur, sosok Mahesa seperti dominan mengisi hati Athalia hingga Athalia begitu sulit melenyapkannya meski seribu kali Mahesa mematahkan perasaann
Baca selengkapnya

Terkejut Saling Bertemu

Malam ini acara awards digelar di sebuah gedung luas yang tertutup. Seperti yang dikatakan oleh Sisy, ada ruangan khusus untuk artis-artis tertentu yang menjadi tamu spesial.Athalia pun sedang mengerjakan tugasnya. Bukan cuma ia saja yang bertugas membersihkan dan melayani artis di sana. Ada sekitar empat orang lainnya yang berkerja sepertinya.Ada LCD besar di dalam ruangan khusus itu yang menampilkan setiap rangkaian acara awards di atas panggung. Para artis yang diundang khusus, mereka cukup duduk di ruangan khusus itu dengan sofa empuk—di sana. Kemudian menikmati tayangan sambil mengobrol santai sambil menikmati jamuan yang disediakan.Dan Athalia tidak tahu kalau salah satu artis yang diundang secara khusus itu adalah Kiran Ardelia.“Mahesa, nanti akan banyak wartawan yang meliput kita saat kita keluar dari mobil. Aku minta kau tersenyum walau sedikit saja, tunjukan kalau kau adalah kekasihku yang sangat romantis.” mobil mewah Mahesa berhe
Baca selengkapnya

Menyentuh Perut Athalia

“Kau pasti melakukannya dengan sengaja, ‘kan? Kau kesal melihat bermesraan dengan Mahesa? Kau iri, jadi kau menumpahkan minuman itu untuk mempermalukanku?!” sentak Kiran sambil menunjuk-nunjuk wajah Athalia.Athalia terhenyak mendengar tuduhan Kiran. Para artis yang lain langsung berdiri dan menatap Athalia dengan sorot mencemooh.“Ya ampun, Kiran. Ini gaun mahal  dan dia mengotorinya. Padahal nanti kau akan tampil di atas panggung. Dia harus diberi pelajaran, Kiran. Bahkan gajinya saja tidak bisa menggantikan seujung kuku pun dari harga gaunmu,” ucap Arumi, tangannya menyentuh gaun Kiran.“Hanya masalah gaun. Kurasa tidak perlu diperpanjang lagi. Akan kubelikan gaun yang lebih mahal dari itu.” Mahesa yang sejak tadi diam, kini membuka suara dan membuat semua pasang mata menatap ke arahnya.“What? Kau bilang hanya gaun? Sayang, ini gaun yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari. Aku membelinya dengan harga yang sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
29
DMCA.com Protection Status