Home / Pernikahan / Pesona Istri Orang Lain / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pesona Istri Orang Lain : Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

Bab 41. Bella Menyelidik

"Bisa bicara sebentar?"Dani menganggukkan kepalanya. "Bisa."Tidak lama seorang wanita berpenampilan seksi keluar dari rumah dan langsung memeluk Dani dari belakang, seraya bertaya, "Siapa dia, Sayang?""Nggak tau, kamu masuklah!""Oke, tapi jangan lama-lama, ya.""Iya."Setelah wanita itu masuk, Dani mempersilahkan Bella untuk duduk. "Duduklah, apa yang mau kita bicarakan?'"Nggak perlu, kita berdiri aja."Dani menggidikkan bahunya. "Terserah. Memangnya apa yang ingin Anda tanyakan?""Karin. Siapa dia?"Dani cukup terkejut akan pertanyaan itu. Dia memilih diam sebentar, agar jawabannya tidak salah. "Saya nggak kenal.""Bohong!""Buat apa saya bohong? Saya memang nggak kenal siapa Karin.""Anda pasti berbohong, saya sendiri melihat Anda sedang bicara berdua dengan wanita itu di halte bis.""Halte bis yang mana?" Dani tetap mengelak."Depan kantor calon suami saya, Frans. Anda mantan karyawan di sana, kan? Anda bekerja sebagai OB, lalu berhenti tanpa alasan jelas. Benar begitu? Dan, i
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Bab 42. Ketertarikan Erik

Orang tua selalu tahu apa yang anaknya inginkan dan apa yang tidak diinginkan. Erik tahu orang seperti apa yang akan membuat putranya merasa nyaman dan dia tahu kalau putranya akan menyukai Karin, terbukti setelah membacakan buku cerita selama lima belas menit, akhinya putranya pun tertidur lelap. Perlahan Karin menarik tangan yang dijadikan bantal oleh Agam, lalu beringsut turun dari atas ranjang dengan sangat hati-hati."Selamat malam, Nak." Karin mengusap lembut kening Agam, lalu mengecupnya singkat. Melihat Agam, dia seperti melihat Rafa, putranya."Putraku sudah tidur?" tanya Erik yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar.Karin melihat ke arah sumber suara, lalu menjawab dengan suara pelan. "Sudah, Pak.""Kamu bisa tinggalkan putra saya, dia akan bangun pagi dengan wajah cerah."Karin mengangguk sambil tersenyum, lalu berjalan menuju pintu. "Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Pak.""Baiklah."Karin menunduk hormat, lalu berjalan pergi. Saat dia mendengar suara pintu ditutup, t
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Bab 43. Kedekatan Erik

Ada perasaan mengganjal pada hati Winda ketika suaminya melarang Karin makan di meja makan bersama dengan yang lainnya, hingga akhirnya ia pun melayangkan protes. "Apa salah Karin makan sama kita?""Kenapa harus? Dia cuma pembantu." Suryo menarik kursinya, lalu ia duduk seraya menyingsingkan lengan bajunya."Dia asisten aku, Mas. Aku menyukainya.""Jangan bersikap berlebihan, Winda! Nggak ada sejarahnya pembantu makan bersama majikan."Saat Winda akan bicara lagi, Karin lebih dulu bicara sambil tersenyum. "Nggak apa-apa, Bu. Yang Bapak katakan benar. Lagi pula, saya meras kurang sopan dan tidak tahu diri kalau sampai sarapan satu meja makan dengan kalian.""Bagus. Kamu harus seperti itu, minimal tau diri," pekik Suryo."Baik, Pak.""Ayo, Rin," ajak Ayu seraya menarik tangannya, membawa Karin ke belakang rumah.Frans yang baru saja datang, lalu melihat Karin berjalan bersama sang pembantu menuju pintu belakang pun memangilnya. "Mau ke mana kamu, Rin?"Karin menghentikan langkah, lalu m
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Bab 44. Perlakuan Spesial

Semua pekerjaan sudah selesai. Saat ini Karin tengah menemani Winda di halaman belakang, melihat-lihat tanaman yang sengaja Winda tanam agar menambah efek segar saat berada di halaman belakang ketika berkumpul. Karin membersihkan dedaunan yang jatuh di dalam pot, sedangkan Winda memotong ujung tanaman agar terlihat lebih rapih."Frans menyukai bunga," ucap Winda tiba-tiba.Karin menoleh, lalu bertanya, "Benarkah? Tapi, selama saya tinggal di apartemen, saya nggak liat ada bunga.""Nggak bakal ada, sekarang dia malah sangat membenci bunga."Jawaban Winda membuat Karin penasaran, lalu ia pun kembali bertanya, "Kenapa?" Kali ini dia bicara sambil melihat ke arah Winda yang masih betah dengan kegiatannya."Waktu kuliah Frans pernah punya pacar. Dia nyuruh pacarnya beli bunga untuk kepentingan kampus, tapi sayang saat di perjalanan wanita itu mengalami kecelakaan dan langsung meninggal di tempat. Sejak itulah dia berubah jadi membenci bunga.""Oh, kasihan pak Frans." Kembali Karin dengan k
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 45. Kecewa

"Temenin Bapak makan?" ulang Karin dengan ekspresi wajah terkejut."Itu kalau kamu mau, kalau nggak ya nggak apa-apa," jawab Erik dengan santainya."Mmm ... gimana ya Pak." Karin menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.Belum sempat menjawab mau atau tidak, pintu lift terbuka. Karin buru-buru keluar, lalu diikuti oleh Erik dari belakang."Oh iya, ini box makan siang milik Bapak." Karin mengeluarkan satu box dari dalam tasnya, lalu ia serahkan langsung kepada Erik.Erik menerima itu sambil tersenyum, dia sangat tahu kalau secara tidak langsung Karin menolak ajakannya dan penolakan itu membuat Erik semakin tertarik pada sosok Karin."Saya nganterin punya pak Frans dulu ya, Pak.""Silakan."Karin berjalan ke sisi lain, melewati sebuah koridor luas sepanjang lima meter, lalu melewati beberapa meja karyawan dengan terus diikuti oleh Erik menuju ruang kerja Frans."Kok dia ngikutin aku sih? Sebenernya di mana ruang kerja dia?" batin Karin bergumam dan Erik masih terus mengikutinya.Keti
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Bab 46

Bella tidak terima, dia menghampiri Frans, lalu melayangkan protes. "Apaan sih kamu, Frans. Kalau kamu marah sama aku, nggak gini caranya. Lepaskan tangan perempuan murahan ini!""Jangan gila, Frans. Kenapa kamu bersikap seperti ini?" seru Erik yang saat ini mulai menaruh curiga terhadap sikap adiknya yang berlebihan terhadap Karin.Tanpa menjawab pertanyaan mereka berdua, Frans menarik tangan Karin, mendorong Bella juga Erik dari ruangannya, setelah mereka berada di luar, Frans langsung menutup pintu ruangan, menguncinya dari dalam, sekaligus menutup semua gorden agar mereka berdua tidak bisa mengintip kegiatan di dalam. Setelah berhasil menutup pintu juga kaca, Frans berbalik menatap sang istri dengan tatapan mengintimidasi."Kenapa harus datang bersama mas Erik? Dari mana kalian?" Kalimat tanya yang diucapkan terdengar mengerikan."Nggak dari mana-mana, dari rumah." Karin menjawab ketus."Kenapa ke sininya bareng?" tanyanya lagi."Kebetulan ketemu di lift.""Ngapain kamu ngajak dia
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Bab 47

"Aku membencimu!" pekik Bella, menatap penuh kebencian."Lebih baik kamu membenci aku, dari pada kamu mencintai aku karena itu akan lebih menyakitkan. Aku nggak bisa cinta sama kamu." Frans berdiri, pandangannya tidak berhenti mengikuti ke mana Karin berjalan, sama seperti pria lainnya yang menatap Karin penuh rasa kagum."Terserah padamu, Frans. Yang terpenting bagiku, kita akan tetap menikah dan kamu hanya akan menjadi milik aku seutuhnya." Karin mendekatkan wajahnya hendak mengecup pipi Frans, tetapi Frans berhasil menghindar dengan menjauhkan wajahnya."Jangan melakukan hal itu lagi, aku sangat membencinya!" tegas Frans."Hai, Erik." Seseorang menyapa sedikit berteriak. Frans melihatnya dari kejauhan dan orang yang menyapanya itu ada di depan dia.Erik menoleh, lalu melambaikan tangan ke arah pria yang menyapanya. Tampak Karin kurang nyaman ada dalam acara seperti ini, tetapi dia harus tetap mengikuti Erik berjalan menuju meja temannya tadi dan dia melihat Frans ada di sana, sedan
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Bab 48

Frans keluar dari toilet sambil bergandengan tangan dengan Karin. Ketika mereka sudah ada di aula, Karin terkejut karena Frans masih menggenggam tangannya. Tidak ingin terjadi masalah, Karin pun menarik tangan dari genggaman Frans. Langkah keduanya pun langsung terhenti."Kenapa, Karin?" tanya Frans."Di sini banyak orang, Mas. Kalau mereka ngeliat kita berdua gimana?" Karin memberikan jarak antara dirinya dengan Frans."Nggak apa-apa, sudah tidak ada rahasia lagi, Rin. Aku mau mengungkap semua tentang kita."Karin menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Aku nggak setuju, ayah kamu pasti marah besar, keluarga kamu akan membenci kamu, Mas. Kamu bakalan diusir.""Aku nggak perduli, Karin. Dan, aku udah siap sama semua resikonya. Ayolah, Rin. Berikan tanganmu, kita akan berterus-terang kepada semua anggota keluarga. Kita hadapi semuanya bersama.""Aku nggak mau kamu juga keluarga kamu menderita cuma gara-gara aku, Mas.""Kalaupun harus disalahkan, akulah orang yang harus mereka salahkan."
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Bab 49

Begitu tiba di rumah, Frans bertemu dengan Winda yang saat ini sedang bermain-main dengan Agam di ruang keluarga. Dia menghampiri sang ibu, lalu duduk di sebelahnya."Hei, kamu udah pulang? Cepet banget?" tanya sang ibu.Frans mengangguk. "Iya, pestanya membosankan," jawab Frans dengan ekspresi terjeleknya.Agam langsung berlari menghampiri Karin dan langsung memeluknya. "Tante juga pulang?"Karin tersenyum."Sudah aku bilang, jangan pergi ke pesta. Pesta orang dewasa itu membosankan. Sekarang lebih baik kita main-mainan, aku punya mainan baru, Tante. Tante mau main sama aku?""Boleh," jawab Karin seraya mengusap lembut puncak rambut anak itu."Tapi nggak malam ini ya, Gam. Kami ada keperluan sebentar," ujar Erik."Itu kelamaan, Ayah. Aku mau sekarang.""Nanti ya, Sayang. Sekarang Agam main dulu sama bibi di kamar, ya."Setelah bicara kepada putranya, Erik memanggil sang asisten rumah tangga. "Ayu!" Dia memanggilnya beberapa kali, tidak lama yang dipanggil pun datang."Iya, Pak?" ucap
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Bab 50

Waktu berlalu, keterpurukan mulai dirasakan oleh Frans, ketika banyak perusahaan yang memutuskan untuk berhenti bekerja sama dengan berbagai macam alasan, juga kerugian mencapai ratusan miliar akibat dari nilai penjualan yang terjun bebas ke angka 0. Semua itu berlangsung dalam waktu singkat, bahkan sekarang saja Frans belum mampu membayar upah karyawan selama satu bulan."Frans, beberapa karyawan mogok bekerja. Apa yang harus kita lakukan?" tanya Erik yang saat ini tengah duduk di sofa ruang kerja sang adik, hendak mendiskusikan jalan keluar dari keterpurukan ini."Satu-satunya cara, aku harus keluar dari perusahaan ini, Mas. Barulah pak Prayoga tidak akan menggangu jalan perusahaan.""Apa nggak ada cara lain, Frans?" tanya Erik lagi.Frans menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak ada. Cuma itu satu-satunya cara untuk memulihkannya.""Tapi, Frans ... perusahaan juga butuh kamu.""Perusahaan membutuhkan kita berdua, tapi aku yakin mas Erik bisa menangani semuanya sendiri. Dalam keadaan
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status