Share

Jangan Ikut Campur

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 12:56:54

“Lepaskan aku! Kau tidak perlu mendorong-dorong tubuhku seperti ini! Tanpa kau minta pun, aku memang akan pergi.” Leuwis menyentak tangan Mahesa, kemudian ia membenarkan kelepak jassnya.

Leuwis menatap Mahesa dengan sedikit perasaan takut yang ia sembunyikan. Pasalnya, Mahesa menatapnya dengan mata yang dingin dan begitu tajam. Leuwis pun keluar dan Mahesa segera menutup pintu apartmennya rapat-rapat.

Mahesa tidak ingin Leuwis datang lagi dan kembali menyakitinya dengan cara membuka semua luka di masa lalunya.

“Dia tidak boleh kembali! Dia tidak boleh kembali!” gumam Mahesa mengunci pintu apartmennya dengan bibir yang sedikit gemetar.

Setelahnya, Mahesa mendudukan dirinya di sofa dengan tangan yang sedikit gemetar pula. Ini adalah hal yang kerap terjadi padanya ketika ia teringat dengan masa lalunya yang kelam.

Mahesa menangkup wajahnya dengan kedua tangan, meremas rambutnya dengan mata yang memanas menahan tangis.

Tangannya bergetar setiap kali habis berdebat dengan Leuwis soal San
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Haniubay
heemh kambuh lagi mode judesnya Mahesa
goodnovel comment avatar
Chintya Wijaya
kenapa jadi mahesa anderson?? bukannya mahesa narendra,seperti nama perusahaannya narendra company..hmmmm
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
hukuman yg sedikit beda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Kedatangan Ayaz ke Apartmen Mahesa

    Athalia kembali menatap Mahesa. Tapi seperti yang Mahesa bilang, Athalia sama sekali tidak jera. ‘Mahesa tidak mau mengunjungi psikolog. Mungkin dia tidak sadar kalau ada masalah dengan dirinya. Aku sama sekali tidak takut dengan ancamannya. Justru aku merasa kasihan. Dia tampan, kaya, memiliki kehidupan mewah yang diimpikan banyak orang. Tetapi hatinya kosong. Aku sama sekali tidak melihat ada kebahagiaan dalam dirinya,’ gumam Athalia dalam hati.Merasa puas telah memberikan pelajaran dan hukuman pada Athalia, Mahesa pun kembali melajukan mobil menuju kantor.*** Sementara itu, di kantor, kabar tentang kedekatan Athalia dan Mahesa tampaknya mulai merebak dan tercium oleh sebagian besar karyawan. Banyak yang merasa cemburu tapi mencoba mengabaikan masalah itu. Para model cantik kelas atas yang biasa dipanggil Mahesa pun ketar-ketir. Mereka bingung, entah mengapa Mahesa tidak pernah meminta mereka datang ke perusahaannya untuk sekadar bermain dan memanjakannya di sana.Siang ini At

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Nyaris Disentuh Ayaz

    Athalia mencoba menahan tubuh Ayaz agar tidak maju lagi ke dalam apartmen itu. “Tolong pergi dari sini! Aku bisa berteriak untuk mengusirmu!” Athalia mendorong dada Ayaz yang bidang, namun sayangnya tubuh tegap dan jangkung lelaki itu tak bergerak sedikitpun. Ternyata tenaga Athalia terlalu lemah untuk Ayaz yang seorang lelaki berperawakan atletis.“Silakan saja jika kau ingin berteriak. Tapi biar kuberitahu, teriakanmu itu hanya akan menjadi sia-sia saja. Kau tidak akan bisa mencegahku untuk mengganggumu, Athalia!” kata Ayaz yang tanpa diduga malah mendorong tubuh Athalia hingga mundur beberapa langkah ke belakang.“Aakhh … “ beruntung Athalia tidak sampai terjatuh karena dorongan Ayaz tidak terlalu keras.“Apa yang kau lakukan?! Jangan kunci pintunya!” Athalia berteriak histeris saat Ayaz memanfaatkan kesempatan itu untuk mengunci pintu apartmennya.Begitu kuncinya sudah aman, Ayaz menoleh ke arah Athalia dengan seringaian yang membuat tubuh Athalia serasa merinding.“Tenang, Atha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan Mahesa

    Mahesa tidak tahan. Jika sejak dulu ia selalu menahan diri untuk tidak memukuli Ayaz karena takut Leuwis datang dan memarahinya dengan cara membuka masa lalunya.Tapi sekarang, cukup sudah! Mahesa sudah terlalu banyak diam. Ia akan meluapkan puncak kemarahannya pada Ayaz. Ia tidak suka melihat Ayaz yang mencoba menyentuh miliknya.“Mahesa cukup! Aku mohon cukup! Hentikan, Mahesa! Nanti dia bisa mati!” Athalia berteriak, menjerit panik saat melihat Ayaz yang sudah terkapar di lantai dengan banyak luka lebam di tubuhnya.Tapi Mahesa tidak mendengarkan Athalia. Ia berjongkok di atas perut Ayaz, tangannya makin bersemangat meninju rahang adik tirinya itu dengan penuh emosi.Padahal Ayaz sudah tidak berdaya. Meski sempat melawan, tentu saja Ayaz akan kalah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perjanjian Satu Bulan

    "Selamat pagi, Tuan Mahesa! Aku membawakan kopi untukmu."Membuka pintu ruang kerja Mahesa, Athalia datang sambil membawa nampan dan secangkir kopi di tangannya."Terimakasih. Simpan saja di sana," titah Mahesa sambil tetap memokuskan pandangannya ke arah monitor di depannya.Athalia menaruh cangkir itu tepat di atas meja kerja Mahesa, sesuai apa yang diperintahkan oleh lelaki itu padanya.Sambil matanya tetap fokus pada layar monitor, sambil tangan kanannya meraih cangkir kopi itu, kemudian mengangkatnya, mendekatkan ke mulut.Namun tak sampai satu detik, Mahesa langsung memekik dan memuntahkan kopinya dengan wajah meringis."Sssh ... panas!" katanya sambil mengusap bibirnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Gaun untuk Athalia

    Meski dengan bibir yang manyun lima senti, Athalia tetap mengekori Mahesa di belakangnya.Langkah Mahesa memasuki sebuah toko pakaian dengan merek bergengsi. Athalia tahu sekali kalau merek itu sangat dikenal dengan harganya yang mahal."Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" seorang pramuniaga wanita langsung menghampiri Mahesa dan bertanya.Dari wajahnya yang memerah, tampak sekali kalau pramuniaga itu sedang mencuri-curi perhatian Mahesa. Mungkin dia terkejut melihat lelaki setampan dan segagah Mahesa tiba-tiba masuk ke dalam tokonya."Aku ingin membeli gaun malam. Bisakah kau tunjukan mana gaun malah terbaik yang ada di sini?" tanya Mahesa.Pertanyaan itu seketika membuat si pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   So Beautiful

    Athalia tahu kalau ucapan Mahesa hanya untuk menyindirnya. Mungkin lelaki itu menahan tawa melihat Athalia yang mati-matian menahan rasa malu dan gugupnya.“Kau menyuruhku mengenakan baju ini? Padahal apa bedanya aku mengenakan baju ini dengan tanpa berpakaian?” Athalia mengerucutkan bibirnya.Mahesa tersenyum semakin miring.“Jadi … kau lebih suka tampi tanpa pakaian di depanku daripada mengenakan lingeri ini?” ejeknya membuat Athalia melebarkan mata.“Bukan! Bukan itu maksudku!” Athalia hendak mengelak.“Ssssttt … “ tapi Mahesa lebih dulu menempelkan telunjuknya di bibir wanita itu. Hingga membuat ucapan Athalia terhenti.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Cacing Betina

    “Jangan lupa, Athalia! Nanti kau harus makan siang denganku! Jangan lagi pergi ke pantry!” Mahesa mengingatkan sembari kaki mereka melangkah di baseman apartmen.Mereka berjalan beriringan. Athalia menganggukan kepalanya.“Baik. Nanti aku akan makan siang denganmu,” jawabnya yang membuat Mahesa tersenyum puas.“Bagus!”Baru saja Mahesa akan melangkah makin mendekati mobil mewahnya, seketika Mahesa langsung membuang napas kesal saat matanya melihat mobil Bianca yang juga ada di sana. Terparkir tepat di samping mobilnya.Melihat Mahesa, Bianca segera turun dari mobilnya dan berseru melambaikan tangan sambil menyunggingkan senyum lebarnya yang di mata Mahesa tak terlihat cant

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Mengungkit Masa Lalu yang Kelam

    Mahesa juga segera mengatakan bahwa ia tidak ingin berdebat dengan Leuwis.Tentu saja! Leuwis selalu bisa mengalahkannya dengan mengungkit semua masa lalu terburuk yang pernah Mahesa alami. Masa lalu yang sangat tidak ingin Mahesa ingat. Saat ia dipukul, ditampar, dilempari barang, diabaikan kedua orang tuanya, atau ditinggalkan oleh ibunya demi seorang lelaki kaya raya, semua itu adalah kenangan pahit dalam masa lalu Mahesa.Setiap kali mengingat serpihan kenangan dalam masa lalunya, Mahesa pasti akan merasa sangat ketakutan dan parahnya, ia tidak bisa mengendalikan rasa takutnya itu.‘Mengapa kau memukuli Ayaz? Kau membuatnya babak belur, Mahesa! Sejak kapan kau bersikap seperti seorang preman? Sudah kubilang, jangan pernah mencoba keahlian bela dirimu pada Ayaz! Dia itu saudaramu!’ tanya Leuwis dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status