Kim-Ryu tidak menjawab, hanya matanya yang gelap menatap lurus ke depan. Sorotan mata yang tajam itu membuat siapapun yang bertemu pandang dengannya gemetar. Ia perlahan mendekati adiknya, Kim-Ae Ri, yang tergeletak tak berdaya di tanah. Wajahnya lebam, tubuhnya penuh luka akibat kekejaman para tentara."Oppa..." gumam Ae Ri dengan suara lirih. Tangisnya terhenti, digantikan oleh kelegaan melihat kakaknya yang masih hidup dan sekarang menjadi satu-satunya harapan.Kim-Ryu berlutut di sebelahnya, dengan lembut menyentuh wajah adiknya yang memar. "Aku di sini, Ae Ri," ucapnya dengan suara yang lembut tapi penuh kekuatan. Dalam hatinya, amarah yang menggelegak tidak bisa lagi dibendung. Namun, dia menahan diri, demi adiknya."Seharusnya kalian tak pernah menyentuhnya," gumam Kim-Ryu dengan nada rendah, hampir seperti bisikan. Tapi, aura kematian yang melingkupi ucapannya membuat setiap orang di arena mendengar ancamannya dengan jelas. Tidak ada yang berani bergerak.Di sudut arena, Jender
Baca selengkapnya