"Sepi, katamu ada tamu," tanyaku dengan heran, karena begitu keluar dari kamar aku tidak mendengar, suara atau gerakan di ruang tamu. "Mana aku tau, kau yang menahanku tadi, mungkin saat ini Denis sudah membawa orang yang mencarimu itu pergi. Lagi pula siapa yang tahan, menunggu hampir dua jam tanpa kepastian," ujar Amara ketus. "Tuan." Tiba-tiba terdengar suara Denis, dari depan pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah. Aku dan Amara saling pandang lalu menarik napas panjang. "Padahal aku berniat membawamu kembali masuk ke kamar," ujarku lirih di telinga Amara. "Huh, maumu terus aja itu," ketus Amara sambil melangkah menuju ke dapur. "Nyonya, tidak usah membuatkan minuman lagi, karena saya sudah menyiapkan di depan." Aku tersenyum mendengar ucapan Denis ternyata dia gesit juga. "Nyonya Amara, tolong maafkan saya, saya mohon." Tiba-tiba seorang wanita mendekat lalu berlutut di depan istriku. Aku kesal begitu mengetahui siapa wanita itu. "Denis sepertinya kau semakin lambat da
Read more