Kelven masih duduk di kantornya, raut wajahnya sangat muram, jelas terlihat dia dalam suasana hati yang buruk.Mudi bahkan tidak berani menatapnya langsung, hanya berdiri di sampingnya dengan kepala tertunduk.Setelah diam sejenak, Kelven berbicara, “Kalau dia begitu suka tinggal di kampus, aturkan asrama untuk dia tinggal di kampus. Kirimkan dua orang untuk mengawasinya, asalkan dia tinggal meninggalkan kampus, dia boleh bermain sepuasnya.”Kelven masih marah, tidak mungkin pergi menjemputnya sendiri.Kelven sudah menurunkan gengsinya untuk meneleponnya, Delis malah tidak mau mengangkatnya.Kelven tidak akan merendahkan dirinya lagi untuk memohon Delis.Jadi, selama beberapa hari berikutnya, Delis juga tidak lagi menerima panggilan atau pesan dari Kelven. Bahkan tidak ada sopir yang datang menjempuntya di kampus.Namun, teringat dengan Kak Angel, hari jumat, Delis pergi ke perumahannya menggunakan taksi.Namun, Delis tidak pergi ke rumah Kelven, melainkan ke rumah sebelah, rumah Kak
Read more