Delis bangun dan merapikan pakaiannya, lalu keluar dari asrama untuk bertemu dengan Vinie.Mereka berdua berhenti di sebuah tempat teduh di dekat asrama. Delis berdiri beberapa langkah dari gadis yang sedang membelakanginya.Bagi Delis, Vinie adalah orang yang pendiam.Cara berpakaiannya juga sangat tertutup.Jika bukan karena hubunganya dengan Albert, mungkin mereka masih bisa menjadi teman yang baik.Delis mendekat dan bertanya, “Apa yang mau kamu bicarakan denganku?”Vinie berbalik dan menatapnya dengan ekspresi sedih.“Aku nggak tahu apa hubunganmu dengan istri Kak Albert, tapi bisakah kamu memohon padanya untuk menolong Adeline?”Delis terdiam.Bagaimana mungkin?Kak Angel adalah korban!“Delis, kakakku meninggal tidak lama setelah melahirkan Adeline. Aku yang menjaganya sejak saat itu. Kalau bukan karena dia sakit, aku juga nggak akan cari Kak Albert.”Vinie menangis dan menundukkan kepalanya, lalu melanjutkan, “Kalau aku nggak bawa anak itu untuk mencari Kak Albert, mungkin dia
Kelven masih duduk di kantornya, raut wajahnya sangat muram, jelas terlihat dia dalam suasana hati yang buruk.Mudi bahkan tidak berani menatapnya langsung, hanya berdiri di sampingnya dengan kepala tertunduk.Setelah diam sejenak, Kelven berbicara, “Kalau dia begitu suka tinggal di kampus, aturkan asrama untuk dia tinggal di kampus. Kirimkan dua orang untuk mengawasinya, asalkan dia tinggal meninggalkan kampus, dia boleh bermain sepuasnya.”Kelven masih marah, tidak mungkin pergi menjemputnya sendiri.Kelven sudah menurunkan gengsinya untuk meneleponnya, Delis malah tidak mau mengangkatnya.Kelven tidak akan merendahkan dirinya lagi untuk memohon Delis.Jadi, selama beberapa hari berikutnya, Delis juga tidak lagi menerima panggilan atau pesan dari Kelven. Bahkan tidak ada sopir yang datang menjempuntya di kampus.Namun, teringat dengan Kak Angel, hari jumat, Delis pergi ke perumahannya menggunakan taksi.Namun, Delis tidak pergi ke rumah Kelven, melainkan ke rumah sebelah, rumah Kak
“Kak Angel … ”Delis duduk di sebelah Angel, tahu bahwa Angel sangat sedih, Delis mengangkat tanganya untuk memeluknya.Angel akhirnya tidak bisa menahan air matanya.Dia memeluk Delis dengan erat dan menangis, “Delis, apakah aku salah? Aku hanya ingin melindungi anakku. Apa haknya dia menyalahkanku?”“Apa hubungannya denganku kalau anaknya dengan wanita lain meninggal.”Delis mengusap punggungnya, menghiburnya, “Tentu saja nggak bersalah. Kak Angel tak perlu merasa bersalah. Semua salah ada padanya, dia tak punya hak untuk menyalahkan orang lain.Delis juga tahu anak bernama Adeline itu sangat malang.Namun dia terlahir di saat yang salahDelis hanya berharap dia akan terlahir kembali di keluarga yang utuh, dengan tubuh yang sehat dan bahagia. Dengan ada ayah dan ibu yang menemaninya, tidak seperti kehidupan ini, begitu menderita.“Delis, aku sangat sakit.”Suara Angel terdengar serak, dia memeluk Delis dengan lebih erat.“Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri, dia nggak peduli de
Owen turun dari lantai atas dan berkata, “Delis, pulanglah. Jelaskan pada Kak Kelven, dia nggak akan berpikir macam-macam.”“ … “Pada akhirnya, Delis pulang dengan Bibi Siti.Saat mereka masuk ke dalam rumah, di ruang tamu terang benderang. Delis langsung melihat seorang pria yang duduk di sofa dengan pakaian rumahan.Melihat raut wajahnya yang lebih gelap dari dasar panci, Delis juga memperlihatkan wajah muram. Lalu diam-diam pergi ke lantai atas.Melihat bayangan Delis pergi, Kelven juga tidak bicara.Setelah duduk sebentar di ruang tamu, Kelven naik ke lantai atas. Di depan pintu kamar, Kelven ragu sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar utama.Delis sudah tertidur.Dan dia tidur di tengah kasur yang besar,Dia tahu bahwa pria itu tidak mungkin kembali tidur di kamar utama, jadi Delis tidak menyediakan tempat tidur untuknya.Kelven berdiri di samping tempat tidur. Meskipun sangat enggan, dia akhirnya tetap naik ke kasurnya.Tidur tepat di samping Delis.Delis tidak bergeser. J
Wi … liam?Bukankah orang itu sudah dibunuh?Kenapa masih hidup?Tidak hanya hidup, bahkan masih berhubungan dengan Delis?Kelven meremas erat ponselnya, tatapannya menjadi dingin saat menatap wanita yang membelakanginya di kasur.Kelven tidak langsung mempertanyakannya, tapi berusaha menahan kemarahannya dan menelepon Mudi di samping.Setelah telepon terhubung, Kelven berteriak marah, “Mudi, bagaimana kamu menjalankan pekerjaanmu? Kamu mau dipecat? Jawab aku mengapa Wiliam masih hidup? Dalam waktu tiga hari, kalau kamu nggak memotong kedua tangannya dan mengirimkannya untukku, kamu juga jangan muncul lagi di depanku.”Karena suara teriakan Kelven, Delis terkejut.Dia bangkit tiba-tiba dan duduk di samping. Dia menatap pria yang sedang menelepon di depan kasur dengan tatapan kosong.Dia tidak mengerti mengapa Kelven tiba-tiba marah.Dan mengapa mau memotong tangan Wiliam?Melihat Delis akhirnya melihatnya, wajah Kelven terlihat sangat muram dan menatapnya dengan dingin.“Delis, kamu m
Wiliam menahan rasa sakit di wajahnya, dengan mulut penuh darah dia menjelaskan hubungannya dengan Delis kepada Kelven.Dan juga menjelaskan bagaimana anak itu keguguran.“Begitulah keadaannya. Meskipun aku menyukainya, dia selalu menolakku. Setelah itu aku tahu kalian sudah menikah, aku nggak berpikir untuk mengganggunya lagi.”“Hanya saja, aku khawatir saat dirinya pergi sendirian, jadi aku mengejarnya.”“Aku benar-benar minta maaf atas anak itu, tapi Delis nggak bersalah. Aku hanya khawatir kamu salah paham padanya, jadi aku datang ke sini untuk menjelaskan semuanya padamu, meskipun itu membahayakan hidupku.”“Kelven, semua yang aku katakan adalah benar. Kalau aku berbohong, kamu boleh berbuat apa saja padaku.”Kelven terdiam.Dia berdiri membeku, agak tidak percaya bahwa semua yang dikatakan Wiliam adalah kenyataan.Jika memang begitu, maka dirinya sudah keterlaluan.Teringat sesuatu, Kelven menatap Wiliam dan bertanya, “Aku sudah bertanya pada dokter. Dokter mengatakan bahwa anak
Jelas-jelas dirinya tak mengenal Wiliam, mengapa Kelven mencurigainya berselingkuh dengan orang itu?Kelven merasa sangat tidak adil.Dia tak ingin terus memikirkan hal itu lagi, jadi memaksa dirinya untuk tertidur dengan menutup matanya.Tiba-tiba, pintu dibuka.Dalam kegelapan kamar yang remang-remang, Delis melihat sosok gelap mendekat. Lalu detik berikutnya, Delis membungkus dirinya sendiri.Delis mencium aroma maskulin khas di tubuhnya.Meskipun aroma itu membuatnya merasa aman, tetapi dia tiba-tiba merasa tidak nyaman.Delis takut akan emosi Kelven yang tidak stabil. Sebelum orang tersebut menyentuhnya, Delis sudah lebih dulu mendorongnya.“Delis … “Suara Kelven bergetar, mencoba untuk memeluknya lagi.Delis mengangkat tangannya untuk menahannya, dengan nada sedikit menangis dia berkata, “Jangan sentuh aku, aku sangat takut denganmu sekarang, pergilah!”Delis perlahan-lahan menyelinap di bawah selimut, menariknya hingga menutupi kepalanya, menolak untuk melihatnya.Kelven dudu
Owen bangun dan membantu Joel mengenakan pakaian. Mereka bersama-sama bersiap-siap dan pergi ke lantai bawah bersama.Di ruang makan, Delis sedang menyusun alat makan.Melihatnya, Joel tersenyum dan dengan ceria berseru, “Tante Delis … “Melihat anak itu berlari ke arahnya, Delis membuka tangan untuk menyambutnya.Anak kecil itu langsung melompat ke dalam pelukannya dan tidak lupa memberikan ciuman di pipinya. “Selamat pagi Tante Delis.”“Selamat pagi Joel.”Sambil meenyentuh wajah halus anak itu, Delis merasa dia begitu lucu.Owen berpakaian kasual yang santai, berjalan dengan gagah, melihat Delis dan berkata, “Pagi Delis.”“Pagi.”Delis berkata, “Ayo duduk dan sarapan.”Angel membawakan bubur dan menuangkannya ke dalam mangkuk sambil berkata, “Nanti aku harus pulang sebentar untuk ambil beberapa dokumen. Owen dan Delis, kalian bantu jaga Joel ya.”Owen bertanya, “Kapan kalian bercerai?”“Tunggu dia menyelesaikan masalah putrinya, beri dia waktu seminggu lagi.”Anak bernama Adeline i
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b