Kaca jendela mobil itu terbuka memperlihatkan seorang wanita kaya yang elegan. Intan menatap toko kue itu sebelum bertanya pada sopirnya. “Apa benar disini?”“Sesuai peta, memang disini, Nyonya.”“Tapi kok sepi? Coba cek, tutup beneran atau nggak?”Sopir itu berlari menuju pintu dan melongok ke dalam toko kue. Tepat saat itu, Hannah menoleh ke arah pintu.“Maaf, kami tutup hari ini,” ucap Hannah lembut.“Tunggu! Bisa minta tolong buatkan lemper? Ini penting sekali,” pinta Intan yang sudah turun dari mobil.“Mertua saya sedang sakit dan tidak mau makan. Dia ingin sekali makan lemper dari toko ini. Saya langganan disini. Saya Ibu Intan.”Hannah terdiam sejenak, mengingat nama Intan diantara nama pelanggan yang biasa memesan kue dari tokonya. Sampai Hannah mengangguk lalu tersenyum ramah.“Ibu Intan, kita baru pertama bertemu ya. Kalau lemper, saya hanya punya sedikit adonan saja. Tidak apa-apa, Bu?”“Iya, tidak apa-apa. Asalkan bisa. Berapa lama saya harus menunggu?”“Sekitar sepuluh me
Read more