All Chapters of Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya: Chapter 171 - Chapter 180

905 Chapters

Bab 171

Delis berguling di atas tempat tidur yang lembut, tak henti-hentinya mengangkat tangan dan memukul wajahnya sendiri.Delis tak mengerti mengapa jantungnya bisa berdegup kencang dan pipinya memerah saat pria tua tadi mendekatinya.Jelas-jelas mereka sudah menikah lama.Meskipun dirinya hampir melupakannya, mereka baru saja berhubungan intim beberapa hari yang lalu.Kenapa dirinya merasa seperti gadis yang baru jatuh cinta?Apakah mungkin dia benar-benar perlahan-lahan jatuh cinta padanya?”Aaaaa!!!!Delis, kamu benar-benar tak tahu malu.Dia baru saja memberimu sedikit keuntungan, kamu malah langsung bisa ditebus dengan sebuah cincin berlian saja. Kamu benar-benar sangat tidak berharga.Delis duduk bersila, meditasi dan menarik napas dalam-dalam. Mencoba menenangkan dirinya.Jangan tergoda oleh pria tua itu.Pria tua itu sangat licik. Jika terjebak dalam jebakannya, sulit untuk lepas lagi.Aaaaa!!!Namun, siapa yang bisa menolak uang saku sebanyak dua ratus juta setiap hari, bonus sebes
Read more

Bab 172

“Kamu bisa tidur dengan orang asing?”Kelven bertanya dengan serius, tetapi tatapannya penuh dengan kasih sayang.Mendengar ini, wajah Delis menjadi muram.“Apa yang kamu katakan?”“Jadi, aku bukanlah orang asing. Hanya ada sedikit hal yang mengganjal di hatimu yang membuatmu nggak mau menerimaku sepenuhnya.”Mungkin karena perkataan Herli padanya.Kelven harus menghilangkan hal tersebut. Jika tidak, Delis tidak akan benar-benar menerimanya.Namun, Delis tetap kesulitan untuk menarik kembali tangannya.“Aku juga nggak tahu apakah karena ada hal yang mengganjal. Yang jelas berikan aku waktu, jangan memaksaku.”Delis mengerucutkan bibirnya dan menoleh ke jendela.Kelven agak kecewa dan tidak berbicara lagi.Setibanya di kampus, Delis masuk ke dalam gerbang tanpa menoleh.Namun entah bagaimana, sepanjang hari Delis terus melamun.Meskipun dia sedang mendengarkan dosen mengajar, wajah dosennya terus terlihat seperti wajah Kelven.Tiba-tiba teringat sesuatu, Delis bertanya kepada teman seba
Read more

Bab 173

Delis kembali ke kamarnya untuk mandi dan tiba-tiba mendapat telepon dari Kelven.Delis menjawab, “Ada apa?”“Keluar, aku di gerbang kampus.”Delis tidak bisa menahan tawa. “Aku sudah sampai rumah.”Kelven bingung.“Aku mandi dulu ya, bye~”Teringat bahwa pria tua itu juga lumayan baik padanya, sikap Delis padanya juga jauh lebih baik sekarang.Kelven menghela napas, “Sampai jumpa nanti!”Delis menutup telepon, mengambil pakaian dan pergi ke kamar mandi. Sambil bernyanyi, dia menyiapkan air mandi dengan suasana hati yang lumayan baik.Kelven segera kembali ke rumah.Saat dia sedang mengganti sepatu di depan rumah, dia melihat Wendo keluar dari dapur.Wendo terkejut, dia agak terkejut menatap pria di depan pintu.Ibunya telah memberitahunya sebelumnya bahwa majikannya adalah pengusaha yang sangat berbakat.Namun, Wendo tidak tahu bahwa pengusahanya begitu muda, tampan dan tinggi.Seketika, Wendo terbengong dan terpesona dengan Kelven.Sadar ada orang asing di dalam rumah, Kelven melihat
Read more

Bab 174

“Mana ada aku mengintip? Kamu pikir aku orang desa yang tak pernah melihat dunia?”“Jangan lupa aku sudah pernah menidurimu, bentuk tubuhmu standar saja, jangan terlalu percaya diri.”Delis mengangkat tangannya dan menepuk bahunya, lalu menghindarinya dan ingin pergi.Namun, Kelven mengangkat tangannya dan menahan Delis.Namun, posisi tangan Kelven terlalu tinggi, sehingga saat Delis membungkuk sedikit langsung bisa lolos dari tahanannya.Namun, Delis berpura-pura sangat marah, “Awas, aku mau keluar.”“Delis, wajahmu memerah.”Suara Kelven sangat lembut dan mendekatinya lagi.Delis langsung memegang wajahnya.Terasa sedikit panas.Melihat pria itu mendekat, Delis mundur langkah demi langkah.Kelven melangkah maju dan Delis melangkah mundur.Hingga Delis sampai ke ujung kasur dan akhirnya jatuh ke kasur.Kelven membungkuk mendekatinya, dengan tatapan dalam dan suara yang penuh daya tarik.“Delis, aku ini milikmu. Kamu bisa melakukan apapun padaku, kamu bisa melihat semuanya dengan teran
Read more

Bab 175

Di ruang makan lantai bawah.Delis menunduk makan makanannya, malu untuk melihat pria di hadapannya.Namun, Kelven terus menatapnya. Melihat Delis makan dengan tergesa-gesa, Kelven mengingatkan,“Makan pelan-pelan, jangan sampai tersedak.”Kelven bahkan mengambilkan sup dan menyajikannya di depan Delis.Delis meminum supnya dengan cepat dan secara tidak sadar melirik ke arah Kelven.Melihat Kelven terus menatapnya, Delis bertanya, “Kenapa kamu melihatku terus? Apakah aku sangat cantik?”“Iya, Delisku selalu cantik.”Kelven memujinya tanpa ragu.Delis memang sudah agak sombong, ditambah dengan pujian pria ini, membuat dirinya hampir melayang.Delis menoleh untuk mencoba menyembunyikan rasa malunya, malah melihat Wendo sedang memperhatikan mereka dari ruang tamu.Tidak!Lebih tepatnya, dia memperhatikan pria di hadapannya.Delis berpura-pura tidak menyadarinya, sambil makan dia berbicara, “Bagaimana kalau kamu mengajarku menyetir akhir pekan ini?”Delis telah menunduh aplikasi ujian SIM
Read more

Bab 176

“Berpamitan saja dengan dirimu sendiri.”Tanpa bertele-tele, Kelven langsung menutup teleponnya.…Herli duduk di apartemennya yang mewah, membanting ponselnya dengan marah.Mengapa Kelven berani memperlakukannya seperti itu?Jika aku diperlakukan seperti ini, jangan salahkan tindakanku yang kejam nanti.…Di ruang kerjanya, Kelven bekerja sampai pukul sembilan malam sebelum akhirnya pergi ke kamarnya.Kali ini, Kelven langsung menuju kamar tidur utama dan membuka pintunya.Kelven terkejut, ternyata Delis tidak mengunci pintunya.Kelven melangkah masuk ke dalam.Delis sedang berbaring di kasur dan mengerjakan soal-soal di ponselnya.Melihat pria yang masuk dengan pakaian rumahan, Delis langsung duduk dan menatapnya, bertanya, “Untuk apa kamu masuk?”Dengan senyuman memikat, Kelven menjawab dengan penuh rayuan, “Untuk melanjutkan apa yang belum selesai tadi.”Kelven berjalan ke tepi tempat tidur dan mulai membuka kancing bajunya.Melihat gerakannya, Delis langsung panik dan berkata den
Read more

Bab 177

Sore hari.Mobil Kelven berhenti tepat di depan gerbang Universitas A.Saat Delis naik ke mobil, pipinya memerah panas. Dia tak berani melihat pria di sebelahnya dan terus memandang keluar jendela.Kelven meliriknya dan bertanya, “Ada apa?”“Nggak apa-apa, aku hanya mau cari udara segar.”“Sini, hadap aku.”Kelven menariknya.Delis terpaksa melihatnya.Melihat wajah tampan pria itu, dengan jakun yang seksi di lehernya, Delis tiba-tiba teringat dengan adegan yang baru saja ditontonnya bersama teman sekamarnya.Tenggorokannya kering, Delis menelan ludah dan merasa detak jantungnya mulai berdetak tidak teratur lagi.“Delis, kamu nggak apa-apa?”Melihat wajahnya yang merah, Kelven mencubitnya.Delis menggeleng, menelan ludah dan buru-buru mengalihkan pandangannya.“Aku nggak apa-apa.”“Tapi wajahmu memerah.”“Karena terlalu panas.”“Bukannya mobil sudah buka AC?”“Aku mana tahu. Jangan dekat-dekat denganku, duduk ke sana.”Kelven hanya diam.Apa yang terjadi dengan orang ini?Kenapa dia be
Read more

Bab 178

Usai bicara, Wendo langsung menuju ke kamar pembantu.Delis menarik pandangannya kembali dan melihat pria di sampingnya juga sedang menatap Wendo, membuatnya agak tidak senang.“Bagus?”Kelven menarik pandangannya dari Wendo dan melihat ke arah orang di sebelahnya, dia sedikit bingung.“Apa yang bagus?”“Jangan pura-pura, jelas-jelas kamu melihatnya.”Kelven tidak menyangkal. “Iya, aku melihatnya, tapi aku lupa dengan bentuknya.”Kelven menggandengnya dan berjalan ke lantai atas.Delis agak marah dan menghempaskannya.“Bukannya pria suka dengan tipe tubuh yang seksi dan menggoda seperti itu?”Kelven agak bingung dan bertanya, “Delis, kamu cemburu ya?”Delis mengernyitkan keningnya, merasa sedikit bingung.“Cemburu apa? Aku sedang bertanya padamu.”“Orang lain aku nggak tahu, tapi aku hanya suka dengan Delis.”Kelven merangkulnya dan lanjut berjalan ke lantai atas.Delis mengerucutkan bibirnya, agak tidak percaya.Melihat wajah curiga Delis, Kelven mengangkat tangannya dan mencubit hidu
Read more

Bab 179

Delis dicium hingga napasnya terengah-engah.Wajahnya merona malu dan panas, Delis mendorong pria di sampingnya.“Kelven, jangan begini.”Pria itu menempelkan bibirnya di leher Delis dan dengan suara serak yang memikar menjawab, “Jangan seperti apa?”“Aku hanya nggak bisa tidur, datang untuk berbicara denganmu. Jangan sentuh aku.”Pria itu menajamkan sudut bibirnya dan bertanya, “Benar nggak mau kusentuh?”Perempuan ini jelas menyukainya, tetapi masih pura-pura menahan diri.Apakah dirinya masih tidak cukup mengerti wanita ini?“Kamu akan selalu memperlakukanku dengan baik?”Delis masih merasa sedikit tidak aman.Bagi Delis, Kelven baik dalam segala hal dan dirinya nggak cukup pantas untuknya.Delis takut memberikan segalanya padanya, mencintainya sepenuh hati dan pada akhirnya malah kalah.Ditambah lagi dengan apa yang dikatakan Herli sebelumnya, meskipun belum ada kebenarannya, setidaknya tragedi itu pernah terjadi padanya.Delis benar-benar takut mengulangi kesalahan itu.Kelven men
Read more

Bab 180

Saat dalam suasana hari yang baik, Kelven selalu lembut dan sabar pada Delis.Kelven tidak terburu-buru pergi ke kantor dan membantu Delis mandi, mengganti pakaian dan memakaikan sepatunya.Kelven memperlakukannya seolah-olah Delis adalah orang yang lumpuh.Bagi Delis yang baru saja memberikan dirinya sepenuhnya padanya, ini memberinya lebih banyak perasaan aman dan bahagia.Setelah mengantar Delis ke gerbang kampus, Kelven pergi ke kantornya.Delis melihat jam, sudah hampir tengah hari.Delis bersiap ingin segera masuk ke kampus, tiba-tiba melihat dari kejauhan teman sekamarnya yang telah merebut kasurnya itu turun dari mobil sedan hitam yang baru saja berhenti.Tadinya merasa tidak ada yang aneh.Namun secara tidak sengaja, Delis melihat pria yang mengemudikan mobil sedan hitam itu terlihat sangat familiar.Delis segera bersembunyi di balik pohon besar di depan dan dengan seksama memperhatikan pria di dalam mobil sedan.Saat melihatnya dengan jelas, Delis agak terkejut.Itu adalah su
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
91
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status