Semua Bab Menikah dengan Mantan: Bab 21 - Bab 30

190 Bab

Mengeluarkan Possesive-nya

Damian mengusap batang hidungnya saat mendengar pertanyaan dari istrinya itu. Ia hanya menatap sang istri yang tengah menunggu jawaban atas pertanyaan yang sudah dia tanyakan kepada Damian. “Damian, jawab.” Indi akhirnya mebuka suara. Damian menghela napasnya. “Aku udah pernah kasih tahu kamu kayaknya. Kami dijodohkan juga, Sayang. Aku nggak pernah dapat jodoh dari hubungan yang aku jalani, Indi. Meskipun untuk yang kedua ini karena aku sendiri yang meminta Papa agar mau menjodohkan aku dengan kamu. Kebetulan papa kita sahabatan sejak lama. “Akhirnya aku meminta Papa untuk menjodohkan aku dan meminta papa kamu agar mau memberi tahu kamu. Meskipun aku harus berjuang dulu agar kamu bisa mencintai aku. Tapi, nggak masalah. Nanti juga kamu cinta sama aku.”Pintu lift terbuka. Keduanya lantas keluar dari sana dan melangkahkan kakinya, menghampiri para pegawai yang sudah berdiri menyambut mereka. “Aku dan Rachel bertemu karena papa aku berteman baik juga dengan keluarga Rachel,” ucap Da
Baca selengkapnya

Ada Kamar Pribadi?

Indi lantas menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah sahabatnya itu. “Jangan bawa-bawa penyakit bokap gue, Manda. Gue nikah sama Damian karena ingin menjaga jantung Papa supaya sehat lagi. Karena kalau gue menolaknya sementara si Rangga kampret itu gak jadi nikahin gue, gak ada alasan untuk menolaknya.” Indi kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Gue nggak punya siapa-siapa lagi selain Papa,” ucapnya dengan lesu. Manda lantas mengusapi bahu sahabatnya itu. “Ada Damian yang akan menemani elo. Pengganti bokap elo yang nggak bisa menemani elo selamanya. Karena Om Wijaya nikahin elo sama Damian, itu karena dia nggak bisa selalu ada di samping elo.” Indi menoleh pelan kepada Manda. “Iya, Manda. Gimana, gaun buat kakak elo? Kapan meeting sama mereka? Atau, gue buatkan desain-nya dulu? Perdana ini, Manda. Dan selalu … clien dari elo.” Indi mengerucutkan bibirnya. “Kayaknya gue emang nggak bakat nyari pelanggan,” ucapnya putus asa. “Karena elo ditakdirkan jadi nyonya besar. Bukan des
Baca selengkapnya

Menuntaskan Hasrat

“Heuh?” Indi pura-pura tak paham akan pertanyaan suaminya itu. Damian lantas menaikkan kedua alisnya seraya menatap sang istri. “Ada kamar pribadi, di sini?” tanyanya kembali. Indi menelengkan kepalanya menatap Damian yang bisa-bisanya menanyakan apakah di sana ada kamar pribadi atau tidak. Ia kemudian melipat tangan di dadanya lalu menghela napasnya dengan pelan. “Terus, kalau ada … kamu mau ngapain?” tanyanya datar. Damian mengendikan bahunya. “Apa lagi kalau bukan bercinta?” Indi memutar bola matanya dengan pelan. “Di sini? Damian ….” Perempuan itu mengembungkan pipinya seraya menatap malas ke arah Damian. “Daripada di sini, nanti baju-baju kamu kotor akibat ulah kita. Lebih baik di kamar, kan?” kata Damian sembari menerbitkan senyumnya kepada istrinya itu. “Emangnya nggak bisa ditahan sampai pulang ke rumah?” tanya Indi lagi. Damian menggeleng pelan. “Mau mencoba wahana baru lagi. Aku suka mengeksplor tempat yang bisa kita gunakan. Agar tidak monoton. Supaya kamu nggak bos
Baca selengkapnya

Pertanyaan Indi

Damian mengambilnya kemudian menatapnya tak percaya. Memicingkan matanya sembari memutar-mutar botol tersebut lalu menghela napasnya dengan pelan. “Nggak di rumah, nggak di sini. Kenapa banyak sekali barang menyebalkan yang Indi simpan.” Damian geleng-geleng kepala dengan pelan lalu menyimpannya kembali. Tak lama setelahnya, Indi keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Lalu menghampiri Damian yang masih bertelanjang, berdiri di depan kulkas. “Ngapain kamu berdiri di situ? Lagi jadi model kulkas apa gimana?” tanya Indi datar. Damian menghela napasnya kembali seraya menatap sang istri dengan tatapan kesalnya. “Kenapa kamu stok beer banyak banget di sini? Mau kerja apa mau mabuk, Indi? Bisa-bisanya ada belasan beer di dalam lemari es kamu. Apa-apaan kamu, Indi?” tanya Damian memarahi Indi karena sudah menyimpan belasan botol beer di dalam sana. Indi menggigit bibir bawahnya mencari alasan yang logis. Kemudian menatap sang suami setelah mendapat ide
Baca selengkapnya

Membandingkan Indi

Damian menghela napasnya seraya menatap Indi yang tengah menunggu jawaban darinya. Ia lalu mengulas senyum dan menggenggam kedua tangan perempuan itu. “Mungkin kamu adalah jawaban doaku. Makanya aku sangat mencintai kamu. Tentunya bukan karena hormon kamu itu, bukan. Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu meskipun ada rasa takut dalam diri aku karena takut kamu main dengan laki-laki lain.” Damian kemudian melajukan mobilnya setelah menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh istrinya. Sementara Indi hanya menatap Damian, tidak merespon apa pun dan kini ia tahu kalau Damian memang benar-benar mencintainya. Ia kemudian menghela napasnya dengan pelan seraya menetralisir rasa mabuk akibat minum beer satu botol itu.Kepalanya masih pening hingga tidak dapat melihat wajah Damian dengan jelas. Kunang-kunang dan itu membuat Indi tidak nyaman. Ia lantas memilih untuk menutup matanya saja. Tidur di dalam mobil seraya menunggu sampai ke rumah mereka.Damian menelan salivanya kala melihat wajah
Baca selengkapnya

Kedatangan Adik Rachel

Indi mengedip-ngedipkan matanya mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Damian. Kemudian tersenyum miris seraya mengambil botol alkohol tersebut dan membuangnya ke dalam tong sampah yang ada di sana. “Ternyata gue yang jadi beban pikiran dia. Elo udah tahu Damian, elo udah tahu kalau sifat dan sikap gue kayak gini dari dulu. Elo sendiri yang milih gue jadi istri elo. Kenapa sekarang malah mengeluhkan prilaku gue?”Indi memutar bola matanya kemudian memilih untuk meninggalkan Damian seorang diri yang masih teler. Tidak mau mendengar semua ocehannya lagi sebab hanya akan membuatnya sakit hati dan semakin kesal kepada suaminya itu. “Pak. Pindahkan Damian ke kamar yang ada di atas. Orangnya lagi mabuk.” Indi menghubungi security untuk memindahkan Damian ke kamar. “Baik, Bu!” Indi kemudian merebahkan tubuhnya seraya menatap langit-langit di kamarnya. Lalu mengembungkan pipinya dan menghela napasnya dengan pelan. Ucapan itu masih terngiang-ngiang di telinga Indi. Sangat menyakitkan dan t
Baca selengkapnya

Ada yang ingin Indi Bicarakan

Damian terdiam terpaku mendengar ucapan Arion. Yang mana hari itu adalah hari tepat satu tahun kepergian Rachel. Matanya kemudian melirik ke arah Indi yang masih duduk di sana. “Kenapa, Kak? Kakak beneran lupa? Untung aku ke sini, yaa. Kalau nggak, mungkin Kakak nggak akan nyekar ke makam Kak Rachel karena lupa.” Arion kemudian menerbitkan senyumnya seolah menjadi penyelamat Damian lantaran sudah memberi tahunya.Padahal, yang sebenarnya Damian rasakan saat ini adalah takut Indi salah paham kepadanya. Ia takut Indi marah padanya karena mengira bila Damian belum bisa melupakan mendiang istrinya itu.Sementara Indi hanya menghela napas kasar kemudian beranjak dari duduknya dan mengambil tas yang ada di sampingnya. Lalu mengulas senyumnya kepada Arion yang masih berdiri di depan Damian. “Hai. Kenalin aku Indira, panggil aja Indi. Orang-orang biasa manggil aku Indi.” Ia mengenalkan dirinya kepada Arion. “Arion. Adiknya Kak Rachel. Salam kenal,” jawabnya kemudian membalas uluran tangan
Baca selengkapnya

Mana Mungkin Sakit Hati

Malam hari telah tiba. Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Indi, Rhea dan juga Manda pergi ke rumah Rhea yang jaraknya cukup jauh dari rumah baru Indi dan juga butik. “Elo nggak mau bilang dulu ke si Damian kalau elo mau pergi ke rumah gue?” tanya Rhea sembari menyetir mobil milik Indi. Sebab perempuan itu memang pergi menggunakan taksi tadi.Indi menggeleng dengan pelan. “Nggak perlu. Gue udah bilang, nggak tentu bakalan pulang jam berapa. Dia nggak akan nungguin gue karena lagi sibuk juga.”Rhea dan Manda kemudian saling menoleh lalu mengendikan bahunya. “Kalau dilihat dari wajahnya sih, Indi lagi galau berat,” bisik Rhea kepada Manda. “Gue nggak yakin kalau si Damian nggak ngapa-ngapain Indi.” Manda kemudian mengendikan bahunya. “Kalau udah kayak gini, gue jadi ragu sama ucapan Diego.”“Nggak usah didengerin. Nggak semua yang dibahas pacar elo itu bener. Siapa tahu Diego bohong karena nggak mau elo suka sama si Damian.” Manda kemudian tersenyum miring. “Nggak ada sejarahnya
Baca selengkapnya

Cek CCTV Rumah

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Damian baru saja pulang dari kantor, dengan wajah lesu dan terlihat bila dirinya masih teringat akan sikap Indi yang berubah drastis dalam satu malam saja.“Apa yang terjadi kemarin malam?” gumamnya sembari membuka pintu kamarnya. Matanya mengedar ke seluruh penjuru kamar, mencari keberadaan sang istri. Namun, tidak ia temui sebab tidak ada tanda-tanda Indi ada di sana.“Indi?” panggil Damian dengan lembut. Lalu pergi ke kamar mandi, tidak ia temui juga. Mulai panik. Ia kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi perempuan itu. Berharap Indi menerima panggilan darinya. Namun, ia deringnya berakhir Indi tak juga menerima panggilan tersebut. Damian semakin panik. Ia menggeleng-gelenkan kepalanya sembari keluar dari kamarnya. Melangkah dengan lebar keluar rumah lalu melajukan mobilnya menuju butik. “Indi … kamu di mana? Kenapa jam segini belum pulang?” lirihnya sembari melajukan mobil itu dengan kecepatan yang cukup tinggi agar segera tiba di
Baca selengkapnya

Maafkan Aku

“Gue nggak mau pisah, Diego!” pekik Damian memarahi sahabatnya itu. “Gue udah cinta sama Indi bahkan saat gue udah nikah dengan Rachel pun gue udah cinta sama dia. Nggak akan pernah gue menyetujui keinginan dia kalaupun dia bersikeras minta pisah sama gue!”Tidak ada yang ingin pisah dengan orang yang kita cinta. Meski harus sabar menghadapi sikapnya yang tidak bisa baik, suatu saat nanti juga pasti akan bersikap baik dan menjadi istri idaman. Diego kemudian mengusapi punggung Damian. “Gue nggak minta elo buat pisah. Elo sendiri yang udah bikin Indi kayak gini. Hanya seumpama. Tapi, Indi juga bakalan rugi kalau minta pisah sama elo.” Ia kemudian menerbitkan senyumnya kepada Damian.Sementara lelaki itu hanya memutar bola matanya dengan pelan lalu mengibaskan tangannya sebab tidak ingin mendengarkan Diego. “Gue tahu gue salah, Diego. Selama ini gue selalu menahannya dan mencoba untuk menerima semuanya. Nyesel banget gue mabuk kemarin.” Damian menjambak rambutnya. Betapa menyesalnya i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status