Home / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mengandung Benih Bos Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

118 Chapters

Bab 11 – Aku Bukan Jalang

Mahanta meremas keras kedua tangannya, merasakan sakit yang amat sangat di hatinya. Pria itu tidak menyangka akan mendengar hal mengerikan seperti itu dari Ziana. Mengingat dengan mudahnya Ziana mengatakannya, Mahanta jadi berpikir tentang kejadian tiga tahun yang lalu.“Apa kamu sudah pernah melakukannya tiga tahun yang lalu?”“Melakukan ap__ iya.” Ziana segera mengiyakan pertanyaan Mahanta. Perempuan itu ingin membuat Mahanta membencinya agar mereka tidak terlibat lagi dalam hubungan personal.“Jangan bohong, Ziana. Tiga tahun lalu aku memakai pengaman. Setidaknya periksa dulu faktanya sebelum memilih membohongi dirimu sendiri.”Ziana menghela nafas panjang. Ia sudah sangat lelah dengan semua kejadian yang menimpanya hari ini. Mendapatkan gadis perawan tapi dengan cara yang aman, hanya Mahanta yang bisa memikirkan hal sedetail itu. “Tolonglah, Maha. Hubungan kita sudah berakhir tiga tahun lalu. Aku juga sudah menjelaskan alasan kepergianku. Apalagi yang kau inginkan?”“Tapi semua ya
Read more

Bab 12 – Aku dan Kamu, bukan Kita

“Mau bicara apalagi?” Ziana sedikit ngelag setelah perutnya kenyang.“Ziana,” panggil Mahanta dengan suara beratnya.Ziana mengalihkan pandangannya menatap pemandangan di luar jendela apartemen Mahanta. Perempuan itu ingin sekali menanyakan satu pertanyaan yang selalu menghantui Ziana sejak tiga tahun lalu. Tapi Ziana takut mendengar jawaban Mahanta.“Ziana, menikahlah denganku.”Kalau saja Mahanta mengatakannya tiga tahun lalu, mungkin Ziana akan langsung setuju dengan perasaan yang sangat bahagia. Tapi Ziana sudah tahu alasan pria itu melamarnya hanya karena bayi di dalam kandungan Ziana.“Bukannya lebih mudah kalau kau berkata ‘Gugurkan saja. Akan kubayar biayanya’. Aku bisa mendapat uang banyak dan pergi jauh dari kehidupanmu.”Tidak mudah bagi Ziana mengatakan hal mengerikan seperti itu untuk kedua kalinya. Hal pertama yang ia takutkan setelah menghabiskan malam panas bersama Mahanta adalah hamil diluar nikah. Ziana sudah bertekad saat itu akan menjaga bayinya dengan baik jika di
Read more

Bab 13 – Kesempatan

Mahanta merasakan denyutan sakit yang menghantam kepalanya seperti palu pemukul yang tidak kenal ampun. Dari sudut pandangnya yang buram, ia memandang sekeliling dengan mata yang masih setengah terpejam, mencoba memahami di mana ia berada. Apartemennya. Sofa. Bau alkohol yang tercium sangat kuat. Dan dalam benaknya, kejadian malam sebelumnya mulai muncul seperti bayangan buram yang ingin ia tolak.Mata Mahanta terbuka perlahan. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela apartemennya menusuk seperti pedang tajam, membuatnya menutup mata kembali dengan cepat. Kepalanya terasa berat, dan setiap gerakan yang dilakukannya hanya membuatnya semakin merasa mual.Dia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ah, Ziana. Mantan kekasihnya. Segala hal tentangnya seperti terpatri di setiap sudut apartemen ini. Tetapi Ziana tidak lagi bersamanya. Dia tidak menerima Mahanta kembali. Dan itu membuat Mahanta merasa hancur.Karena rasa sedih yang menghimpit, Mahanta meraih botol kosong yang tergeletak di meja, m
Read more

Bab 14 – Alasan Mencintaimu

“Kamu sudah selesai sarapan?” tanya Mahanta membuat Ziana menoleh ke arah pintu kamar. Pemandangan yang dilihatnya membuat Ziana buru-buru menatap mangkuk buburnya yang sudah kosong. Mahanta tanpa malu keluar dari kamarnya hanya memakai handuk membalut pinggangnya.“Bisa nggak sih, pakai baju dulu?” protes Ziana kembali berpura-pura tidak melihat tubuh Mahanta.“Kenapa? Kau sudah melihat semuanya. Lagian mana bajuku?”Ziana menatap bingung pada Mahanta yang justru berdiri di samping meja makan dan membuka bungkusan bubur untuknya. “Bajumu di lemari ‘kan? Kenapa tanya aku?”“Biasanya ‘kan baju suami disiapkan oleh istrinya. Memangnya kamu tidak tahu?”“Istri?! Aku belum jadi istrimu, Maha.”“Soon ‘kan? Jadi apa salahnya berlatih sekarang. Ambilkan bajuku dan pakaikan sekalian.”“Kamu nggak malu sama umur ya?”Mahanta menggeleng, sengaja membiarkan handuk di pinggangnya terlepas hingga jatuh di kakinya. Ziana langsung beranjak dari duduknya lalu mendekati lemari pakaian Mahanta. Jantung
Read more

Bab 15 – Kepergok Hamil

“Pelajari teknik menenangkan seperti ini, Maha. Peran suami juga penting untuk menjaga istri yang sedang hamil agar selalu merasa bahagia. Kamu pernah nggak merasakan patah tulang?”Mahanta mengangguk hingga membuat Ziana menatapnya. “Pernah. Aku mengalami kecelakaan saat mencari Ziana dulu. Kakiku patah. Dan aku harus beristirahat sebulan penuh.”Ziana tidak menyangka kalau Mahanta pernah mengalami kecelakaan karena mencarinya. Rupanya banyak hal yang terjadi selama Ziana pergi dari kehidupan Mahanta.“Rasa sakit wanita yang sedang melahirkan itu seperti 20 tulang patah secara bersamaan. Kamu tidak akan bisa membayangkan rasa sakitnya. Menyentuh pinggang, punggung, dan juga perutnya seperti yang kuajarkan tadi, bisa mengurangi setidaknya sedikit saja dari rasa sakit itu. Dan ibu hamil akan merasa tenang dan terlindungi. Kamu paham?”“Aku akan banyak berguru padamu, dokter Kavya.”“Aku serius. Kau juga harus perhatikan bengkak di kaki Ziana nantinya. Semakin besar kandungannya, Ziana
Read more

Bab 16 – Sama-sama Bulol

“Sherena? Yang mana?” tanya balik Juwita semakin bingung.“Itu, Bu. Wanita yang melarang Ibu masuk ke lobby kantor Pak Maha waktu pertama kali kita ketemu,” sahut Ziana menjelaskan.“Wanita judes itu? Namanya Sherena. Kok kayak pernah dengar ya. Memangnya dia siapa?”Mahanta kembali menarik tangan Ziana, seolah meminta kekuatan dari menggenggam tangan perempuan itu. Tapi Ziana justru merasakan hal lain. Saat ini Mahanta membutuhkan Ziana untuk mempercayainya. Pria itu akan menjelaskan sejelas-jelasnya tentang hubungannya dengan Sherena.“Na, mungkin kamu tidak akan percaya semudah itu padaku. Tapi aku berharap kamu bisa mendengarkan penjelasanku sampai selesai. Aku ingin meluruskan kesalahpahaman diantara kita.”Mahanta kembali menatap Pak Tomo dan Ibu Juwita. “Dulu aku dan Sherena memang menjalin hubungan pacaran. Bahkan ada rencana pertunangan yang sempat kami bicarakan. Tapi Sherena berselingkuh dengan Jay hingga hamil.”Ibu Juwita menutup mulutnya yang terkejut mendengar penjelasa
Read more

Bab 17 – Anak Angkat

Mahanta baru saja akan membuka mulutnya ketika ponselnya berdering nyaring. Pria itu buru-buru mengeluarkan ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya. “Sherena,” ucapnya lalu meletakkan ponsel itu di atas meja. Ziana melirik layar ponsel Mahanta yang sudah hilang nada deringnya tapi panggilan dari Sherena belum berakhir. Ibu Juwita juga ikut kepo dan melirik layar ponsel Mahanta. “Kenapa nggak diangkat?” Ibu Juwita menunjuk ponsel Mahanta saat panggilan kedua masuk. “Aku malas mendengar suaranya. Nggak penting, tante.” “Angkat saja. Kita dengerin rame-rame.” Mahanta mengikuti permintaan Ibu Juwita yang penasaran. Segera terdengar suara centil Sherena yang sepertinya sengaja dibuat-buat kalau bicara dengan Mahanta. [“Maha, lama banget angkat telponnya. Kamu lagi dimana sih?”] “To the point. Ada apa?” Nada suara Mahanta terdengar dingin. [“Besok om dan tante ‘kan pulang tuh. Nenek suruh kita menjemput ke bandara. Jemput aku ya di rumah.”] “Pulangnya bukan besok, lusa,” sahut
Read more

Bab 18 – Anak Nakal Jadi Sadar

Sherena masih berharap dirinya akan dipanggil. Bahkan sampai sengaja memperlambat jalannya dan berpura-pura terhuyung. Tapi sampai lima menit berlalu, tidak ada siapapun yang mengejarnya. Saat Sherena berbalik, Mahanta dan kedua orang tuanya sudah pergi dari tempat mereka berdiri tadi.“Sialan! Mereka kemana sih,” dumel Sherena lalu mengedarkan pandangannya berusaha mencari keberadaan Mahanta.Lelah mencari-cari, Sherena buru-buru kembali ke mobilnya. Wanita itu menutup pintu dengan keras, lalu mengomeli sopirnya.“Kamu lihat nggak kemana sopirnya Maha pergi?!”“Tadi ke arah parkiran, Nona.”“Ck! Memang nggak berguna! Pulang sekarang!”Sopir Sherena menjalankan mobil keluar dari bandara dan tanpa mereka sadari kalau mobil Mahanta juga keluar dari gerbang yang berbeda. Kedua mobil itu berjalan beriringan, tapi sopir Sherena hanya diam, meskipun ia tahu keberadaan mobil Mahanta.Mahanta sengaja mengajak kedua orang tuanya makan di restoran favorit mereka. Pria itu akan memberitahu tenta
Read more

Bab 19 – Kecurigaan Kakak Ipar

Renan meletakkan bungkusan kue buatan Hannah diatas meja kerja Ziana. “Baru saja. Hari ini kamu pulang ‘kan? Tidak baik lembur terus.” Pria itu melirik ke arah perut Ziana lalu tersenyum smirk.Ziana meneguk salivanya melihat arah pandangan Renan. Perempuan itu sengaja tidak menutupi perutnya agar Renan tidak semakin curiga. Ziana tidak percaya kalau Renan baru saja sampai karena sifat kepo kakak iparnya itu.“Nanti aku pulang, Pak,” sahut Ziana.“Oke. Riana juga nyariin kamu. Kemana buna katanya.” Pandangan Renan pun beralih pada Lintang yang sudah berdiri di samping pintu ruangannya. “Pak Lintang, saya cuma nganterin titipan kakaknya Ziana. Saya permisi dulu.”Ziana terus menatap punggung Renan yang berjalan kembali ke lift. Kedua kakinya terasa lemas hingga kembali terduduk di kursi kerjanya. Dengan tangan gemetar, Ziana meraih gelas air minum lalu meneguknya hingga tandas. Ziana belum memikirkan tanggapan Hannah kalau sampai tahu tentang kehamilannya.Reaksi Ziana membuat Lintang
Read more

Bab 20 – Aku Tidak Akan Lari Lagi

Mahanta berjalan cepat diikuti Hasan dan Intan yang menyusul di belakangnya. Segera setelah Mahanta mendengar terjadi sesuatu pada Ziana, pria itu bergegas kembali ke kantornya. Dengan tidak sabaran Mahanta menekan tombol lift agar pintu kembali tertutup.“Tenanglah, Maha. Lintang bilang sudah memanggil dokter ‘kan?” kata Intan menenangkan Mahanta.“Tapi, mah. Aku khawatir terjadi sesuatu pada Ziana. Dia sedang hamil muda. Padahal aku sudah menasehatinya untuk tetap di apartemen, tapi dia bersikeras ingin bekerja.”Hasan dan Intan bisa melihat kegelisahan yang terpancar dari ekspresi Mahanta. Sudah lama sekali mereka tidak melihat ekspresi seperti itu dari Mahanta, sejak tiga tahun yang lalu. Pintu lift segera terbuka di lantai kantor CEO.“Ziana!” seru Mahanta yang sudah melesat lebih dulu menuju ruang kerjanya. Pria itu membuka pintu dengan kasar dan mendapati Lintang sedang menunggu di samping ruang pribadinya. “Lintang! Mana Ziana?!”“Ada di dalam. Kavya sedang memeriksanya. Tungg
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status