Semua Bab Menikah dengan Mantan: Bab 31 - Bab 40

190 Bab

Masih Mencintai Rachel, kan?

Indi mengedip-ngedipkan matanya setelah mendengar permintaan maaf Damian. Lalu melepaskan pelukan itu dan mundur sedikit dari suaminya. Kening Indi kemudian mengkerut saat melihat Damian menitikan air matanya. “Kamu … nangis?” tanyanya sembari menelengkan kepalanya. Baru kali ia melihat lelaki menangis di depannya. “Damian … kamu nangis? Kenapa?” tanya Indi lagi.Damian kemudian mengusap air matanya lalu menatap Indi yang masih terlihat kaget karena melihat Damian menitikan air mata di depannya. “Indi … aku minta maaf karena udah buat kamu marah. Aku nggak bermaksud untuk membandingkan kamu dengan Rachel. Jangan marah karena hal itu. Aku mohon, maafkan aku.” Damian berucap dengan sangat pelan, menahan suaranya yang ingin sekali terisak-isak. Indi menaikkan sebelah alisnya seraya menatap Damian dengan tatapan lekatnya. ‘Hemm … ternyata dia tahu kenapa gue nggak balik. Gue pikir, Damian bakalan marah besar ke gue karena nggak pulang semalaman. Ternyata dia yang merasa bersalah karen
Baca selengkapnya

Bertemu dengan Arion

Damian menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah dituduh Indi masih mencintai Rachel. “Aku nggak pernah mencintai Rachel dari awal kami kenal, terus menikah sampai dia meninggal. Hanya menghargainya sebagai istriku, tidak lebih dari itu. Karena aku tidak pernah memiliki hati bercabang. Hanya kamu yang aku cinta. Status Rachel saat itu hanya jadi istriku!” tegas Damian menjelaskan kepada Indi tentang perasaannya kepada Rachel. Indi masih menatap datar wajah Damian meski lelaki itu sudah menjelaskan semuanya tentang perasaan dia kepada Rachel. Ia kemudian meninggalkan Damian sebab waktu sudah menunjuk angka sepuluh pagi. Damian pun tidak masuk kantor karena debat dengan Indi atau mungkin Indi jauh lebih penting dari kerjaannya. Damian kemudian memijat keningnya tatkala ditinggal begitu saja oleh Indi. Masih belum mau memaafkan kesalahannya, ia masih belum bisa tenang. “Mata Damian kayak mata panda. Apa iya, dia nggak tidur semalaman?” gumam Indi sembari menggosok giginya. Meski s
Baca selengkapnya

Sabotase Mobil

Dalam perjalanan menuju rumah Arion, Damian menghubungi Indi dan entah apa yang akan dia tanyakan atau katakan kepada istrinya itu. Dengan malas, Indi menerima panggilan tersebut dengan menggeser tombol hijau di layar ponselnya. "Heung?" ucapnya dengan malas. "Kira-kira pulang jam berapa? Aku mau ajak kamu makan malam, malam ini. Mau, ya?" bujuk Damian kepada Indi agar mau ikut dengannya makan malam. Indi menghela napasnya. Ada rasa iba kepada suaminya yang terus menerus melakukan bujuk rayu agar Indi mau menerima permintaan maafnya. "Jam berapa?" tanyanya kemudian. "Jam delapan malam, Sayang." Dengan semangat, Damian menjawab pertanyaan Indi. Karena menurutnya bila Indi bertanya jam berapa makan malamnya, itu artinya dia menerima ajakannya. "Mau, yaa? Aku akan siapkan ruangan VIP untuk kita agar tidak ada yang bisa mengganggu kita. Aku ingin makan malam kita berjalan dengan lancar dan romantis." Indi tersenyum lirih mendengarnya. "Terserah. Aku masih meeting, mungkin jam enam
Baca selengkapnya

Dimulai dari Hal Kecil

Indi terkulai lemas mendengar pernyataan Arion. Ia kemudian merebahkan punggungnya dengan lemas pada sandaran sofa yang ia duduki. “A—apa kata kamu, Arion?” tanyanya dengan suara nyaris tak terdengar karena masih shock mendengar penuturan Arion yang baru ia ketahui kenyataannya.Arion menganggukkan kepalanya sembari menatap Indi dengan lekat. “Ya. Itulah kebenaran yang harus Kakak ketahui. Kak Rachel ingin membawa Kak Damian pergi bersamanya selamanya. Sengaja membuat kecelakaan itu dan akhirnya menyebabkan mereka kecelakaan.“Tapi, sayangnya Kak Rachel harus pergi sendiri karena Kak Damian masih bisa bertahan meski harus koma selama satu bulan lamanya. Kak Rachel harus merelakan Kak Damian melanjutkan hidupnya karena salah dia sendiri yang sudah menyabotase mobil itu.” Indi menutup mulutnya mendengar penuturan Arion. Lalu mengatur detak jantungnya yang sedang tidak baik-baik saja sebab baru tahu bila ada orang yang ingin mati konyol dan itu adalah istri pertama suaminya sendiri. “
Baca selengkapnya

Makan Malam Romantis

“Kamu mau nanya apa, Sayang?” tanya Damian dengan lembut. Indi menghela napasnya dengan pelan seraya menatap Damian yang tengah bersiap menjawab pertanyaan yang akan dia tanyakan kepada suaminya itu. ‘Arion bilang, Damian nggak tahu soal ini. Bahkan sopir yang bawa mereka pun masih dipenjara,’ ucapnya dalam hati. “Indi?” panggil Damian kembali. Indi kemudia menolehkan kepalanya dengan pelan kepada Damian. “Heuh?” “Kok heuh? Kan, kamu yang mau nanya ke aku.”“Oh, iyaa. Aku tadi lihat ada yang kecelakaan. Jadi inget kamu sama Rachel dulu kecelakaan dan mungkin kayak gitu. Aku mau nanya sama kamu. Apa yang menyebabkan mobil itu harus mengalami kecelakaan?”Damian menghela napasnya dengan pelan seraya menatap Indi. “Remnya blong. Ada yang coba sabotase tapi sidik jarinya udah hilang karena mobilnya hancur. Nggak tahu siapa dan akhirnya yang jadi tersangka utamanya sopir yang udah bawa kami.”Indi manggut-manggut dengan pelan kemudian menepuk lengan Damian. “Jangan diulangi lagi, nger
Baca selengkapnya

Indi jadi Parno

“Sesuatu? Apa itu?” tanya Indi ingin tahu. Damian kemudian menerbitkan senyumnya lagi. Raut wajah bahagianya tidak dapat ditutupi lagi karena malam ini adalah malam paling indah menurutnya. Sebuah kotak beludru persegi ia ambil di saku celananya kemudian diberikan kepada Indi. “Untuk kamu.” Indi mengambil kotak tersebut sembari menatap Damian yang sedari tadi menerbitkan senyumnya. Lalu membukanya dengan pelan dan melihat isi di dalam kotak tersebut.“Kalung?” Indi mengerutkan keningnya kemudian menatap Damian dengan tatapan anehnya. “Beli di Diamond Jewelry?” Damian mengedip-ngedipkan matanya. “Kok kamu tahu? Toko langganan kamu, ya?” Indi memutar bola matanya dengan pelan. “Tanpa kamu sadari, kamu udah buat aku ingat sama Rangga lagi, Damian! Itu toko punya si Rangga. Ngapain kamu beli di sana? Kayak nggak ada toko lain aja!” Damian menganga mendengar ucapan Indi. “In—Indi … a—aku benar-benar nggak tahu kalau toko itu punya Rangga. Sumpah, aku nggak tahu. Karena di sana orangn
Baca selengkapnya

Yakinkan Hati Indi

Tiga puluh menit kemudian akhirnya mereka sampai ke rumah. Damian segera membuka sabuk pengaman yang ia kenakan. “Sayang, sudah sampai.” Damian kemudian menoleh ke arah Indi setelah melepas sabuk pengaman tersebut. “Heuh? Tidur rupanya,” gumamnya kemudian membuka sabuk pengaman sang istri. “Pulas juga, tidurnya.” Lelaki itu lebih dulu keluar dari mobil lalu membuka pintu sebelah kiri yang mana Indi masih ada di dalam sana karena tertidur begitu pulas. Lalu menggendongnya masuk ke dalam seraya menatap wajah ayu milik perempuan itu dengan lembut. Seutas senyum terbit di bibir Damian kala melihat wajah damai Indi yang begitu pulas dalam tidurnya. Ia lalu merebahkan tubuh sang istri di atas tempat tidur setelah mereka tiba di dalam kamar. “Have a nice dream, Indira,” ucap Damian dengan suara lembut kemudian mengecup keningnya. “I love you,” bisiknya lagi. Ia memilih untuk mengganti pakaian terlebih dahulu sebelum tidur. Kemudian menolehkan kepalanya pada ponsel miliknya yang berderi
Baca selengkapnya

Apakah Kamu Bahagia Menikah Denganku?

Hampir lima jam lamanya Damian menunggu Indi melakukan perawatan yang dimulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Sampai ketiduran dan itu membuat hiburan tersendiri bagi Indi yang melihatnya. "Damian?" Indi membangunkan Damian yang tengah tertidur pulas di sebuah sofa ruang tunggu. Damian lantas membuka matanya kemudian menoleh ke arah Indi yang tengah duduk di sampingnya. "Sudah selesai, heum?" tanya Damian sembari mengucek matanya. "Sudah. Yuk! Beli kalung. Tapi di toko lain, bukan di tokonya Rangga." Damian menerbitkan cengiran kepada Indi kemudian beranjak dari duduknya. "Iya, Sayang. Maafin aku. Jangan diingat lagi, yaa." "Heeumm ...." Indi hanya menjawab seperti itu. Keduanya lantas keluar dari salon tersebut dan mencari toko perhiasan yang ada di sana. "Indi. Ini, untuk kamu." Damian memberikan sebuah black card kepada Indi. Perempuan itu menaikkan alisnya sembari menatap Damian. "Untuk apa ini?" tanyanya kemudian. "Untuk digunakan sebagai alat transaksi lah, Indi. M
Baca selengkapnya

Damian Bertemu Seseorang

Damian mengusap wajahnya dengan pelan setelah mendengar pertanyaan yang ditanyakan oleh istrinya itu. “Aku harus apa agar kamu bisa melihat kalau aku sangat bahagia karena sudah menikah denganmu? Ada hal yang menjanggal sampai kamu bertanya seperti itu padaku?” Damian balik bertanya kepada Indi.Perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang ingin aku dengar, Damian. Iya, atau tidak?”“Iya. Aku sangat bahagia meskipun harus menunggu kamu balik mencintaiku, Indi. Jangan bahas itu lagi, oke? Ada yang lebih penting dari itu. Belanja. Kayaknya pikiran kamu akan jernih kembali kalau sudah membeli semua yang kamu butu—“Indi meninggalkan Damian yang masih berbicara. Melangkahkan kakinya sembari mencari toko yang bisa dia kunjungi untuk membeli semua yang dia inginkan. Damian kemudian mengikutinya dan menjajarkan langkahnya di samping Indi.“Kenapa ninggalin aku?”“Kamu banyak omong.”“Kan, kamu tanya.”“Iya. Dan aku hanya meminta jawaban iya atau nggak. Dan kamu malah jawab panjang
Baca selengkapnya

Mengancam Damian

“Indiraa?” teriak Gladis—salah satu sahabat Indi. Kebetulan sekali mereka bertemu di sana. “Lagi ngapain lo, di sini? Kok sendirian? Nggak sama Damian?” tanyanya kemudian. “Damian lagi pengen ngerokok dulu katanya. Elo sendiri?”“Sendiri juga. Lagi beli apa sih? Jangan sampai khilaf lo, Indi. Kalau udah belanja biasanya elo udah kayak orang kesurupan. Nggak sadar apa yang elo beli. Suka, beli. Suka, ambil.”Indi lantas tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu. “Nggak usah khawatir. Gue dapat black card dari laki gue.”“Cieeee … udah dianggap suami ya, sekarang mah? Dulu-dulu aja manggilnya si kunyuk, kampret dan segala panggilan menjijikan semua. Udah cinta ya, lo?” tebak Gladis sembari menunjuk tepat di wajah Indi. “Apaan sih! Nggak ada! Nggak usah berasumsi yang aneh-aneh, Gladis.” Indi menyangkal ucapan perempuan itu. Gladis hanya menyunggingkan bibirnya kemudian menarik tangan Indi. “Gue punya toko jam tangan baru. Tadi gue abis ke sana. Sekalian kasih hadiah buat ayang tercint
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status