Semua Bab DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU: Bab 11 - Bab 20

35 Bab

Aroma yang sama

Ditempat lain Niko tengah pegal hati, sedari tadi Andi terus saja mengoceh ke sana ke mari tidak jelas. Mereka duduk bersandar di ranjang milik Niko. Kedatangan Andi menggagalkan rencana Niko untuk tidur lebih awal.“Aku sakit hati, Nik. Sakit.” Andi berkata dengan menunjuk dada sebelah kirinya. “Aku kurang apa coba? Teganya si Rani selingkuh dariku,” keluh Andi pada sahabatnya.“Kurang kaya, kurang ganteng, pokoknya banyak lah kurangmu,” jawab Niko tak acuh. Tangannya terus memainkan ponsel. “Aduh!” pekik Niko saat sebuah bantal mendarat tepat di wajah tampannya. “Rese, Lo.” Niko mengembalikan bantal yang dilemparkan Andi.“Eits! Nggak kena,” ejek Andi saat dia berhasil mengelak lemparan Niko. “Aku ini lagi sedih, Nik.” Pria bertubuh tinggi itu beralih tempat duduk ke samping Niko. Tangannya bergelayut manja di lengan Niko.“Ish, apaan, sih. Jijik aku.” Niko melepas tangan Andi yang bergelayut padanya. Hal yang membuatnya bergidik.“Lah, aku lagi sedih. Kamu malah gitu,” rengek Andi
Baca selengkapnya

Janda Muda

Andi sudah tertidur lelap di mobil. Sementara yang duduk di kursi kemudi masih awas memandang pintu keluar ‘Happy Karaoke'. Entah sudah berapa banyak batang nikotin yang telah ia hirup.Hanya seorang pemandu lagu, tapi kenapa membuat Niko begitu penasaran hingga rela menunggunya di sini hingga berjam-jam. Berulang kali dia meremas rambutnya. Logikanya bilang, dia harus pergi. Namun, hatinya ingin tetap di sini menunggu Mala. Suara lembutnya, wangi tubuhnya membuat Niko kehilangan akal. “Sial,” umpatan tidak berhenti keluar dari mulut Niko, merutuki diri sendiri yang tenggelam dalam pesona Mala.Jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan menunjukkan hampir jam tiga dini hari. Namun, yang Niko tunggu belum juga keluar. Padahal sudah sejak tadi, satu persatu pengunjung keluar dari dalam sana. Lampu yang menyala terang juga sudah padam. Dahi Niko mengernyit saat tidak mendapati satu pun pemandu lagu keluar dari pintu depan. Tidak mungkin, ‘kan, para pl menginap di dalam sana.
Baca selengkapnya

Penolong

Airmata Mala terus mengalir, tenaganya hampir habis karena terus melakukan perlawanan pada Oji. Netranya sudah tertutup sempurna. “Ya Tuhan jangan biarkan aku kembali merasakan hal buruk yang sama untuk kedua kalinya.” Mala terus meminta pertolongan pada Sang Pencipta. Bila hal itu kembali terulang Mala tidak akan sanggup menanggungnya.Cukuplah pekerjaannya yang kotor, jangan kehormatannya juga ikut kotor. Saat hampir menyerah Mala merasakan tubuh Oji menjauh dari tubuhnya. Netra yang sedari tadi terpejam, terbuka dengan sempurna. Seseorang bertubuh tegap tengah berkuasa di atas tubuh Oji, pukulan bertubi-tubi membuat si lintah darat tidak berdaya. “Dasar pria brengsek.” Umpatan mengiringi pukulan si pria. “Tidak bermoral.”Melihat perkelahian keduanya, Mala menangis sejadi-jadinya. Dia selamat dari Oji. Bajunya sudah berantakan tak berbentuk. Wanita berambut pendek itu terus mendekap tubuhnya. Airmata yang mengalir membuat wajahnya berubah kuyu.Awalnya Niko ingin ke kamar mandi, m
Baca selengkapnya

Sebobrok apa?

Lama sekali batin Niko. Suara pintu mobil yang berdentam menyentak Niko. “Lho, kemana dia?” Pertanyaan muncul saat mendapati Mala sudah tidak ada ditempatnya. “Sial.” Rupanya wanita itu sudah berjalan cukup jauh. Niko turun dari mobil lalu mengejarnya.Ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Bayangan iya-iya, ternyata hanya angan Niko. Hanya karena ingin mengejar Mala, Niko sampai tidak menyadari bila dia hanya mengenakan boxer saja.“Tunggu.” Niko mencekal lengan Mala.“Apa?!” Mala mendelik.“Bukankah tadi kamu bertanya. Bagaimana caranya membalas kebaikanku?”Helaan napas keluar dari hidung Mala. “Maaf saya lupa. Sekarang katakan! Apa yang harus saya lakukan, Tuan?” Mala sempat berpikir pria di depannya ini menolongnya dengan tulus. Ternyata Mala salah. Dia tidak berbeda dari Tomi, memiliki pamrih. “Berikan ponselmu!”Oh, pria ini menginginkan ponselnya sebagai imbalan. Tanpa berpikir dua kali, Mala memberikan ponsel miliknya. “Ini!”“Polanya?”Mala menepuk jidatnya, kalau p
Baca selengkapnya

Tidakkah trauma ?

Wajah Tomi yang semula semringah berubah pucat karena pertanyaan istrinya. Lidahnya mendadak kelu. “Sedikit lagi,” ucap Tomi. “Sedikit lagi itu berapa?” Mala memutar bola matanya. “Ya, pokoknya sedikit lagi. Aku lupa tepatnya berapa?!” Suara Tomi meninggi. “Secepatnya lunasi hutang kita pada si Oji brengsek itu. Aku muak berurusan dengannya.” Mala hendak masuk kamar, tetapi Tomi memegang tangannya.“Apa maksudmu, La?” “Lihat ini!” Mala mengibaskan tangan suaminya lalu menunjukkan bekas kebiruan di lehernya. Melihat bekas itu mata Tomi membeliak, mulutnya menganga lebar. “Itu bekas … cu-cupang?”“Ya … tebakan Mas tidak salah. Dan Oji pelakunya. Beruntung ada orang yang datang tepat waktu. Kalau tidak … istrimu ini sudah jadi bekas si lintah darat itu.” Sudut bibir Mala terangkat, saat melihat ekspresi terkejut suaminya. Tarikan napas juga keluar dari hidung wanita itu. “Aku mau tidur capek.” Wanita dengan rambut highlight itu menyusul putranya ke kamar.Tangan Tomi terkepal erat,
Baca selengkapnya

Mencari alasan

“Hai,” sapa seorang pria yang duduk bersilang kaki di sofa panjang room, kedua tangannya direntangkan di sandaran sofa. Siapa lagi kalau bukan Niko. “Kemarilah!” Niko menepuk ruang kosong disisinya.Terdengar desau pelan dari bibir tipis Mala. Perempuan yang malam ini mengenakan crop top tanpa lengan dan rok hitam di atas paha itu menurut. Bagaimana pun juga, Niko adalah tamunya malam ini. “Kamu cantik malam ini, La.” Niko memandang lekat wanita di sampingnya. Beruntung pencahayaan di ruangan ini remang, kalau tidak pasti Mala sangat malu bila Niko melihat semburat merah dipipinya karena pujian Niko. “Pada dasarnya semua wanita itu cantik, Niko,” sanggah Mala guna menyamarkan rasa bahagianya.“Tapi kamu berbeda, La.” Tatapan Niko begitu dalam, membuat Mala menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, salah tingkah. “Mau menyanyikan lagu apa malam ini.” Mala mencoba mengalihkan perhatian Niko.“Aku tidak ingin bernyanyi, aku hanya ingin ditemani olehmu malam ini.” Niko menyand
Baca selengkapnya

Hanya karyawan

Mala yang mengenakan celana jeans, kaos oversize berwarna hitam yang dibalut sweater rajut masih mematung di depan pagar besi bercat biru. Ragu untuk masuk. Pasalnya dia tengah berdiri di depan sebuah showroom mobil. Dari yang terlihat, sih, begitu karena banyak berbagai jenis mobil terparkir di sana. Dan juga sebuah banner yang cukup besar ‘Pradana Dealer’.Tidak ada pilihan lain, Mala menghubungi Niko daripada salah alamat. *Niko meraba tempat tidurnya, mencoba menemukan benda yang sedari tadi terus terasa getarannya. “Hem. Siapa?”“Ini aku Mala. Sepertinya aku salah alamat,” ucap Mala di seberang sana.Mendengar suara lembut Mala, mata Niko yang semula masih terpejam membeliak seketika. “Kenapa bisa salah alamat. Bukannya kemarin alamatnya sudah kukirim via WA?” Nada suara Niko benar-benar khawatir.“Aku datang ke alamat yang kamu kirimkan, tapi kok, malah showroom mobil?!”“Kamu datang ke alamat yang benar, La,” ucap Niko lega. “Tunggu di situ, aku akan turun.”Beringsut dari
Baca selengkapnya

Orang lama

“Mas Tomi masih mengingatku ternyata.” Tina membuka masker yang menutupi wajahnya. Senyumnya masih sama, binar di matanya juga. Binar dan senyum bahagia setiap menatap pria pujaannya. Tidak pernah berubah, meski beberapa purnama telah berlalu. “Tentu saja. Siapa yang bisa melupakan gadis idola sekolah,” ucap Tomi dengan senyum yang tetap menawan di mata Tina. “Percuma jadi idola sekolah bila mendapatkanmu saja tidak bisa,” celetuk Tina. Tomi tertawa keras mencoba menghilangkan rasa canggung yang menyergap tiba-tiba. Bukan rahasia lagi bahwa Tina memang memedam rasa pada Tomi sejak SMA. Bu Farida –ibu Tomi– juga tahu dan juga secara terang-terangan memberi restu. Tina wanita sempurna dimata Farida; cantik, baik dan loyal padanya, juga dari keluarga berada. Benar-benar menantu idaman. Akan tetapi, harapan bermenantu Tina harus kandas karena Tomi justru menginginkan Mala untuk dijadikan istri. Besarnya kasih sayang Farida pada sang putra membuatnya terpaksa menerima Mala. “Ah, kam
Baca selengkapnya

Jangan bermain api

“Dari Ibu,” jawab Tina.“Ada perlu apa, Na?”“Tidak ada, hanya memastikan saja ini benar-benar nomer kamu.” Terdengar sedikit gelak tawa dari Tina. “Kalau tidak ada keperluan penting, aku tutup, ya, aku mau beres-beres alat bengkel. Sudah waktunya tutup,” timpal Tomi, dia rasa telpon Tina memiliki maksud lain. “Eh, jangan ditutup dulu. Aku cuma bercanda. Bukan tanpa alasan aku minta nomor telpon Mas dari Ibu, kalau sewaktu-waktu mobilku mogok atau bermasalah, kan, aku bisa langsung menghubungi Mas Tomi,” bohong Tina. “Baiklah simpan nomorku kalau begitu,” pasrah Tomi.Setelah panggilan terputus, Tomi memijit pelipisnya yang berdenyut. Apa maksud ibunya, memberikan nomer ponselnya pada Tina. Padahal ibunya tahu Tina dulu pernah memendam rasa padanya karena Tomi merasa alasan yang disampaikan Tina hanya sekedar alasan.Selepas pekerjaannya selesai Tomi memutuskan akan ke rumah ibunya, agar semuanya jelas.“Danis mana, Tom?” tanya Bu Farida sambil mencari keberadaan cucunya.“Danis di
Baca selengkapnya

Apa harus jujur?

Hampir setiap malam Niko menemui Mala, meski bukan sebagai tamu. “Hai,” sapa Mala pada Niko yang seperti biasa menunggunya di parkiran kafe. Pria yang mengenakan hoodie putih itu menoleh.“Hai juga.” Seulas senyum terbit di bibir tebal Niko. “Kenapa ke sini lagi?” protes Mala. Keduanya duduk di sebuah bangku besi yang berada di sudut parkiran.Membuang puntung rokok yang dihisap lalu menginjaknya dengan sepatu Niko kembali bersuara, “Untuk menemuimu, Apalagi?” “Nik!” Mala menatap pria yang hampir sebulan ini selalu berada di sekelilingnya.“Apa?” Tatapan Mala dibalas oleh Niko bahkan Niko memandang wanita di sampingnya itu dengan sangat dalam. Udara malam yang begitu dingin membuat Mala terus menggosok bahunya. “Jangan seperti ini. Jangan datang setiap hari!”“Kenapa?” Tatapan Niko tetap begitu dalam pada Mala. “Udara malam tidak baik untuk kesehatan. Lebih baik kamu istirahat,” tutur Mala.“Bagaimana lagi?” Kedua tangan Niko bertumpu pada kursi besi, kepalanya mendongak memanda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status