Home / CEO / ONE Night Stand With CEO Tampan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of ONE Night Stand With CEO Tampan : Chapter 21 - Chapter 30

109 Chapters

bab 21 - Ajakan Makan malam

Hana duduk di meja kerjanya. Dia mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Hana menunggu jam keberangkatan mereka dengan perasaan yang galau berat. Dia tak ingin pergi, tapi terpaksa dan pasrah dengan keadaan.Dalam benak Hana kembali terbayang lenguhan Selfi dari balik pintu ruang kerja Dion. 'Ih, menjijikkan sekali. Aku tak habis pikir ada lelaki beristri yang bisa main gila, di kantor lagi, dengan sekretarisnya sendiri lagi, tidak malu sama sekali!' Hana membatin sendiri, mengeluarkan segala uneg-uneg di dalam pikirannya.Sekarang, Hana seolah tak punya alasan untuk tidak ikut. Akomodasi sudah siap, lagipula yang menugaskan Hana bukan orang sembarangan di perusahaan ini, melainkan pemilik langsung. 'Tapi kalau pemilik perusahaan ini segitu gatelnya, rasa-rasanya mengerikan sekali kalau harus terus bekerja jadi karyawannya.' Hana khawatir pada kelangsungan karirnya di perusahaan itu. Apa yang akan terjadi pada karir Hana kalau dia sampai diinginkan bosnya itu.'Apa cerita Aline kemarin be
Read more

bab 22 - Bertemu Devan

Saat Devan tiba di rooftop Hotel itu, Devan melihat Hana tengah duduk disana bersama Dion, Devan terus saja melirik dan melihat ke arah Hana, Entah mengapa hatinya merasa tak senang melihat wanita itu duduk bersama lelaki lain apalagi dia duduk bersama dengan Dion.Hana terlihat sangat akrab wanita itu mengobrol dan sesekali tersenyum, sambil menyuapkan makanan kedalam mulutnya.Dimeja itu memang bukan hanya ada Hana dan Dion tapi juga ada karyawan lain dan juga manager di perusahaan mereka. Semua yang ada di meja itu laki-laki, namun hanya Hana satu-satunya perempuan yang ada di meja itu.Ravi mengerutkan keningnya saat pandangan depan ke arah lain, Ravi menjadi penasaran apa yang tengah di perhatikan oleh Devan, Ravi lantas mengikuti arah pandangan Devan.Ravi melihat di meja itu ada Dion dan karyawannya, ada juga seorang wanita di tengah-tengah mereka, Ravi lalu melihat lagi ke arah Devan lelaki itu masih saja memperhatikan meja Dion. Ravi pun tersenyum, ia tahu kini sahabatnya itu
Read more

bab 23 - Rencana Busuk Dion

Devan sampai di meja Hana, Devan melihat wanita itu tengah menenggak minuman yang ada di gelas, Devan buru-buru merebut Gelas itu dari tangan Hana, meraih gelas itu lalu menjauhkannya dari Hana, namun ia terlambat.Isi di dalam gelas itu tinggal sedikit, Devan menatap ke arah Hana, Hana sudah meminumnya, Hana yang melihat tindakan Devan seperti itu langsung merasa terkejut, wanita itu merasa heran dengan tingkah laku Devan, Hana lalu berdiri dan marah padanya, Hana menampar Devan.Plakk ..."Apa-apaan ini?!"Hana berteriak kesal, dia tidak lagi bisa menjaga volume dan intonasi suaranya. Hana kesal pada Devan yang tiba-tiba saja datang dan merebut gelas yang sekarang ada di tangannya.Devan memandang Hana, dia sedikit gentar mendengarkan teriakan perempuan cantik itu. Devan termangu dengan gelas di tangannya. Dia menatap ke dada Hana, bukan karena ingin berpikiran kotor, melainkan karena sedikit cairan di dalam gelas itu tumpah ke baju Hana yang berwarna putih."Apa yang kau lakukan di
Read more

bab 24 - Tak ingin terjadi sesuatu padanya

Devan berlari mengejar Hana, lelaki itu berjalan menuju ke arah lift, Ravi yang melihatnya pun merasa heran dengan sikap Devan. Di terus menatap punggung Devan yang mulai menjauh."Ada apa dengannya, mengapa Devan seperti itu." Ravi kemudian menyusul Devan untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh lelaki itu. "Aisss ... Kenapa dengan Devan, ada hubungan apa dia dengan Hana sebenarnya, aku sungguh bingung." Sambil berjalan melangkah mengikuti Devan Ravi terus saj bergumam, baru kali ini Devan bersikap aneh, terlebih lagi yng membuat ia seperti ini adalah seorang wanita.Devan menekan beberapa kali tombol yang ada di lift tersebut, Devan menunggu lama sekali karena lift itu tengah digunakan oleh pengunjung lain, Ia pun beralih ke lift yang sebelahnya menekan tombol itu berkali-kali. Namun kedua lift itu masih mengangkut pengunjung lain. Devan dengan gelisah mondar-mandir di depan lift, menunggu lift itu terbuka.Sesekali pandangan matanya tertuju ke atas ke arah layar yang menunjukkan a
Read more

bab 25 - Keagresifan Hana

Ravi melihat Devan begitu frustasi, Ravi tak pernah melihat Devan seperti itu sebelumnya terlebih lagi hanya untuk seorang wanita, ini benar-benar aneh. Ravi begitu penasaran tentang hubungan mereka, namun dia hanya diam saja memperhatikan Devan.Ravi mencoba menenangkan Devan, Ravi menghampiri Devan merangkulnya dan menepuk pundak lelaki itu, Devan pun menoleh ke arah Ravi."Sabarlah dulu, kau tunggu di sini, aku akan kebawah sebentar, kau tenanglah dulu di sini jangan buat keributan apapun, aku akan mencari bantuan di bawah meminta kunci kebagian resepsionis semoga saja mereka bisa membantu kita," ujar Ravi.Ravi langsung berjalan ke arah lift, meninggalkan Devan, Ravi langsung masuk ke dalam lift dan turun ke bawah, dia berniat untuk ke resepsionis yang ada di bawah meminta pertolongan di sana.Ting, ...Pintu lift itu terbuka Ravi langsung keluar dari sana dan berjalan ke arah resepsionis, Ravi menghampiri pegawai yang memakai pakaian hitam dengan panjang sebatas lengan."Permisi
Read more

bab 26 - Kembali Sadar

Devan berhasil berdiri dari tempat tidur sedikit menjauh dari Hana, biar bagaimanapun di adalah lelaki normal yang memiliki gairah.Hana tersenyum menggoda ke arah Devan, satu tangannya dia arahkan kebibir dan menggigitnya kecil sambil tersenyum melirik kearah Devan, menyimpangkan kedua kakinya, memperlihatkan kaki jenjangnya. Hana mengedipkan salah satu matanya begitu manja dan menggoda dia menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum simpul.Devan memijat pelipis matanya, melihat tingkah Hana yang seperti orang mabuk itu, dia benar benar tidak waras saat ini, Hana mendekati Devan, berjalan perlahan ke arah lelaki itu, membelai rahang kokoh Devan dengan jari jemari lentiknya.Wanita itu kemudian mengalungkan tangganya ke leher Devan, tersenyum dengan begitu manis. Devan hanya diam saja memperhatikan tingkah laku Hana saat ini, ia berusaha untuk melepaskan tangan Hana yang ada di lehernya. Namun wanita itu lagi-lagi mengalungkan tangannya pada leher Devan.Saat Hana akan mencium Devan, mu
Read more

bab 27 - telah berburuk sangka

Devan menatap Hana yang berada di dekatnya. Saat Hana membalas tatapannya, jantungnya terasa berdebar kencang. Yang teringat di dalam kepala Devan adalah ketika Hana mengejarnya di kamar malam tadi. Seketika, wajah Devan memerah. Dia mencoba menilai apakah Hana sudah sepenuhnya bebas dari efek obat yang diberikan Dion. Devan takut kalau Hana tiba-tiba berubah agresif lagi."Silahkan duduk," ujar Devan pada Hana. Hana tersentak, dia memang masih berdiri, bahkan terlalu dekat dengan Devan. Hana langsung berbalik, wajahnya juga merona. Malu pada ingatan samar yang dirasakannya malam tadi.'Astaga, aku malu sekali. Wajahnya tampak gugup, apa dia malu. Aduh, atau dia takut aku akan menindihnya seperti malam tadi? Bodoh sekali kau, Hana.' Hana memaki dirinya sendiri di dalam hati.Ketika Hana baru saja duduk di sofa ruang tengah yang menyatu dengan pantry di unit kamar hotel itu, Ravi membuka pintu kamar. Dia langsung tersenyum pada Hana. "Pagi, kau sudah bangun. Apa sudah merasa lebih baik
Read more

bab 28 - ternyata dia baik

Hana melihat ke arah Ravi, dia ingin meminta waktu padanya. Sebenernya Hana merasa ragu, untuk meminta hal itu pad Ravi."Ravi, ... Hemmm, bolehkah aku meminta waktu padamu?" Hana bertanya, harap-harap cemas dia masih menatap Ravi, Ravi pun melihat ke arah Hana."A- aku harus resign dulu dari kantor Dion, aku harus menyelesaikan dulu urusanku di kantor itu," ujar Hana merasa sungkan, ia sungguh tak enak hati berkata demikian. Namun dia harus mengundurkan diri terlebih dahulu dari perusahaan sebelumnya baru dia melamar pekerjaan kembali di perusahaan lain. Dia hanya tak ingin terjadi masalah di tempat baru, Saat dia blm menyelesaikan pekerjaannya di tempat lama. Hana tak ingin menundanya, dia ingin segera berhenti dari perusahaan Dion.Devan yang mendengar perkataan Hana langsung melihat ke arah wanita yang kini ada di sebelahnya. raut wajah Devan menunjukkan kekecewaan. Devan merasa khawatir jika Hana akan menolak tawaran pekerjaan itu. Devan sangat berharap jika Hana mau bekerja di k
Read more

bab 29 - Mengikuti Aline

Aline menggeser duduknya menghadap ke arah Hana, wanita itu lalu memegang tangan Hana, Hana memperhatikan Aline melihat ke arah sahabatnya. Aline menghembuskan nafasnya sepenuh dada."Hana, sebaiknya kau terima saja pekerjaan yang disarankan Ravi padamu, tak usah memikirkan bagaimana Devan, Devan itu pria baik Hana, Buktinya dia tidak mengambil kesempatan saat keadaanmu seperti itu bahkan saat kau yang memintanya." Aline menjeda ucapannya ia melihat ke arah Hana memperhatikan ekspresi wanita yang ada di hadapannya saat ini, Hana hanya menatap sendu ke arah Aline.Apa yang dikatakan Aline ada benarnya, jika Devan pria yang jahat, sudah pasti dia akan memanfaatkan situasi itu, Hana pun jadi berfikir ulang tentang penilaiannya terhadap Devan."Jika Devan bukan lelaki yang baik sudah pasti dia akan memanfaatkan situasi itu bahkan jika dia seberengsek itu di matamu sudah pasti kamu habis dimakannya malam itu, terlebih lagi kau yang memintanya bukan dia." Aline menaikkan kedua alisnya menco
Read more

Bab 30 - Mengantar Hana

Saat ini mereka sudah selesai meninjau proyek tersebut sudah waktunya mereka berpulang kembali, sepanjang perjalanan dari luar kota ke Jakarta Hana terus bersama Aline.Mereka kini tengah melakukan perjalanan menuju ke bandara. Hana, Aline dan Devan serta Ravi kini tengah berada di bandara, mereka masuk ke dalam smbil menenteng koper masing-masing. Saat berada di bandara mereka semua pun akhirnya harus berpisah."Aline, Hana, biar aku saja yang antar kalian pulang, aku meninggalkan mobil disini," sambil tersenyum Devan menawarkan diri pada mereka. Devan memang sudah merencanakan ini sebelumnya, saat terjadi insiden pada Hana Devan pun segera menelepon sopirnya yang ada di Jakarta Untuk mengantarkan mobil. Tepat sehari sebelum kepulangan mereka. Devan meminta pada sopir pribadinya untuk meninggalkan mobil di bandara agar ia bisa beralasan dan mengantarkan Hana pulang.Devan sangat berharap jika Aline mau mengiyakan ajakannya, agar dia bisa terus bersama Hana. Entah mengapa Devan merasa
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status