Aku tersenyum melihat tingkahnya, namun senyumku menghilang saat melihat wajahnya memucat. Tiba-tiba dia mengetuk jendela mobil dengan kuat, melihatnya cemas aku segera meminta sopir untuk berhenti.Begitu mobil berhenti, Amara segera keluar lalu berjongkok di pinggir jalan. Tubuhnya bergetar saat menunduk untuk muntah, aku diam sembari menatapnya tajam, dengan sebuah kecurigaan yang tak masuk akal. Namun aku percaya dia bukan wanita murahan, dia tau cara menjaga dirinya. Walau aku tidak pernah mempercayai pria yang berada di sampingnya, seperti Rizwan dan Aska tentunya.Setelah agak lama berjongkok dengan perlahan dia berdiri, aku mencoba membantunya tapi tatapan matanya penuh dengan rasa jijik. Aku tersadar ketika dia menutup hidungnya, aku kembali mengendus tubuhku, tapi tidak mencium aroma lain selain aroma tubuhku dan tubuhnya."Apa kau yakin ini karena aroma tubuhku, bukan karena kau hamil muda?" tanyaku sinis. "Hamil, aku tidak keberatan jika harus tambah anak lagi," jawabnya t
Read more