Semua Bab Pesona Istri Orang Lain : Bab 21 - Bab 30

57 Bab

Bab 21. Perlawanan

"Aw ...!" Frans merintih ketika Karin terpaksa harus menggigit bibir bawahnya. Saat cengkraman Frans melonggarkan, Karin pun mendorong tubuh Frans, hingga akhirnya dia berhasil melepaskan diri."Apa yang kamu lakukan?" pekik Karin sambil berdiri, mengusap bibirnya yang basah akibat permainan brutal sang suami. Sedangkan Frans masih duduk di atas sofa sambil mengusap bibir bawahnya yang mengeluarkan darah segar."Kamu istriku, Karin. Apa aku salah kalau aku mau melakukannya denganmu?" Sudah tiga tissue dia habiskan untuk mengusap darah yang tidak mau berhenti mengalir. Dia juga bicara tanpa melihat ke arah Karin."Tapi nggak dengan cara yang kasar kayak gini.""Apakah kalau aku bersikap lembut kamu akan melakukannya?" Karin diam, Frans kembali bicara. "Nggak, kan?""Aku kan udah bilang. Aku butuh waktu.""Sampai kapan?" Suara Frans membentak sambil melempar kotak tisu ke lantai dengan kasar, kali ia bicara sambil menatap tajam ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-05
Baca selengkapnya

Bab 22. Mulai Luluh

"Boleh." Frans mengeluarkan handphone dari saku jas, lalu menyerahkannya kepada Karin. "Silakan.""Terima kasih, Mas," ucap Karin seraya menerima handphone milik Frans dan langsung menghubungi putranya di kampung."Halo, Ibu.""Rin, ini kamu?" tanya sang ibu di seberang sana. Bingung karena hanya mengenal suara, tetapi tidak dengan nomer teleponnya."Iya ini Karin, Bu. Ibu lagi apa?""Ini lagi nemenin Rafa main mobil-mobilan. Kamu mau ngomong sama Rafa?""Boleh, Bu."Setelah bicara dengan sang ibu, Karin bicara dengan putranya."Halo, Ibu.""Iya, Nak. Rafa lagi apa?" Senyum Karin mengembang sempurna setelah mendengar suara putranya."Rafa lagi betulin mobilan, Ibu. Mobilnya rusak.""Rusak?""Iya, Ibu.""Kenapa rusak? Pasti mainnya dibanting-banting, ya?""Nggak, kok. Ini mainannya udah lama, udah nggak bagus lagi, udah ketinggalan jaman. Masa mobilan Rafa masih ditarik pake tali sih? Temen Rafa aja mobilannya pake remot," keluh Rafa seperti anak pada umumnya."Oh gitu, ya?""Iya, Rin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-07
Baca selengkapnya

Bab 23. Membelikan Hadiah

"Karin, Apa kamu udah tahu mainan apa yang mau kamu belikan untuk Rafa?" tanya Frans saat mereka masuk ke pintu mall."Iya, Rafa mau mobil-mobilan remote yang bisa dinaikin bareng teman-temannya.""Banyak. Selain itu apa lagi?" tanya Frans lagi."Menurut kamu?" Karin balik bertanya. Saat ini mereka sedang berdiri di depan pintu lift."Apa, ya? Kita lihat aja nanti di toko mainan. Yang penting nanti kita beli dulu aja mobil-mobilannya, habis itu kita cari mainan yang lain. Aku pikir putramu suka dengan action figures dan lego."Tidak lama pintu lift terbuka, Frans tiba-tiba meraih tangan Karin, masuk ke dalam lift sambil bergandengan tangan. Hal itu membuat karin terkejut, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali diam. Lagi pula, tidak mungkin juga kan Karin menghempaskan tangan suaminya, apalagi setelah perdebatan tadi saat di kantor.Mereka berdua tiba di lantai tiga Mall Arjuna, tempat toko mainan yang menjadi tujuan mereka berdua. Di pintu masuk yang penuh dengan poster dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-08
Baca selengkapnya

Bab 24. Menemui Rafa

Karin pulang ke kampung membawa mainan yang diinginkan oleh putranya. Mainan mobil tersebut langsung dipakai di dalam rumah, sedangkan Karin duduk di sofa bersama sang ibu mengobrol sambil memperhatikan Rafa bermain."Ke mana aja, Rin? Kenapa akhir-akhir ini kamu jarang banget pulang? Usaha catering bos kamu lagi sibuk?" tanya Siti memulai percakapan."Iya, Bu. Banyak yang nikah, banyak yang ngadain acara, jadi jarang pulang," jawab Karin berbohong. Yang mengetahui kehidupan Karin sekarang bagaimana, adalah pamannya."Pantesan kamu sering kirim uang banyak. Hati-hati loh, Rin. Jangan karena mengejar pendapatan banyak, kamu mengabaikan kesehatan kamu," pesan sang ibu mengingatkan."Iya, Ibu tenang aja." Karin bicara sambil mengusap lembut tangan sang ibu."Nanti kalau pulang lagi, kamu ajak Dani. Kasian tuh Rafa nanyain terus. Lagian kenapa sih nggak bisa pulang ketimbang sebentar doang? Padahal Rafa cuma pengen ketemu, dua atau tiga jam juga cukup."Memang beberapa bulan terakhir, Kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-09
Baca selengkapnya

Bab 25. Dicurigai

"Karin. Aku ada di gang depan." Pesan yang Frans kirim kepada sang istri."Iya, sebentar," balas Karin. Saat ini memang dia sudah siap mau pergi. Setelah membalas pesan dari sang suami, dia keluar dari kamar berjalan sambil menautkan tali tas selempangnya di atas pundak."Udah mau berangkat?" tanya sang ibu, Siti. Saat ini beliau sedang di dapur, merapikan piring di dalam rak.Sambil berjalan menghampiri Siti, Karin menjawab dengan jawaban bohong tentunya. "Iya, Bu. Si bos kewalahan pesenan.""Ya udah, hati-hati, ya." Siti berdiri, mereka berdua berjalan menuju pintu utama. Dia kembali mengajukan pertanyaan sambil berjalan. "Kapan ke sini lagi?""Mudah-mudahan setiap minggu aku bisa pulang." Karin melingkarkan tangan pada lengan Siti."Kalau bisa jangan sampai per dua minggu deh pulangnya, kasian Rafa.""Karin usahakan ya, Bu.""Iya, Rin."Sampai di teras rumah, Rafa yang sedang berlari menghampiri Karin, lalu memeluk pinggangnya. "Ibu. Mobilan aku lebih bagus dari temen-temen, katany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-10
Baca selengkapnya

Bab 26. Penolakan Lagi

Karin diam tidak menjawab, lalu Frans bertanya, "Kok diem? Kenapa? Kamu nggak mau?""Bukan nggak mau. Tapi ....""Ya udah kalau nggak mau. Aku nggak akan paksa kamu." Fans bicara sambil tersenyum. Dia kembali mengecup punggung tangan Karin, lalu mengangkat tangan kanannya untuk mengusap lembut pipi Karin.Di luar dugaan, Karin berpikir Frans akan marah ketik dirinya menolak ajakan tidur bersama. Misalnya memaksa, mengajaknya pulang, menyeretnya masuk ke dalam mobil, atau mungkin disekap di dalam gudang. Tapi ini, jangankan melakukan itu semua, menunjukkan ekspresi marah saja tidak."Oh, iya. Ceritakan keseruan kamu seharian sama Rafa. Pasti banyak cerita." Frans merubah topik pembicaraan untuk mencairkan suasana."Bukan banyak lagi, banyak banget malah. Kemaren Rafa bilang sama aku kalau dia sangat berterimakasih banget sama orang yang menggaji aku, sampai aku bisa beliin dia mobil-mobilan itu. Dia juga doain kamu loh.""Oh, ya?"Karin mengangguk. "Iya, dia bilang semoga usaha kamu la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-13
Baca selengkapnya

Bab 27. Api Cemburu Berkobar

"Iya kenapa?""Ada apa sama Bella?" tanyanya lagi."Tadi itu temennya yang telepon, kata dia Bella mabuk dan nggak mau pulang dianter sama yang lain kalau bukan aku." Setelah menjawab pertanyaan Karin, sambil menenteng laptopnya Frans berjalan menuju kamar."Kenapa harus kamu?" Karin mengikuti langkah kaki suaminya dari belakang."Karna aku tunangannya.""Oh, tunangannya, ya? Lalu aku?"Fans menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke belakang. "Kamu istri aku.""Kalau aku bilang kamu nggak boleh pergi, apa yang akan kamu lakukan?""Aku tetap pergi," jawab Frans dengan cepat."Kenapa? Apakah tunangan kamu itu lebih penting dari aku, istri kamu?""Karna nggak ada alasan kenapa kamu larang aku pergi."Karin diam tidak menjawab. Bahkan dia sendiri saja bingung kenapa dia bisa bicara seperti itu kepada Frans. Bukan hanya bicara, Karin merasakan sendiri saat ini jantungnya berdebar-debar seperti sedang menahan luapan emosi yang sebetulnya sedang ia tahan."Kenapa diem?""Ng–nggak apa-apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

Bab 28. Menolak Suka

"Maaf ya, Bel. Aku bukan Frans seperti yang dulu lagi. Aku berubah sekarang." Frans bicara kepada Bella yang saat ini masih tertidur pulas di atas ranjang, sedangkan dirinya berdiri di tepian ranjang.Tubuh Bella menggeliat, dia merubah posisi tidurnya menjadi miring. Frans melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan saat ini waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. "Aku harus pulang." Dia mengambil kunci mobil di atas nakas, lalu pergi meninggal Bella di hotel.Menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya ia pun sampai di tempat tujuan, yaitu apartemen tempat tinggalnya bersama Karin.Frans menekan sandi pintu, lalu masuk ke dalam unit seraya melepaskan sepatu, menyimpan sepatu tersebut di tempat yang sudah disediakan dekat pintu."Sepi amat," gumam Frans sambil berjalan masuk. Tidak ada suara televisi, hanya ada suara piring beradu dengan sendok, lalu ia pun berjalan ke arah sumber suara, yaitu ruang makan."Karin," panggil Frans terus berjalan menaiki dua anak t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya

Bab 29. Rasa Yang Salah

"Ini konyol. Lepaskan aku!" Karin berhasil mengendalikan diri, dia mendorong tubuh Frans hingga akhirnya dia berhasil terlepas dari kungkungannya."Kenapa kamu nggak mau jawab? Kamu pasti merasakan apa yang aku rasakan? Kamu mulai mencintai aku kan, Rin. Jujur deh nggak usah bohong." Senyum Frans menyeringai."Apaan sih, kepedean banget jadi orang.""Aku nggak kepedean, itu memang kenyataannya, kan?"Karin menggelangkan kepalanya, lalu membuka pintu kamar. Saat Karin akan masuk, Frans menahan dengan menarik tangannya. "Mau ke mana?""Mau buang air, mau ikut?""Boleh kalau diizinkan.""Dasar gila," pekik Karin. Dia mengibaskan tangan Frans, lalu masuk ke dalam kamar sekaligus mengunci pintunya dari dalam."Loh, kok dikunci? Baju kerja aku di dalam loh.""Bodo amat!" teriak Karin dari dalam.Frans membiarkan Karin berdamai dengan keadaan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Dia membiarkan sang istri tetap di dalam, sedangkan dirinya lebih memilih duduk di sofa depan televisi."Dasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya

Bab 30. Kebenaran Terungkap

Karin memanfaatkan kesempatan saat tidak ada Frans dengan menemui Dani di kontrakan. Dia pergi menggunakan angkutan umum dan baru saja Karin turun dari mobilnya, berjalan sambil menautkan sling bag di pundaknya. Seorang wanita kisaran usia Lima puluh tahunan menyapa, "Wih, Karin baru keliatan. Ke mana aja, Rin?"Karin menghentikan langkahnya untuk menjawab pertanyaan ibu itu dengan ramah. "Eh, ibu. Ada aja, nggak ke mana-mana, kok.""Makin kece ya sekarang. Makin glowing mukanya." Ibu itu memuji sambil berjalan menghampiri Karin, menenteng keresek belanjaan."Bisa aja, Bu Ani," balas Karin sambil tersenyum."Iya. Kamu semenjak bercerai sama si Dani sekarang makin glowing, bagus itu. Jujur aja dari dulu saya setujunya kalian pisah aja, kelakukan si Dani nggak bener, kamu pantes bahagia sama pria lain."Memang sejak dulu Dani dikenal oleh warga sekitar kelakuannya kurang baik. Suka pergi sama perempuan lain, bercanda sama perempuan lain, judi, mabuk, pendapatan nggak seberapa. Bukan tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status