Semua Bab Cinta Satu Malam dengan Berondong: Bab 11 - Bab 20

230 Bab

Flirting with Disaster, Blowing Kisses After

“Ayo kita ke The Clouds.”Padma berusaha mengabaikan ajakan Arsa dan kembali fokus pada Simon dan Daphne yang tengah berdebat mengenai masa depan pernikahan mereka—oh, gara-gara pembicaraan mereka kemarin, Padma jadi ingat Badai setiap melihat The Duke of Hastings tersebut di layar televisinya.“Mbak!”“Ngapain?” Akhirnya dengan tak rela, Padma menjeda series Bridgerton yang tengah ia tonton karena Arsa. Adik bungsunya tersebut kini melangkah masuk ke kamarnya dan menatap Padma dengan serius.“Ngeliat kayak apa dunia calon suamimu.” Arsa menjawab dengan jujur. “Aku tahu kamu layak dapet yang lebih baik daripada seorang Badai Tanaka, Mbak. Dan untuk bantu kamu, aku akan temenin kamu liat kayak apa dunianya yang jelas-jelas beda jauh sama Mbak
Baca selengkapnya

Jangan Main-Main Dengannya

“Jangan barbar, Arsa. Jangan bertindak seperti preman pasar.”“Mbak, yang bener aja—“Padma tak memedulikan kata-kata Arsa dan beranjak masuk ke ruangan tersebut. Ia menatap dua perempuan yang sepertinya sedang bermain dengan keenam lelaki yang tadi disebut Arsa sebagai VIP Club.Tanpa kata dan hanya karena tatapan tajam Padma, kedua perempuan itu terbirit-birit keluar dari ruang VIP nomor 6 tersebut.“Apa aku mengganggu waktu kalian?” tanya Padma sambil duduk di samping Badai. Dengan telaten, ia mengancingi kemeja Badai satu per satu.Pemandangan itu membuat Ksatria, Ipang, Nara, Kalu, dan Yogas terpana untuk beberapa saat. Mereka sudah membayangkan kalau Padma setidaknya akan menyiram wajah Badai dengan Grey Goose yang ada di mej
Baca selengkapnya

Should I Talk to You as If Nothing Really Happened?

“BADAI TANAKA!”Badai berusaha untuk tak mendengar panggilan—yang lebih menyerupai teriakan tersebut, dari ruang tengah. Ia terus menuruni undakan tangga dan berjalan melewati ruang tengah di mana Alkadri Tanaka—ayahnya, berada.“BADAI!”“Sial!” maki Badai saat tanpa ia sangka-sangka, dua orang satpam rumahnya muncul entah dari mana dan mencegat langkahnya.Ia ditarik ke hadapan ayahnya dan dua satpam bertubuh kekar itu mengempaskan tubuhnya hingga ia terhuyung di depan sang ayah.Mereka berdua mundur beberapa langkah, memberi privasi pada keduanya untuk bicara, namun dalam jarak aman kalau-kalau Badai memutuskan untuk kabur seperti remaja berandalan.“Papa barusan dikasih tahu kalau
Baca selengkapnya

Menghindari Badai yang Akan Datang

“Kamu tumben mau nemuin aku di sini?”“Aku lagi menghindari Badai.”Perempuan bernama Mili yang bertubuh mungil itu langsung menoleh ke jendela kafe di mana mereka berada malam ini. “Lagi nggak ada tanda-tanda hujan. Kenapa kamu harus menghindari badai?”Padma butuh beberapa detik sampai ia mengerti kalau badai yang ia maksud dan Mili adalah badai yang berbeda. Ia tertawa sambil mengaduk hazelnut chocolate-nya yang masih hangat.“Maksudku Badai Tanaka.” Padma menyebut nama Badai dengan ogah-ogahan. Tapi ia memang belum memberi tahu Mili perihal perjodohannya dengan Badai, karena perempuan itu baru tiba di Indonesia hari ini setelah perjalanan dinasnya sebulan ke Kuala Lumpur.“Aku dengar ada rumor yang
Baca selengkapnya

Permintaan yang Sulit: Menaklukan Badai

“Badai?”Sentuhan lembut di bahunya membuat Badai mendongak dan menemukan perempuan yang ia cari seharian ini, kini ada di hadapannya.“Hon?” gumamnya pelan.“Kamu baik-baik aja?” Sedetik kemudian Padma menambahkan, “Oh, pertanyaan bodoh. Pasti kamu nggak baik-baik aja.”Badai meringis dan membiarkan perempuan itu duduk di sampingnya. Sepertinya Padma habis berjalan cepat atau mungkin berlari, karena deru napasnya yang terengah masih terdengar jelas oleh Badai.“Sekarang jadi semakin jelas kalau aku anak yang nggak berguna,” gumam Badai tanpa menoleh pada Padma di sampingnya. “Aku baru tahu hari ini kalau papaku sakit.”Tanpa Badai ketahui, Padma tengah men
Baca selengkapnya

Cause This isn’t Natural to See You Everyday

“Badai, bangun.”“Huh?”Padma menatap prihatin pada Badai yang tertidur di sofa kamar rawat inap tersebut. Ada laptop dan ponsel yang bertebaran di meja dekat sofa itu, menandakan kalau Badai memang bekerja di kamar tempat ayahnya dirawat sepanjang waktu.“Bangun,” ulang Padma yang raut wajahnya sudah berubah kembali datar begitu Badai membuka matanya. “Makan. Kamu mau ikut sakit kayak Om Al?”Anehnya, Badai merengut seperti anak kecil ketika Padma mengomelinya seperti itu. Pemandangan tersebut tak luput dari mata ayah Badai yang tengah duduk di ranjangnya setelah lebih dari dua hari hanya berbaring atas paksaan Badai.“Dia kan sejak dulu nggak pernah dipaksa, Padma. Makanya dia merengut kayak anak kecil begitu.”
Baca selengkapnya

Memangnya Ada Aturan Kalau yang Melamar Itu Harus Laki-Laki?

“Apa?”“Ayo, kita menikah,” ulang Padma. “Apa pendengaranmu bermasalah? Kita perlu ke dokter THT sekalian hari ini?”“Kamu barusan ngelamar aku?”Padma bahkan tak tahu apakah ajakannya tadi terhitung sebagai lamaran atau tidak. Ia pun mengedikkan bahunya. “Semacam itulah.”“Kok kamu yang ngelamar sih?” protes Badai. “Hei, aku bahkan nggak pernah bermimpi bakal dilamar perempuan. Harusnya aku yang ngelamar—“Padma tersenyum simpul melihat kebingungan di wajah Badai. Mereka berdua tahu, hidup terikat dalam pernikahan bukan hal yang dipikirkan Badai bahkan mungkin selama satu dekade terakhir.Jelas saja sekalipun Padma menyetujui untuk menikah dengann
Baca selengkapnya

Revisi Perjanjian Pernikahan

“Padahal aku udah nggak mau masuk ke tempat ini sampai tiga tahun ke depan,” desah Padma saat masuk ke klub paling banyak diminati di kawasan Jakarta Selaran tersebut.Setelah kejadian ia tidur dengan Badai waktu itu, Padma memang bersumpah kalau ia tak akan kembali ke tempat ini sampai tiga tahun ke depan, supaya tidak perlu bertemu dengan lelaki asing yang tidur dengannya.Tapi lihat sekarang, ia bahkan akan menikah dengan lelaki asing yang tadinya ingin ia hindari itu.“Bu Padma, sudah ditunggu Pak Badai di ruangannya.”Padma menoleh dan mengangguk saat mendengar ucapan dari manajer The Clouds yang menghampirinya. Pasti Badai sudah memberi tahu pegawainya kalau ia akan datang malam ini.Dengan langkah pasti, Padma berjalan menuju lorong yang di d
Baca selengkapnya

Skandal Keluarga Tanaka

Padma menatap pantulan dirinya di vanity mirror yang ada di kamarnya. Ia mencondongkan tubuhnya agak ke depan, mengamati bagian di dekat tulang selangkanya.“Untung nggak terlalu keliatan,” gumam Padma tanpa sadar saat mengamati jejak kemerahan yang ditinggalkan bibir Badai di sana semalam.Padma rasanya ingin mencium tangan siapa pun yang menemukan teknologi bernama concealer. Walaupun Padma yakin, orang itu menciptakan concealer pada awalnya bukan untuk menutupi jejak hickeys yang ditinggal lelaki liar seperti Badai.“Sayang, udah siap? Badai udah sampai tuh.”Padma sedikit terperanjat karena tiba-tiba mendengar suara sang ibu dari belakangnya. Ketika ia menoleh, ia mendapati pintu kamarnya memang hanya tertutup setengah dan ibunya kini berdiri di
Baca selengkapnya

Kamu Tak Punya Kesempatan Bahkan Sejak Kamu Lahir

 Satu hal yang Padma ketahui dengan pasti adalah hampir semua anggota keluarga Tanaka menyukai dirinya.Kecuali Shua Tanaka.Padma menemukan sosok tinggi langsing itu tengah duduk tak jauh dari Oma Badai. Ia segera memasang senyumnya begitu melihat kalau Oma Badai menyadari kehadirannya.“Malam, Oma,” sapa Padma pada perempuan yang masih cantik bahkan di usia senjanya tersebut. Ia memeluk dan mencium kedua pipi perempuan yang dituakan di keluarga itu.“Padma,” sahut Oma Badai dengan antusias. Mereka memang sudah berkenalan di pesta Sadira Group sebelumnya. “Lama nggak ketemu sama kamu. Oma udah takut cucu Oma ini nggak becus jadi laki-laki yang benar untuk kamu.”Badai meringis saat lengannya di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status