Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 11 - Chapter 20

283 Chapters

Athalia lebih Berharga

Di sisi lain, Mahesa langsung menggendong Athalia. Otomatis, wanita itu melingkarkan kedua lengannya di leher Mahesa. Hal ini jelas membuat semua orang terkejut melihat tubuh basah kuyup Mahesa dan Athalia. Mereka bertanya-tanya, apa yang membuat tubuh mereka basah seperti itu? Jessica dan Leuwis pun sama terkejutnya. “Mahesa. Kau mau ke mana? Mengapa tubuhmu basah kuyup? Lalu kenapa kau menggendong wanita itu?” menghampiri Mahesa, Leuwis segera memberondongnya dengan pertanyaan. Mahesa menghentikan langkah, ia memutar kepalanya dan menoleh pada Leuwis. “Athalia tenggelam di kolam renang. Dan aku yakin kalau kejadian ini bukan kebetulan. Ada seseorang yang sengaja mendorongnya. Begitu pesta selesai, aku ingin bicara dengan Papa dan semua anak-anak tiri Papa,” ucap Mahesa lantas berlalu meninggalkan Leuwis begitu saja. Leuwis menatap bingung pada punggung tegap Mahesa yang perlahan menjauh. “Jadi sekretarisnya Mahesa tenggelam? Bagaimana bisa? Apa iya ada orang yang sengaja me
Read more

Tiba-tiba Perhatian

"Detik ini aku memberimu peringatan untuk tidak mencoba menyakiti Athalia lagi. Jika kau berani melakukannya, maka aku tidak akan segan membalasnya dengan menggunakan tanganku sendiri! Camkan itu baik-baik!" desis Mahesa sambil menghujamkan tatapan penuh kemarahan pada Bianca."Sayang! Lihat kelakuan putramu! Apa yang dia lakukan pada Bianca.” Jessica mengadu pada Leuwis.Dengan emosi, Leuwis menggertakkan gigi dan menatap Mahesa dengan tajam. “Pulanglah sekarang, Mahesa! Jangan membuat keributan lagi di rumahku. Aku mengundangmu kemari untuk ikut merayakan pesta ulang tahun ibu tirimu. Bukan untuk membuat kegaduhan seperti ini!”Dengan entengnya Mahesa menjawab. “Bahkan tanpa diminta pun, aku memang akan pulang sekarang. Lagipula aku muak lebih lama berada di sekitar orang-orang licik seperti kalian! Selamat malam!” Mahesa membalikan badannya, berjalan tegas keluar meninggalkan semua orang yang saat ini sedang menatap tajam punggung lebarnya.Tapi Mahesa tak peduli. Yang jelas sekara
Read more

Pengganggu Suasana

"Sudah selesai. Apa yang kau rasakan sekarang? Apakah lukamu masih sakit?" Mahesa bertanya sambil menyetuh pelan luka Athalia. "Tidak. Sekarang sudah jauh lebih baik. Terimakasih banyak.""Hmmm ... " Athalia memanyunkan bibirnya, saat lelaki itu hanya menjawabnya dengan dehaman. Selesai mengobati luka di sikut Athalia, Mahesa kembali memasukan salep ke dalam kotak obat, menutup kotak obat itu dengan rapat. Sampai suara bell yang terdengar, membuat kepala mereka sama-sama menoleh ke arah pintu. "Siapa yang datang?" gumam Athalia bertanya-tanya. Suaranya yang pelan masih mampu terdengar oleh telinga Mahesa. "Paling juga yang datang Jossy dan Ambar," tebak Mahesa asal. Jossy dan Ambar adalah dua orang pelayan yang selalu datang di pagi hari dan pulang sore hari di apartmen milik Mahesa. "Tapi apa iya mereka akan datang sepagi ini?" Athalia sedikit ragu. "Biar aku yang membukanya," kata Mahesa lalu berjalan menuju pintu. Tangannya membuka daun pintu itu, akan tetapi setelahnya, Mah
Read more

Jangan Ikut Campur

“Lepaskan aku! Kau tidak perlu mendorong-dorong tubuhku seperti ini! Tanpa kau minta pun, aku memang akan pergi.” Leuwis menyentak tangan Mahesa, kemudian ia membenarkan kelepak jassnya. Leuwis menatap Mahesa dengan sedikit perasaan takut yang ia sembunyikan. Pasalnya, Mahesa menatapnya dengan mata yang dingin dan begitu tajam. Leuwis pun keluar dan Mahesa segera menutup pintu apartmennya rapat-rapat. Mahesa tidak ingin Leuwis datang lagi dan kembali menyakitinya dengan cara membuka semua luka di masa lalunya.“Dia tidak boleh kembali! Dia tidak boleh kembali!” gumam Mahesa mengunci pintu apartmennya dengan bibir yang sedikit gemetar.Setelahnya, Mahesa mendudukan dirinya di sofa dengan tangan yang sedikit gemetar pula. Ini adalah hal yang kerap terjadi padanya ketika ia teringat dengan masa lalunya yang kelam.Mahesa menangkup wajahnya dengan kedua tangan, meremas rambutnya dengan mata yang memanas menahan tangis.Tangannya bergetar setiap kali habis berdebat dengan Leuwis soal San
Read more

Kedatangan Ayaz ke Apartmen Mahesa

Athalia kembali menatap Mahesa. Tapi seperti yang Mahesa bilang, Athalia sama sekali tidak jera. ‘Mahesa tidak mau mengunjungi psikolog. Mungkin dia tidak sadar kalau ada masalah dengan dirinya. Aku sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Justru aku merasa kasihan. Dia tampan, kaya, memiliki kehidupan mewah yang diimpikan banyak orang. Tetapi hatinya kosong. Aku sama sekali tidak melihat ada kebahagiaan dalam dirinya,’ gumam Athalia dalam hati.Merasa puas telah memberikan pelajaran dan hukuman pada Athalia, Mahesa pun kembali melajukan mobil menuju kantor.*** Sementara itu, di kantor, kabar tentang kedekatan Athalia dan Mahesa tampaknya mulai merebak dan tercium oleh sebagian besar karyawan. Banyak yang merasa cemburu tapi mencoba mengabaikan masalah itu. Para model cantik kelas atas yang biasa dipanggil Mahesa pun ketar-ketir. Mereka bingung, entah mengapa Mahesa tidak pernah meminta mereka datang ke perusahaannya untuk sekadar bermain dan memanjakannya di sana.Siang ini At
Read more

Nyaris Disentuh Ayaz

Athalia mencoba menahan tubuh Ayaz agar tidak maju lagi ke dalam apartmen itu. “Tolong pergi dari sini! Aku bisa berteriak untuk mengusirmu!” Athalia mendorong dada Ayaz yang bidang, namun sayangnya tubuh tegap dan jangkung lelaki itu tak bergerak sedikitpun. Ternyata tenaga Athalia terlalu lemah untuk Ayaz yang seorang lelaki berperawakan atletis.“Silakan saja jika kau ingin berteriak. Tapi biar kuberitahu, teriakanmu itu hanya akan menjadi sia-sia saja. Kau tidak akan bisa mencegahku untuk mengganggumu, Athalia!” kata Ayaz yang tanpa diduga malah mendorong tubuh Athalia hingga mundur beberapa langkah ke belakang.“Aakhh … “ beruntung Athalia tidak sampai terjatuh karena dorongan Ayaz tidak terlalu keras.“Apa yang kau lakukan?! Jangan kunci pintunya!” Athalia berteriak histeris saat Ayaz memanfaatkan kesempatan itu untuk mengunci pintu apartmennya.Begitu kuncinya sudah aman, Ayaz menoleh ke arah Athalia dengan seringaian yang membuat tubuh Athalia serasa merinding.“Tenang, Atha
Read more

Diselamatkan Mahesa

Mahesa tidak tahan. Jika sejak dulu ia selalu menahan diri untuk tidak memukuli Ayaz karena takut Leuwis datang dan memarahinya dengan cara membuka masa lalunya.Tapi sekarang, cukup sudah! Mahesa sudah terlalu banyak diam. Ia akan meluapkan puncak kemarahannya pada Ayaz. Ia tidak suka melihat Ayaz yang mencoba menyentuh miliknya.“Mahesa cukup! Aku mohon cukup! Hentikan, Mahesa! Nanti dia bisa mati!” Athalia berteriak, menjerit panik saat melihat Ayaz yang sudah terkapar di lantai dengan banyak luka lebam di tubuhnya.Tapi Mahesa tidak mendengarkan Athalia. Ia berjongkok di atas perut Ayaz, tangannya makin bersemangat meninju rahang adik tirinya itu dengan penuh emosi.Padahal Ayaz sudah tidak berdaya. Meski sempat melawan, tentu saja Ayaz akan kalah dengan
Read more

Perjanjian Satu Bulan

"Selamat pagi, Tuan Mahesa! Aku membawakan kopi untukmu."Membuka pintu ruang kerja Mahesa, Athalia datang sambil membawa nampan dan secangkir kopi di tangannya."Terimakasih. Simpan saja di sana," titah Mahesa sambil tetap memokuskan pandangannya ke arah monitor di depannya.Athalia menaruh cangkir itu tepat di atas meja kerja Mahesa, sesuai apa yang diperintahkan oleh lelaki itu padanya.Sambil matanya tetap fokus pada layar monitor, sambil tangan kanannya meraih cangkir kopi itu, kemudian mengangkatnya, mendekatkan ke mulut.Namun tak sampai satu detik, Mahesa langsung memekik dan memuntahkan kopinya dengan wajah meringis."Sssh ... panas!" katanya sambil mengusap bibirnya yang
Read more

Gaun untuk Athalia

Meski dengan bibir yang manyun lima senti, Athalia tetap mengekori Mahesa di belakangnya. Langkah Mahesa memasuki sebuah toko pakaian dengan merek bergengsi. Athalia tahu sekali kalau merek itu sangat dikenal dengan harganya yang mahal. "Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" seorang  pramuniaga wanita langsung menghampiri Mahesa dan bertanya. Dari wajahnya yang memerah, tampak sekali kalau pramuniaga itu sedang mencuri-curi perhatian Mahesa. Mungkin dia terkejut melihat lelaki setampan dan segagah Mahesa tiba-tiba masuk ke dalam tokonya. "Aku ingin membeli gaun malam. Bisakah kau tunjukan mana gaun malah terbaik yang ada di sini?" tanya Mahesa. Pertanyaan itu seketika membuat si pr
Read more

So Beautiful

Athalia tahu kalau ucapan Mahesa hanya untuk menyindirnya. Mungkin lelaki itu menahan tawa melihat Athalia yang mati-matian menahan rasa malu dan gugupnya.“Kau menyuruhku mengenakan baju ini? Padahal apa bedanya aku mengenakan baju ini dengan tanpa berpakaian?” Athalia mengerucutkan bibirnya.Mahesa tersenyum semakin miring.“Jadi … kau lebih suka tampi tanpa pakaian di depanku daripada mengenakan lingeri ini?” ejeknya membuat Athalia melebarkan mata.“Bukan! Bukan itu maksudku!” Athalia hendak mengelak.“Ssssttt … “ tapi Mahesa lebih dulu menempelkan telunjuknya di bibir wanita itu. Hingga membuat ucapan Athalia terhenti.
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status