Home / Pernikahan / Kebangkitan Istri Yang Diabaikan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Kebangkitan Istri Yang Diabaikan: Chapter 161 - Chapter 170

189 Chapters

Bab 161. Mangkuk Keramik  

"Aku beri kamu waktu untuk memikirkannya, ada waktu dua jam dari sekarang. Setelah selesai rapat, aku akan kesini lagi dan meminta jawaban darimu, aku harap kamu tidak mengecewakanku!" kata Wei sambil beranjak dari kursinya dan berlalu dari ruangan tersebut, diikuti oleh Joy."Bos, apakah dia akan mengaku?" tanya Joy tidak yakin."Kita lihat saja nanti!" kata Wei tidak peduli.Apapun hasil akhirnya, Wei akan memastikan kalau dia tidak akan pernah menjadi pihak yang dirugikan oleh siapapun.Sementara itu Beni mulai membentur-benturkan kepalanya merasa tidak berdaya. Dia merasa serba salah. Maju atau mundur dia tetap akan mencelakai anak dan istrinya. Apa yang harus dia lakukan?Tiba-tiba pintu kembali terbuka dan seseorang yang mengenakan topeng masuk ke dalam ruangan dengan mangkuk keramik di tangannya yang bersarung tangan karet."Siapa kamu?" tanya Beni sambil mengerutkan kening.Apakah dia orang suruhan Wei?"Tidak penting siapa aku, yang penting sekarang, kamu harus minum ini!"
Read more

Bab 162, Pandai Menarik Lebah

"Bos, semua sudah ada di sini!" kata Joy setelah memasuki ruang kantor Wei bersama semua anak buahnya yang berjaga di sekitar ruangan tempat Beni di tahan."Tadi siapa yang mengatakan telah melihat Beni terakhir kalinya?" tanya Wei sambil menatap semua anak buah Joy."A-aku ... aku yang melihatnya, Bos. Namun, ketika aku melihatnya, dia masih dalam kondisi baik-baik saja," kata salah seorang pria berpakaian kulit hitam maju ke depan."Apa yang kamu lakukan saat itu?" tanya Wei tanpa basa-basi."Aku hanya memberinya minum.""Siapa yang menyuruhmu memberinya minum?" kejar Wei."A-aku ...."Joy mengerutkan kening melihat anak buahnya tampak gugup dan terbata-bata menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Wei."Tahan dia! Jangan biarkan lolos, apalagi sampai bunuh diri!" kata Wei kepada Joy tegas.Semua orang di dalam ruangan tersebut tercengang mendengar perintah Wei."Bos! Bukan aku yang membunuhnya! a-aku ....""Tunggu apa lagi? Apakah harus aku yang membawanya?" tanya Wei sambil m
Read more

Bab 163. Tidak Saling Berbicara   

"Bos, dia sudah mengaku, apakah dia sudah bisa dilepaskan?" tanya Joy dari kamera pin di depannya."Dilepaskan? Lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas kematian Beni dan menjadi saksi di pengadilan nanti?" tanya Wei sinis." ... jadi apa yang harus dilakukan terhadapnya?""Sembunyikan dia di tempat yang aman dulu. Jaga dengan ketat! Jangan sampai ada kecelakaan seperti yang Beni alami!""Yakin."Setelah mendengar jawaban Joy, Wei mematikan laptopnya dan mengurut pelipisnya yang terasa berdenyut sakit.'Apakah pria itu benar-benar mantan kekasih istriku? Jangan-jangan ini yang menjadi sebab Ara ingin bercerai denganku kemarin-kemarin,' batin Wei dengan wajah gelap.Wei memutuskan untuk menjebloskan Joan ke penjara bagaimanapun caranya.Di Prancis ...."Jadi orang suruhanmu berhasil membungkam Beni tapi dia sendiri tertangkap? Bodoh sekali!" kata Joan ketika dia di hubungi oleh orang kepercayaannya yang berada di Indonesia."Bos, Wei bukan pengusaha kecil, bahkan orang tuanya juga m
Read more

Bab 164. Menawarkan Diri?  

Harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan itu semua, apalagi Wei telah banyak melakukan kesalahan kepada dirinya.'Aku tidak bisa membiarkan diriku terus ditindas, sekalipun itu adalah Wei, pria yang aku cintai,' batin Ara penuh tekad.Jika Wei tidak mau mengalah, maka Ara akan meninggalkannya. Tidak mungkin Ara terus bertahan pada hubungan yang tidak menyenangkan seperti yang saat ini dia jalani.Ara masuk kembali ke dalam kamar tanpa banyak cakap, membuat Nina menghela napas panjang melihat sikapnya ini."Akhirnya kamu keluar juga," kata Nina ketika melihat Wei keluar dari ruang kerjanya."Ada apa, Ma?""Harusnya Mama yang bertanya seperti itu, ada apa antara kamu dan Ara? Mengapa sikap kalian menjadi aneh?" "Aneh bagaimana?""Jangan pura-pura, Mama bisa merasakan kalau hubungan kalian menjadi renggang kembali setelah ingatanmu pulih ... Wei, tidak bisakah kamu bersikap seperti ketika kamu hilang ingatan kemarin?" "Apa maksud Mama?""Kamu dan Ara begitu dekat dan lengket ketika
Read more

Bab 165. Kecemburuan Yang Meletus   

Ara membelalakkan mata dan menegang merasakan sesuatu yang mulai bereaksi di pangkuan Wei yang membuat wajah Ara dalam sekejap berubah memerah."Kamu nakal!" kata Ara mendelik kesal ke arah Wei."Ini belum seberapa, aku bisa lebih nakal lagi dari ini. Bukankah kamu pernah merasakannya?" tanya Wei serius dengan mata berkilat penuh keinginan."Jangan main-main, ini masih sore!" kata Ara sambil berusaha mendorong tubuh Wei yang terus menempel ke arahnya."Apakah kita harus menunggu sampai semua penghuni rumah ini tidur?""Kamu ....""Apa yang kamu takutkan? Kamar ini kedap suara, mereka tidak akan bisa mendengarkan apa yang kita lakukan, sekalipun kamu berteriak kencang.""Wei!" geram Ara kesal.Bukankah mereka sedang perang dingin? Mengapa sekarang Wei malah bersikap seperti ini? Dimana Wei yang memperlakukannya dengan dingin dan canggung ketika dia mulai mendapatkan ingatannya kembali? "Panggil namaku sekali lagi dan aku akan melakukannya di sini!" bisik Wei sungguh-sungguh.Panggilan
Read more

Bab 166. Mantan Pacar?

Sejak kecil Wei diajarkan untuk menyembunyikan apa yang dia rasakan agar tidak ada satupun orang yang bisa memanfaatkan perasaanya. Kata papanya, merupakan kesalahan fatal bagi seorang pengusaha jika dia terlalu mengumbar perasaannya hingga bisa dilihat oleh semua orang.Kesukaannya kepada seseorang juga bisa menjadi senjata yang baik bagi lawan bisnisnya. Itu sebabnya Wei enggan memperlihatkan perasaanya kepada Ara secara jelas. Dia takut Ara menjadi sasaran empuk lawan bisnisnya.Wei terus memandangi istrinya hingga tertidur pulas.Pagi harinya ....Nina menatap anak dan menantunya dengan senyum terkembang."Apakah kalian sudah berbaikan?" tanya Nina tidak dapat menyembunyikan wajah bahagianya melihat anak laki-lakinya sedang mengambilkan Ara lauk yang letaknya jauh dari istrinya tersebut."Ma, memangnya kapan kita tidak baikan?" tanya Wei sambil terus melayani Ara.Wuzini tampak mengerutkan kening melihat sikap Wei yang berbeda hari ini.'Anak ini, apakah dia ingin menjadi budak
Read more

Bab 167. Harus Cepat Mengumumkan 

"Bukankah itu kenyataan? Kata kaki tangannya, Joan melakukan semua itu karena kesal mendengar kita telah menikah," kata Wei sambil terus menatap Ara acuh tak acuh.Wei benar-benar tidak mengerti, bukankah sebelum ke Prancis Ara sudah menjadi istrinya? Mereka hanya terpisah lima tahun dan Ara sudah memiliki kekasih lain. Tidak hanya Joan tapi ada Luke juga. Sebegitu mudahkan Ara melupakan dirinya? Sekalipun saat itu Ara ingin menceraikannya tapi Wei belum menyetujuinya!"Joan?" tanya Ara terkejut."Ya, kamu pasti mengenalnya, kan?""Tidak! Aku tidak terlalu mengenalnya.""Jangan bohong!" kata Wei sambil mendengus, asam."Aku tidak bohong! Aku tidak begitu mengenalnya." "Lalu mengapa dia balas dendam kepadaku?""Aku tidak tahu ... mungkin dia masih mengira kalau aku adalah Lanara," kata Ara sambil mengerutkan keningnya.Ya! Pasti Joan mengira dia adalah lanara. Itu sebabnya dia marah ketika mendengar tentang pernikahannya dengan Wei. Tapi, apa haknya untuk marah? Bukankah mereka sud
Read more

Bab 168. Racun Bagi Menantu  

"Wei ... aku memang ingin mengatakan yang sebenarnya kepada keluargaku karena aku merindukan mereka. Tapi aku juga mempertimbangkan kesiapan dirimu, jadi ... kapan kamu merasa siap untuk menemui keluargaku bersamaku dan memberitahukan yang sebenarnya kepada mereka?" tanya Ara serius."Nanti ....""Kapan?" kejar Ara."Saat kamu sudah hamil anakku," kata Wei sambil menatap Ara tidak berkedip."Kamu mau berlindung pada anakmu yang belum lahir?" tanya Wuzini dengan nada mencibir.Seberapa pengecut anak laki-lakinya hingga untuk menghadapi mertua dan kakak iparnya saja dia harus menjadikan anaknya yang belum lahir sebagai bantuan?"Bukan begitu Pa. Jika sudah ada anak di perut Ara, mertuaku dan Arga pasti tidak akan langsung menendang aku keluar dari rumah. Mereka pasti akan memikirkan perasaan anak itu juga," kelit Wei beralasan."Alasan! Bilang saja kamu memang takut pada mereka," cibir Wuzini sambil menyesap kopi yang baru saja diberikan oleh kepala pelayan.Wei hanya mengerucutkan bibi
Read more

Bab 169. Ingin Mabuk

"Ya itu kataku tadi, mereka benar-benar keluarga yang harmonis! Malah kalau aku lihat-lihat lagi, sepertinya kedua orang tua Wei memperlakukan Ara seperti anak mereka sendiri," kata Thomas sambil melirik wajah Luke ingin mengetahui bagaimana reaksinya.Tanpa dia duga, Luke tetap terlihat santai dan biasa-biasa saja.Thomas tidak tahu, sebagian sebab Luke mau melepaskan Ara adalah karena kedua orang tua Wei yang memperlakukan Ara dengan baik, seperti kepada anak perempuan kandung mereka sendiri.Lagi pula, Luke adalah pihak yang datang belakangan dalam hubungan antara dirinya dan sepasang suami istri itu. Bagaimana mungkin Luke terus ngotot ingin mendapatkan Ara, sementara Ara tidak mencintainya dan tetap ingin mempertahankan pernikahannya dengan Wei."Apakah kamu benar-benar terlalu menganggur hingga tidak ada pekerjaan lain selain memperhatikan urusan rumah tangga orang lain?" tanya Luke acuh tak acuh."Hahaha ... ayolah, bukankah kamu juga memperhatikan mereka?" kata Thomas balik b
Read more

Bab 170. Mimpi Menakutkan 

"Aku tidak! Jika aku mabuk juga, siapa yang akan menyetir mobil pulang?""Kita bisa menginap di sini, ada kamar yang di sediakan untuk tamu," kata Luke acuh tak acuh."Sepertinya kamu sudah sering datang ke sini, apakah sepupuku tahu?" "Jangan bahas sepupumu lagi, ayo kita minum sampai mabuk.""Oke," sahut Thomas sambil menatap Luke penuh arti.Bukankah orang mabuk lebih mudah untuk mengungkap rahasianya? Siapa tahu Luke mau mengungkapkan rahasia pribadinya yang bisa dijadikan alat bagi Thomas untuk menekannya.Beberapa waktu kemudian, botol-botol di atas meja sudah berhasil di kosongkan oleh Luke dan dia sudah mulai mabuk. Sedang Thomas masih terlihat segar dan tidak terpengaruh oleh minuman tersebut.Tanpa setahu Luke, Thomas hanya minum tidak sampai setengah botol. "Apakah kamu sudah mabuk?" tanya Thomas kepada Luke sambil tersenyum."Aku tidak mabuk!" kata Luke dengan suara orang mabuk yang khas."Oh?" sahut Thomas sambil mengangkat sebelah alisnya dengan bibir berkedut.'Ck! Pe
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status